5 Langkah Sederhana Mindfulness di Dunia Kerja, Apa Saja?

Mindfulness mungkin tampak seperti ide yang bagus, tetapi bagaimana kamu menjadi lebih mindfulness dalam konteks hari kerja yang sibuk? Berikut ulasannya!

oleh Wanda Andita Putri diperbarui 18 Okt 2023, 19:02 WIB
Pahami pengertian tentang kecerdasan intrapersonal dan interpersonal dalam bekerja. (unsplash.com/Campaign Creators).

Liputan6.com, Jakarta - Mungkin kamu bertanya-tanya bagaimana cara menjadi pribadi yang stabil, konsisten, dan bijak dalam mengambil keputusan saat bekerja? Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan melakukan praktik mindfulness di tempat kerjamu. Kamu mungkin memiliki pesan, panggilan, telepon, rapat, dan presentasi yang harus dilakukan, yang tentu saja itu hasil karyamu sendiri. Di tengah kesibukan itu, kamu tetap harus bisa menerapkan prinsip mindfulness agar kamu merasa lebih hidup dan produktif.

Bila kamu seorang pemimpin, mungkin kamu pernah menemukan karyawanmu yang sedang terjebak dalam rasa cemas akan masa depan karier, susah fokus saat bekerja, dan memiliki pikiran yang bercabang-cabang hingga mengganggu pekerjaannya, mencoba praktik mindfulness ini merupakan solusi yang tepat yang dapat kamu tawarkan pada karyawanmu. Berdasarkan informasi yang dilansir dari halaman Mindful pada Senin (16/10/23), terdapat beberapa cara untuk menerapkan mindfulness di dunia kerja. Apa saja? Yuk simak!

1. Hadir Secara Sadar

Hal yang paling penting dalam dunia kerja adalah perihal kesadaran. Ketika kamu secara sadar hadir di tempat kerja, kamu menyadari dua aspek pengalaman kamu dari waktu ke waktu, yaitu apa yang terjadi di sekitar kamu dan apa yang terjadi di dalam dirimu. Pekerjaan yang dilakukan dengan penuh perhatian berarti secara sadar hadil dalam apa yang kamu lakukan, ketika kamu melakukannya akan sama seperti kamu sedang mengelola kondisi mental dan emosional kamu.

Apabila kamu sedang menulis laporan, kewaspadaan mengharuskan kamu memberikan perhatian penuh. Setiap kali pikiran kamu melayang ke hal-hal speerti itu, akui saja pemikiran tersebut dan kembalikan perhatian kamu ke tugas yang sedang kamu lakukan. Mungkin, hal ini akan terdengar sederhana, tetapi banyak aspek pengalaman kamu yang dapat menghalanginya.

2. Lakukan Latihan Singkat Mindfulness di Tempat Kerja

Latihan mindful akan melatih otak kamu untuk lebih mindful. Semakin banyak latihan minfulness yang kamu lakukan, semakin mudah pula otak kamu memasuki kondisi mindful sehingga bisa mengoptimalkan fungsi otak kamu. Menemukan waktu untuk latihan mindfulness selama 30 menit di tempat kerja tampaknya akan sulit. 

Namun, latihan ini dapat dilakukan dalam waktu yang singkat dan tidak mengganggu pekerjaanmu. Bahkan, satu menit terhubung secara sadar dengan salah satu indera kamu dapat diklasifikasikan sebagai latihan minfulness. Kamu tidak perlu memejamkan mata ataupun duduk sendirian.

Cobalah cari waktu luang dalam sehari untuk melatih kesadaran. Proses ini dapat membantu menyeimbangkan kembali sistem saraf kamu, mengurangi respons melawan, dan melibatkan bagian bijak otak kamu sehingga kamu dapat membuat keputusan yang masuk akal daripada bereaksi secara otomatis terhadap situasi.

 

 


3. Jadilah Orang yang Single-tasking

Ilustrasi perempuan karir yang sukses dan bahagia/copyright freepik.com/benzoix

Single-tasking adalah melakukan satu hal pada satu waktu. Sejatinya, tidak ada seorang pun yang benar-benar bisa melakukan banyak tugas dalam satu waktu. Kenyataannya, otak kamu yang berpindah dari satu hal ke hal lain secara cepat, seringkali akan kehilangan data dalam prosesnya. Oleh karena itulah, alasan mengapa multi-tasking itu kurang efektif untuk saat ini.

Jika multi-tasking tidak efesien, mengapa masih banyak orang yang melakukannya? Alasannya terungkap dalam penelitian yang dilakukan Zheng Wang di Ohio State University, ia meneliti siswa dan menemukan bahwa ketika mereka melakukan banyak tugas, hal itu membuat mereka merasa lebih poduktif, meskipun kenyataannya mereka tidak produktif. Penelitian lain menemukan bahwa semakin banyak kamu mengerjakan tugas, semakin kamu akan kecanduan akan hal itu.

4. Gunakan Pengingat yang Mindful

Kebanyakan orang yang pernah membaca atau mengikuti pelatihan minfulness menghargai manfaat hidup mindfulness. Sayangnya, mereka selalu lupa untuk berhati-hati. Alasan kamu lupa untuk berhati-hati adalah kerena mode normal atau default otak kamu yang terbiasa tenggelam dalam pikiranmu sendiri sehingga menjalankan semacam narasi internal.

Ketika kamu melakukan aktivitas sehari-hari, otak kamu akan mengalihkan kamu ke kondisi energi yang tidak disadari, hampir seperti mimpi. Penelitian yang dilakukan di Harvard University menunjukkan bahwa 47 % dari hari-hari seseorang dapat dihabiskan dengan melamun. Penelitian yang sama menemukan bahwa bermimpi di siang hari dapat berdampak negatif pada kesejahteraanmu. Menjadi auto-pilot berarti kamu tidak sepenuhnya hadir dan sadar terhadap peluang dan pilihan di sekitarmu. Kamu tidak bisa menjadi kreatif, merencanakan sesuatu yang baru, atau merespons dengan tepat bila kamu beroperasi secara mekanis.


5. Jadikan Stres sebagai Teman Kamu

Ilustrasi bekerja keras. (Image by master1305 on Freepik)

Penelitian terbaru yang dilakukan di Universitas Wisconsin-Madison menanyakan pertanyaan yang sama kepada 30.000 orang, “Apakah persepsi bahwa stres memengaruhi kesehatan?” Hasilnya sungguh mencengangkan. Para peneliti menemukan bahwa orang yang mengalami stres tingkat tinggi, tetapi percaya bahwa stres itu baik bagi mereka dan memiliki tingkat kematian yang paling rendah. Sebaliknya, orang dengan stres berat yang percaya bahwa stres berdampak buruk bagi kesehatannya memiliki peluang kematian tertinggi. 

Keyakinan kamu tentang stres jelas memengaruhi dampaknya terhadap kesehatan dan kesejahteraanmu. Studi lain bahkan menemukan bahwa pembuluh darah menyempit pada orang yang percaya bahwa stres buruk bagi mereka, tetapi tetap terbuka dan sehat pada mereka yang percaya bahwa stres baik bagi mereka.

 


6. Kembangkan Kerendahan Hati

Ilustrasi Pekerja Wanita (RAEng_Publications/Pixabay)

Kerendahan hati berasal dari bahasa latin humilis yang berarti membumi. Orang yang rendah hati memiliki rasa percaya diri yang tenang terhadap dirinya sendiri dan tidak merasa perlu untuk terus-menerus mengingatkan orang lain tentang pencapaiannya. Kerendahan hati mungkin tampak berlawanan dengan budaya saat ini yang mengagung-agungkan orang yang paling berisik dan menarik perhatian.

Namun sebenarnya, kerendahan hati itu menarik. Tidak ada seorang pun yang senang berada di dekat orang-orang yang terus-menerus memuji dirinya sendiri dan kebanyakan orang menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang bersedia mendengarkan mereka daripada membicarakan diri mereka sendiri sepanjang waktu.

Kerendahan hati seringkali disalahartikan dengan kelemahlembutan, tetapi keduanya tidak sama. Kerendahan hati tidak berarti menganggap diri kamu lebih rendah, tetapi ini berarti menyadari ketergantungan alami kamu dan kesetaraan dengan orang-orang di sekitarmu. Bagaimana kerendahan hati dikaitkan dengan mindful? Mindfulness adalah perihal menerima diri sendiri apa adanya dan terbuka untuk mendengarkan serta belajar dari orang lain. Mindfulness juga identik dengan rasa syukur.

Infografis PNS Bekerja dari Rumah Bakal Efektif? (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya