Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat (AS) mencatat Indeks Harga Konsumen atau inflasi sebesar 3,7 persen di September 2023. Ini menandai angka inflasi stabil namun sedikit di atas ekspektasi para ekonom yang memperkirakan kenaikan sebesar 3,6 persen.
Melansir CNN Business, Jumat (13/10/2023) secara bulanan, inflasi AS naik 0,4 persen. Angka ini berada di atas perkiraan Refinitiv dengan kenaikan 0,3 persen.
Advertisement
Meskipun tingkat inflasi umum tahunan tetap stabil, laporan IHK AS pada hari Kamis (13/10) juga menunjukkan kemajuan pada kebutuhan-kebutuhan rumah tangga Amerika dan Federal Reserve (The Fed).
Inflasi harga pangan AS juga berada pada tingkat terendah sejak Maret 2021, menyamai inflasi secara keseluruhan sebesar 3,7 persen.
Data CPI menunjukkan bahwa ini adalah pertama kalinya sejak awal tahun 2022 harga pangan di AS tidak melampaui inflasi secara keseluruhan.
Kenaikan harga bahan makanan di AS bahkan lebih rendah lagi, yaitu sebesar 2,4 persen per tahun.
Sementara itu, di luar bahan bakar dan makanan, IHK inti AS melemah selama enam bulan berturut-turut dan naik 4,1 persen year on year dari kenaikan bulanan sebesar 0,3 persen.
Seperti diketahui, The Fed menargetkan inflasi AS di angka 2 persen.
“The Fed ingin melihat inflasi yang lebih rendah setidaknya dalam enam bulan sebelum menyatakan kemenangannya,” kata Julia Pollak, kepala ekonom di pasar kerja online ZipRecruiter.
“Sementara itu, biaya pinjaman yang lebih tinggi membebani rumah tangga, terutama bagu mereka yang memiliki utang kartu kredit atau pinjaman mobil subprime; dan pada dunia usaha, terutama mereka yang memiliki tingkat utang yang tinggi dalam bentuk obligasi dengan suku bunga variabel. The Fed telah memberi isyarat, hal ini kemungkinan akan menurunkan belanja konsumen dan belanja bisnis – termasuk perekrutan tenaga kerja – dalam beberapa bulan mendatang,” paparnya.
Inflasi Indonesia Mantap di Peringkat 7 Terendah Dunia
Inflasi Indonesia bulan September 2023 tercatat tetap terkendali pada rentang sasaran 3%±1 yaitu pada level 2,28% yoy, di tengah kekhawatiran terhadap kenaikan harga komoditas pangan dan energi global. Realisasi inflasi tersebut merupakan yang terendah sejak Februari 2022.
Pencapaian inflasi Indonesia ini tidak terlepas dari koordinasi dan sinergi yang kuat berbagai pihak melalui TPIP-TPID dalam mengendalikan gejolak harga di tengah berbagai tantangan.
Selain itu, capaian tersebut juga lebih baik dibandingkan realisasi inflasi sejumlah negara seperti Jepang (3,2% yoy), Korea Selatan (3,4% yoy), Vietnam (3,66% yoy), Amerika Serikat (3,7% yoy), Euro Area (4,3% yoy), Jerman (4,5% yoy), Brazil (4,61% yoy), Rusia (5,2% yoy), Inggris (6,7% yoy), India (6,83% yoy), Turki (58,94% yoy) dan Argentina (124% yoy).
“Pencapaian realisasi inflasi September 2023 didukung oleh inflasi volatile food (VF) yang terkendali, inflasi administered prices (AP) yang terus melandai dan inflasi core/inti yang terjaga stabil. Inflasi Indonesia relatif terkendali di tengah gejolak harga sejumlah komoditas pangan dan energi global serta adanya ancaman el nino,” ungkap Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Airlangga Hartarto, dalam keterangan tertulis, Selasa (3/10/2023).
Perkembangan inflasi September 2023 dipengaruhi oleh pergerakan seluruh komponen inflasi. Di tengah tantangan kenaikan harga beras, inflasi VF masih terkendali di level 3,62% (yoy) dan sesuai dengan rentang sasarannya yang disepakati dalam High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Pusat (HLM TPIP) pada 20 Februari 2023 yakni kisaran 3% s.d 5% (yoy).
Pemerintah terus berupaya menjaga ketersediaan pasokan pangan di antaranya melalui penguatan cadangan pangan pemerintah khususnya beras. Penyaluran beras medium melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) terus dilaksanakan.
Lebih lanjut, dalam rangka menjaga daya beli masyarakat miskin dan rentan, bantuan pangan beras kembali disalurkan kepada 21,3 juta KPM. Realisasi sampai dengan 1 Oktober 2023 yakni sebesar 98,37% dari total alokasi bulan September.
Advertisement
Administered Prices
Komponen administered prices mengalami inflasi sebesar 0,23% (mtm) atau 1,99% (yoy). Rendahnya inflasi AP secara tahunan terjadi seiring hilangnya base year effect pada September 2022 yang mengalami peningkatan signifikan akibat penyesuaian harga BBM.
Sementara komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,12% (mtm) atau 2,00% (yoy). Secara tahunan inflasi inti masih terjaga stabil dalam rentang target yaitu 3%±1 yang mengindikasikan daya beli masyarakat masih baik. Lebih lanjut, berdasarkan catatan Trading Economics, realisasi inflasi inti Indonesia merupakan salah satu yang terendah yaitu berada di peringkat 7 dari 83 negara.
“Ke depan, kita akan terus mewaspadai dan memonitor fenomena-fenomena domestik maupun global yang dapat berdampak terhadap inflasi. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi saat ini, komitmen dan sinergi bersama seluruh pihak baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia akan terus diperkuat guna menjaga inflasi tetap stabil dan terkendali,” pungkas Menko Airlangga.