Liputan6.com, Purwakarta - Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, punya cara unik untuk mengendalikan hama tikus yang mengganggu produktivitas tanaman padi. Yakni, dengan menyiagakan burung hantu di areal persawahan.
Burung jenis Tyto Alba atau Serak Jawa itu dianggap sebagai predator alami untuk menangkis serangan tikus.
Kepala UPTD Perlindungan Tanaman pada Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Wawan Hermawan menjelaskan, serangan hama memang masih menjadi salah satu yang paling dikhawatirkan para petani di wilayahnya.
Karena, hama ini akan menyebabkan produktivitas tanaman padi mereka terganggu. Sejauh ini, ada tiga hama yang paling diwaspadai. Yakni, hama tikus, penggerek batang dan wereng batang coklat.
"Yang paling kami antisipasi, itu hama tikus. Karena paling mendominasi," ujar Wawan saat berbicang dengan Liputan6.com, belum lama ini.
Baca Juga
Advertisement
Wawan menuturkan, hama tikus itu lebih ke merusak tanaman padi. Sehingga, pihaknya secara konsisten akan membantu petani dengan cara mengendalikan hama tersebut. Salah satunya, menyiagakan predator alami. Adapun upaya tersebut, telah dilakukan sejak 2022 lalu.
"Saat ini, kami sedang fokus pada pembangunan rumah burung hantu (Rubuha) termasuk penyediaan burung hantu-nya. Tahun lalu, sudah ada 12 rubuha yang kita bangun di empat kecamatan. Tahun ini, kami juga akan bangun Rubuha ini dan membeli 10 ekor burung hantu-nya untuk dikembang biakkan," jelas dia.
Simak Video Pilihan Ini:
Rubuhan Dibangun, Populasi Tikus Menurun
Hasil pengamatan pihaknya, saat ini populasi tikus menjadi berkurang sejak dibangunnya Rubuha. Karena itu, pada tahun ini pembangunan rubuha kembali dimassifkan. Terutama, areal pesawahan yang ada wilayah-wilayah perbatasan. Seperti, Kecamatan Cibatu (perbatasan Subang), Kecamatan Campaka, dan Kecamatan Bungursari (perbatasan Karawang).
"Kami juga akan menyasar Kecamatan Maniis yang merupakan wilayah perbatasan Purwakarta-Cianjur," kata dia.
Selain itu, lanjut dia, Rubuha berikut burung hantu0nya juga akan disiapkan di wilayah selatan perbatasan dengan Subang. Yaitu, Kecamatan Wanayasa dan Kiarapedes. Termasuk, di perbatasan Purwakarta dengan Kabupaten Bandung Barat, yaitu Kecamatan Bojong dan Darangdan.
"Tahun ini, anggaran kita hanya mampu untuk membeli 10 ekor atau 5 pasang burung hantu. Itu akan dilepaskan di rubuha yang telah dibangun dengan cara swadaya dari para petani," ujar Wawan.
Wawan kembali menjelaskan, burung hantu yang dikembangkan jenis Tyto Alba atau Serak Jawa. Ini merupakan hewan yang beraktifitas di malam hari dan makannya hanya satu, yaitu tikus. Sebelum dilepaskan di alam liar, burung hantu ini akan dikarantina selama sebulan di dalam Rubuha tersebut.
"Jadi, kami menyiapkan dulu rumahnya sebelum kita kembang biakkan. Jika populasinya bagus, maka keberadaan mereka menjadi predator alami bagi tikus. Dengan demikian, mata rantai makanan berjalan dengan baik. Kedepan, kita menargetkan 1 kecamatan minimalnya punya 3 rumah burung hantu," pungkasnya.
Advertisement