Wall Street Bervariasi Imbas Lonjakan Harga Minyak hingga Kekhawatiran Inflasi

Wall street beragam pada perdagangan Jumat, 13 Oktober 2023. Indeks Dow Jones naik sendirian di antara tiga indeks saham acuan seiring kenaikan harga minyak.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Okt 2023, 07:18 WIB
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada Jumat, 13 Oktober 2023 (Foto: Darian Garcia/Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada Jumat, 13 Oktober 2023 tertekan oleh lonjakan harga minyak dan meningkatnya harapan inflasi sehingga wall street akhiri pekan yang bergejolak.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (14/10/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 merosot 0,50 persen ke posisi 4.327,78. Indeks Nasdaq anjlok 1,23 persen ke posisi 13.407,23. Indeks Dow Jones naik tipis 0,12 persen atau 39,15 poin ke posisi 33.670,29.

Selama sepekan, indeks Dow Jones dan S&P 500 mencatat penguatan. Indeks S&P 500 naik 0,45 persen. Indeks Dow Jones bertambah 0,79 persen. Sedangkan indeks Nasdaq tergelincir 0,18 persen.

Wall street turun dari level tertinggi setelah data sentimen konsumen yang rilis pada Jumat pagi ini. Menurut survei, Universitas Michigan yang diawasi  ketat, data awal sentimen konsumen merosot pada Oktober, sedangkan harapan inflasi melonjak.

Indeks S&P 500 mencapai titik terendah pada perdagangan Jumat pekan ini seiring kenaikan harga minyak di tengah kekhawatiran perang Israel-Hamas dapat meningkatkan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) dan Brent masing-masing naik lebih dari 5 persen membukukan kinerja terbaik sejak 3 April.

Harga emas berjangka yang ditutup lebih tinggi sebesar 3,11 persen, mengalami hari terbaik pada tahun ini, sejak 1 Desember 2022.

Investor juga mengawasi imbal hasil treasury. Imbal hasil treasury bertenor 10 tahun turun 9 basis poin menjadi 4,62 persen. Imbal hasil obligasi bertenor 2 tahun turun 1 basis poin menjadi 5,05 persen. Imbal hasil dan harga cenderung berlawanan arah.

“Suku bunga masih memegang kendali, dan itu adalah rebound yang kami lihat sejak Jumat lalu,” ujar Chief Technical LPL Financial Adam Turnquist.

 

 


Investor Hati-Hati terhadap Saham

Bursa Efek New York, Amerika Serikat (Foto: Unsplash/Jimmy Woo)

“Ada tanda-tanda awal secara teknis melihat adanya kapitulasi, tetapi kami masih berjuang melawan tren naik pada imbal hasil obligasi bertenor panjang,” ia menambahkan.

Investor tetap sedikit berhati-hati terhadap saham, tetapi optimistis saham dapat menguat pada kuartal IV jika imbal hasil kembali turun dan suku bunga bergerak lebih rendah.

“Obligasi sekarang menawarkan persaingan yang kuat untuk saham mengingat imbal hasil yang ada. Jadi pandangan kami saat ini netral terhadap saham,” ujar Chief Equity Strategist LPL Jeff Buchbinder.

Ia menambahkan, jika imbal hasil stabil seperti yang diperkirakan, kondisi tersebut masih cukup baik untuk saham. Selain itu, risiko kenaikan suku bunga tergantung pada percepatan kembali inflasi.

Sejumlah laporan positif dari perusahaan keuangan besar pada Jumat pekan ini mengawali musim laporan laba kuartal III. Saham JPMorgan Chase bertambah 1,5 persen. Saham Wells Fargo menguat di atas 3 persen. Sedangkan saham Citigroup melemah 0,2 persen. Selain itu, saham BlackRock turun 1,3 persen.  Di sisi lain, saham UnitedWealth Group naik 2,6 persen.


Penutupan Wall Street pada 12 Oktober 2023

Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Kamis, 12 Oktober 2023. Wall street tertekan oleh kenaikan imbal hasil obligasi AS karena pelaku pasar khawatir data baru yang menunjukkan inflasi AS bertahan.

Dikutip dari CNBC, Jumat (13/10/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 0,51 persen atau 173,73 poin ke posisi 33.631,14. Indeks S&P 500 turun 0,62 persen ke posisi 4.349,61. Indeks Nasdaq melemah 0,63 persen ke posisi 13.574,22. Tiga indeks acuan itu mengakhiri kenaikan beruntun dalam empat hari.

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS melonjak didukung data inflasi baru pada perdagangan Kamis pekan ini. Suku bunga acuan bertenor 10 tahun naik hampir 11 basis poin menjadi 4,7 persen. Imbal hasil obligasi AS bertenor 2 tahun berada di posisi 5,06 persen setelah naik lebih dari 6 basis poin.

Imbal hasil obligasi baru-baru ini mencapai level tertinggi dalam 16 tahun mengguncang saham. Awal bulan ini, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun diperdagangkan di atas 4,8 persen.

 


Imbal Hasil Obligasi

Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Sejumlah investor percaya imbal hasil lebih tinggi akan bertahan mempengaruhi penurunan pasar saham pada perdagangan Kamis, 12 Oktober 2023.

“Setiap angka CPI yang muncul menunjukkan lebih banyak kekakuan yang hilangkan keyakinan pada akhirnya kita akan mencapai inflasi 2 persen. Kami tidak akan mencapai inflasi 2 persen, tetapi pasar obligasi masih percaya kami akan mencapai atau mendekatinya,” ujar Managing Partner and Global Strategist MRB Partners, Philip Colmar.

Ia menuturkan, saham terus bergerak ke zona merah seiring pelaku pasar menyadari imbal hasil obligasi akan bergerak lebih tinggi.

Carson Group Vice President Carson Group, Sonu Varghese menuturkan, korelasi negatif langsung terhadap harga saham ketika imbal hasil naik terutama dalam jangka waktu singkat seperti yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir.

“Ada premi risiko saham, tapi mungkin lebih rendah daripada sebelum kita mendapatkan lonjakan imbal hasil baru-baru ini,” ujar dia.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya