Pandemi COVID-19 Berakhir, Kebiasaan Cuci Tangan Harus Jalan Terus

Kasus COVID-19 masih ada tapi sudah turun drastis. Meski begitu pakar ungkap kebiasaan cuci tangan pakai sabun masih menjadi hal yang penting.

oleh Ruli Ananda Putri diperbarui 15 Okt 2023, 17:00 WIB
ilustrasi cuci tangan masih menjadi hal yang penting dilakukan untuk mencegah penyakit selain COVID-19/credit: @pixabay/ivabalk

Liputan6.com, Jakarta - Pakar Penyakit Infeksi dan Tropis Anak, Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari, Sp.A(K), M.Trop.Paed mengatakan cuci tangan pakai sabun merupakan kebiasaan yang penting diteruskan meski pandemi COVID-19 berakhir.

“Selama tiga tahun lebih, yang dominan itu virus COVID-19. Sekarang ketika COVID-19 menurun, justru yang muncul adalah sakit saluran pernapasan dan pencernaan,” kata Hinky.

Menurut Hinky, ketika COVID-19 mendominasi, membuat virus yang lain kalah. Nah, mengingat saat ini penularan COVID-19 mereda, kuman penyebab gangguan saluran pernapasan dan pencernaan lebih mendominasi. Kemunculan penyakit tersebut akibat kelalaian masyarakat.

“COVID-19 dapat terkendali karena kita cuci tangan, pakai masker, dan vaksinasi,” singung Hinky.

“Sementara sekarang, kewaspadaan kita menurun, ketika lalai dan menganggap enteng,” tambahnya jelang peringatan Hari Cuci Tangan Sedunia 2023 bersama Lifebuoy digelar di Cilandak Town Square Sabtu, 14 Oktober 2023.

Harus Siaga Terus Hadapi Serangan Kuman 

Guna mencegah agar tak jatuh sakit akibat kuman yang menyerang saluran pernapasan dan pencernaan, maka kebiasaan mencuci tangan pakai sabun harus jalan terus. 

Hinky mengatakan, cuci tangan adalah bentuk pencegahan dari penyakit yang dapat dilakukan dengan mudah dan murah. Menurunnya dengan cuci tangan kuman akan ikut mati, mengalir, larut, dan lepas bersama air.


Lebih Baik Mencegah daripada Mengobati

Ilustrasi orang tua ajarkan anak cara mencuci tangan yang baik. (Sumber foto: Pexels.com)

Kuman yang masuk melalui saluran pernapasan hingga pencernaan, dapat menyebabkan batuk, flu, sesak napas, dan lainnya. Penyembuhan penyakit tersebut membutuhkan waktu yang lama. Sehingga menurut Hinky, lebih baik mencegah daripada mengobati.

“Pencegahan penyakit sama seperti ketika saat COVID-19. Poin-poinnya tidak berbeda, kita tanamkan perilaku cuci tangan, memakai masker, jaga jarak, serta sirkulasi udara yang baik,” jelas Hinky.

Ini adalah perilaku siaga untuk melindungi anak cucu kita, tambah Hinky.

“Kita bisa membuat benteng terhadap kuman yang selalu siaga melindungi dengan mencuci tangan,” tutur Hinky.

Tidak lupa Hinky mengingatkan kepada orang tua agar tidak lengah mengajari anak cuci tangan pakai sabun. Bukan tanpa alasan, cara ini efektif mencegah kemunculan penyakit infeksi baru.


Hand Sanitizer atau Sabun Cuci Tangan?

Ilustrasi Orang Tua Biasakan Anak Mencuci Tangan. Sumber: Freepik

Saat COVID-19 tinggi, masyarakat juga memanfaatkan hand sanitizer untuk membersihkan tangan saat tidak bisa mencuci tangan dengan sabun. Kehadiran hand sanitizer yang praktis dibawa berpergian menjadi salah satu barang favorit yang dibawa hingga saat ini.

Namun, menurut Hinky cuci tangan pakai sabun (CTPS) itu lebih baik dibanding hand sanitezer.

“CPTS lebih baik untuk membunuh kuman,” jelas Hinky.

Sejarahnya memang hand sanitizer dirancang untuk alternatif sabun. Lalu Hinky menegaskan bahwa hand sanitizer kurang efektif membunuh kuman dibanding sabun.

"Lebih baik menggunakan sabun dengan air mengalir," tegasnya lagi. 

Infografis peranan penting orang tua dalam pengasuhan anak (parenting) Source: Kementerian Sosial Reublik Indonesia

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya