Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat jumlah aset keuangan syariah di Indonesia terus mengalami peningkatan. Data terakhir yang dikantongi OJK, aset keuangan syariah Indonesia mencapai Rp 2.450,55 triliun per Juni 2023.
"Secara keseluruhan pertumbuhan aset keuangan syariah Indonesia telah mencapai Rp 2.450,55 triliun atau sekitar USD 163,09 miliar posisi per Juni 2023," ujar Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara dalam Ijtima' Sanawi Dewan Pengawas Syariah ke-19, di Hotel Grand Sahid Jakarta, Jumat (13/10/2023).
Advertisement
Menurutnya, angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 13,37 persen secara tahunan (yoy) dengan pangsa pasar sebesar 10,94 persen terhadap total keuangan nasional.
Mirza menyebut, perkembangan yang positif ini menunjukkan sektor keuangan syariah memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara nasional.
Dalam menopang jumlah aset tersebut, Mirza mengatakan industri perbankan syariah nasional berhasil mencatatkan pertumbuhan yang cukup baik. Posisi per Juni 2023 pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia tumbuh menjadi 7,31 persen dari total industri perbankan nasional.
"Pertumbuhan tersebut ditopang oleh 13 bank umum syariah, 20 unit usaha syariah, dan 171 BPRS dengan sebaran porsi aset 65,78 persen Bank umum syariah, 31,68 persen unit usaha syariah, dan BPRS sebesar 2,54 persen," jelasnya.
Sementara itu, dari sektor pasar modal syariah, per akhir Agustus 2023, pangsa pasar produk sukuk korporasi, sukuk negara dan reksa dana syariah mencapai 12,7 persen. Sedangkan pangsa pasar saham syariah telah mencapai 56 persen terhadap seluruh saham yang tercatat di bursa efek indonesia.
"Indonesia juga telah 4 kali berturut-turut mendapatkan penghargaan tingkat internasional sebagai The Best Islamic Capital Market yang diberikan oleh Global Islamic Financial Award (GIFA) sejak tahun 2019 sampai 2022," jelas dia.
Wapres: Potensi Ekonomi Syariah Besar Tapi Capaiannya Masih Sedikit
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menilai potensi ekonomi syariah di Indonesia terbilang besar. Namun, pada saat yang sama, capaian realisasi pemanfaatan ekonomi dan keuangan syariah masih sedikit.
Dia mengatakan, sektor unggulan ekonomi syariah tercatat mengalami pertumbuh positif dalam beberapa tahun terakhir.
"Kita patut bersyukur sektor unggulan ekonomi syariah catat capaian positif dalam beberapa tahun terkahir. Keunikan universalitas mampu tawarkan pilihan jalankan ekononomi syariah," kata dia dalam Ijtima' Sanawi Dewan Pengawas Syariah ke-19, di Hotel Grand Sahid Jakarta, Jumat (13/10/2023).
Kendati demikian, Wapres memandang capaian yang sudah tercatat ini masih jauh dari potensi ekonomi syariah di Tanah Air.
"Capaian positif itu masih belum nemadai dibanding potensi ekonomi syariahnya. Potensinya masih besar, capaiannya masih sedikir, itu masih harus disesuaikan dari tantangan tersebut," ungkapnya.
Advertisement
Kunci Percepatan
Langkah itu yang menurut Ma'ruf Amin bisa menjadi kunci untuk mempercepat pertumbuhan implementasi ekonomi dan keuangan syariah nasional. Dia mencatat, saat ini ekonomi syariah juga tengah menghadapi tantangan disrupsi digital.
Dia melihat dampaknya membuat pasar konvensional ikut tergerus dengan pasar digital seperti Pasar Tanah Abang yang mulai sepi. Pada konteks ekonomi syariah, hal ini pula yang perlu diantisipasi
"Tantangan ini juga yang terjadi di sektor ekonomi syariah. Oleh sebab itu pelaku sketor ini harus sigap untuk mitigasi dan antisipasi," tegasnya.