Bukalapak Intip Peluang Investasi dan Fokus Bisnis Inti

Head of Investor Relations Bukalapak Carl Reading menyebut peluang investasi oleh Bukalapak cukup terbuka. Dalam hal ini Bukalapak akan fokus dengan bisnis inti perusahaan.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 13 Okt 2023, 17:47 WIB
Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) memberi sinyal untuk terus berinvestasi dan fokus pada bisnis inti perseroan. 

Head of Investor Relations Bukalapak Carl Reading menyebut peluang investasi oleh Bukalapak cukup terbuka. Dalam hal ini Bukalapak akan fokus dengan bisnis inti perusahaan. 

Sayangnya, ia tidak menjelaskan secara rinci terkait rencana investasi perusahaan ke depannya. Terlepas dari itu, Bukalapak memiliki banyak pertimbangan ketika hendak investasi untuk pengembangan bisnis perusahaan. 

"Kami selalu bekerja sama dengan erat dan sangat fokus pada bisnis inti kami," ujar dia dalam paparan publik, Jumat (13/10/2023). 

Pada dasarnya, Bukalapak selalu berusaha mencari keuntungan dalam setiap investasi yang dilakukannya. Dengan demikian, Bukalapak tidak bisa sembarangan mengucurkan uangnya ke berbagai sektor bisnis tertentu. 

"Kami tidak pernah melakukan ekspansi berlebihan ke bidang non inti," kata dia.

Asal tahu saja,  PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) menjadi salah satu perusahaan dengan pencatatan saham paling besar sejak tiga tahun terakhir dengan nilai Rp21,9 triliun. 

Mengacu pada berita sebelumnya, seluruh dana hasil IPO Bukalapak digunakan untuk mendanai kebutuhan modal kerja. Rinciannya antara lain 66 persen akan dialokasikan kepada Bukalapak dan 34 persen akan dialokasikan untuk kebutuhan modal kerja entitas anak Bukalapak.

Dana IPO untuk entitas anak usaha Bukalapak antara lain 15 persen untuk masing-masing PT Buka Mitra Indonesia (BMI) dan PT Buka Usaha Indonesia (BUI), dan 1 persen untuk masing-masing PT Buka Investasi Bersama (BIB), PT Buka Pengadaan Indonesia (BPI), Bukalapak Pte. Ltd., dan PT Five Jack.

Sementara itu, BUKA juga telah mengumumkan kinerja keuangan yang berakhir pada 30 Juni 2023. Secara kuartalan, Perseroan membukukan pendapatan Rp 1,18 triliun pada kuartal II 2023 atau naik 30 persen dibanding kuartal II 2022 yang tercatat sebesar Rp 903 miliar.

Presiden Bukalapak Teddy Oetomo mengatakan, bisnis marketplace maupun online-to-offline (o2o) terus memberikan hasil yang baik dari seluruh aplikasi dan platform perseroan.


Jaga Kondisi Keuangan yang Kuat

Paparan publik PT Bukalapak.com Tbk, Jumat, 13 Oktober 2023. (Foto: tangkapan layar/Elga N)

Kondisi itu membuat perusahaan semakin yakin dalam mewujudkan misi jangka panjang perseroan meraih keuntungan pada kuartal keempat tahun ini, setelah mencatat peningkatan adjusted EBITDA selama 6 kuartal berturut-turut. Adjusted EBITDA Bukalapak mencapai Rp (125 miliar) pada kuartal II 2023, meningkat 65 persen dari tahun sebelumnya sebesar Rp (360 miliar).

Angka tersebut mencerminkan peningkatan sebesar 30 persen dari proyeksi awal yang diberikan bersamaan dengan hasil kinerja keuangan 2022 dan kuartal pertama 2023, di mana diproyeksikan adjusted EBITDA loss sebesar Rp 150 miliar hingga Rp 175 miliar untuk kuartal II.

"Kami sangat puas dengan hasil kinerja ini karena kami dapat mempertahankan pertumbuhan pendapatan yang kuat dan peningkatan menuju profitabilitas di semua segmen kami, sambil tetap menjaga kondisi keuangan yang kuat. Oleh karena itu, kami tetap yakin untuk tetap mengacu pada proyeksi kami dalam mencapai keuntungan pada akhir tahun dengan basis adjusted EBITDA," imbuh Teddy.


Pendapatan Bukalapak

Ilustrasi Bukalapak (Dok: Bukalapak)

Dari sisi take rate Bukalapak pada kuartal II 2023 tercatat sebesar 2,86 persen atau naik dibandingkan kuartal II 2022 sebesar 2,47 persen. argin kontribusi naik 622 persen pada kuartal II 2023 menjadi 124 miliar dari minus Rp 24 miliar pada kuartal I 2022.

Total Processing Value (TPV) Bukalapak pada kuartal II 2023 naik 13 persen menjadi Rp 41,11 triliun dibandingkan kuartal II 2022 sebesar Rp 36,54 triliun. Sebanyak 70 persen dari TPV perusahaan berasal dari luar wilayah Tier 1 di Indonesia. "Dari sini terlihat jelas kedua sisi manfaat dari model penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi toko ritel tradisional," kata Teddy.

Secara kumulatif, Bukalapak membukukan pendapatan Rp 2,18 triliun pada paruh pertama tahun ini. Pendapatan itu naik  28,97 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,69 triliun.

 


Genjot Pertumbuhan Take Rate

Mitra Bukalapak (Foto: PT Bukalapak.com Tbk/BUKA)

Sebelumnya, PT Bukalapak.com (BUKA) berencana genjot pertumbuhan take rate untuk mewujudkan adjusted EBITDA atau EBITDA penyesuaian positif.

Secara historis, adjusted EBITDA Bukalapak konsisten mencatatkan perbaikan. Di mana hingga kuartal I 2023, adjusted EBITDA tercatat sebesar -Rp 209 miliar, atau naik sebesar 44 persen YoY, di mana rasio adjusted EBITDA terhadap TPV menunjukkan peningkatan dari -1,1 persen pada kuartal I 2022 menjadi -0,5 persen pada kuartal I 2023. Take rate perseroan sempat turun pada kuartal III 2022.

Sebagai gambaran, take rate dapat diartikan sebagai biaya atau komisi yang dikenakan oleh pasar atas transaksi yang dilakukan oleh penjual pihak ketiga atau penyedia layanan. Take rate menjadi salah satu pemasukan bagi perusahaan berbasis teknologi.

"Kita harap take rate bisa naik terus. Kalau pada kuartal III 2022 lalu kita mengejar kontribusi margin positif. Saya enggak takut, jadi ada beberapa trimming di take rate. Tapi pertumbuhan GMV (Gross Merchandise Value)-nya tinggi saat itu. Lalu saya sadar itu keputusan salah, makanya kuartal IV balik lagi take rate nya," ujar Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Bukalapak.com Tbk, Teddy Nuryanto Oetomo, Kamis (4/5/2023).

Alhasil pada akhir tahun lalu, perseroan berhasil membukukan adjusted EBITDA sebesar -Rp 235 miliar. Di mana rasio adjusted EBITDA terhadap TPV menunjukkan peningkatan dari -1,1 persen pada kuartal IV 2021 menjadi -0,6 persen di kuartal IV 2022.

"Meskipun Perseroan telah mencatat laba bersih pada 2022, Perseroan tetap memiliki fokus pada kinerja operasional Perseroan. Oleh karena itu, manajemen Perseroan tetap menggunakan adjusted EBITDA sebagai indikator kinerja Perseroan,” kata Teddy pada pemberitaan sebelumnya.

 

Infografis Hari Belanja Online (Liputan6/desi)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya