Liputan6.com, Jakarta Lilin aromaterapi kerap menjadi cara sebagian orang untuk membuat ruangan menjadi lebih wangi. Lalu, disebut-sebut bisa membuat suasana menjadi lebih tenang dan meredam stres.
Namun, tidak semua orang menyukai wewangian termasuk yang berasal dari lilin aromaterapi. Sebuah survei menemukan bahwa orang yang sensitif terhadap wewangian dapat mengalami sakit kepala, sesak napas, dan batuk akibat paparan lilin aromaterapi.
Advertisement
“Wewangian musim gugur tampaknya paling menyengat dibandingkan dengan wewangian bunga yang lembut, dan saya menemukan beberapa pasien yang sensitif terhadap wewangian,” kata ahli paru di Jersey City Medical Center, Jyoti Matta, MD, ABSM, mengutip Verywell Health
Matta mengatakan wewangian sesedikit apa pun dapat menyebabkan iritasi bagi pengidap asma atau alergi. Wewangian dapat memicu sensasi terbakar di tenggorokan, dada sesak, batuk kering, mata berair atau merah, hidung tersumbat, dan pilek.
“Ini tidak ada hubungannya dengan toksisitas pembakaran lilin. Ini ada hubungannya dengan aroma lilin itu,” katanya.
Saat lilin aromaterapi menyala, lilin melepaskan bahan kimia tertentu ke lingkungan.
“Emisi lilin aromaterapi dapat terjadi karena pembakaran lilin alami serta pembakaran bahan pewangi yang ada di dalam lilin. Dan mungkin termasuk benzena, formaldehida, dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH),” kata dokter ahli toksikologi medis yang berbasis di Washington DC, Kelly Johnson-Arbor, MD.
Lilin Aromaterapi Tebarkan Senyawa Kimia
Benzena, formaldehida, dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) adalah senyawa kimia yang dikaitkan dengan kanker. Kandungan senyawa ini lah menimbulkan kekhawatiran terhadap keamanan lilin aromaterapi.
“Konsentrasi puncak karbon monoksida dan nitrogen dioksida terjadi dalam beberapa jam setelah menyalakan lilin, sementara kadar formaldehida di udara dapat meningkat berjam-jam setelah lilin dinyalakan,” kata Johnson-Arbor.
“Jika Anda menderita asma atau berisiko terkena penyakit jantung atau paru-paru, Anda mungkin tidak ingin membakar lilin wangi terlalu lama, katanya. Namun kebanyakan orang tidak perlu terlalu khawatir dengan paparan lilin aromaterapi,” tambahnya.
Secara umum, emisi ini terjadi dalam jumlah kecil yang tidak melebihi pedoman kualitas udara dalam ruangan yang ditetapkan. Oleh karena itu, kecil kemungkinannya menimbulkan efek berbahaya bagi kebanyakan orang.
Advertisement
Pengaruh Bahan Baku Lilin
Kebanyakan lilin yang dijual terbuat dari parafin, yang merupakan produk olahan dari minyak bumi. Produk minyak bumi dapat menghasilkan jelaga dan senyawa polusi lainnya dalam jumlah besar ketika dibakar.
Sementara, penelitian menunjukkan bahwa lilin yang bahan bakunya alami seperti lilin kedelai mengeluarkan lebih sedikit asap, jelaga, dan senyawa kimia formaldehida, kata Johnson-Arbor.
Selain lilin kedelai yang terbuat dari kacang kedelai, lilin lebah yang diambil dari sarang lebah sering disebut-sebut sebagai alternatif lilin parafin. Lilin-lilin dari bahan alami ini tidak beracun dan ramah lingkungan, meski terkadang harganya lebih mahal.
Parafin Disebut Bahan Lilin Terburuk
Matta mengatakan bahwa parafin mungkin adalah jenis lilin terburuk yang ada. Namun, lilin ini tetap tidak menjadi masalah kesehatan yang besar jika membakarnya di ruangan berventilasi baik selama kurang dari empat jam setiap kalinya.
“Jika Anda khawatir dengan jelaga, Anda dapat memotong sumbu hingga 1/4 inci (6.35mm) sebelum menyalakan lilin untuk mendapatkan ketinggian nyala api yang tepat.“
Selama Anda membakar lilin beraroma dalam jumlah sedang, Anda tidak perlu terlalu khawatir tentang risiko kesehatannya,” pungkas Matta.
Advertisement