Liputan6.com, Jakarta - PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) terus memperkuat kinerjanya di sektor bisnis farmasi pada 2023. Tren pelemahan rupiah pun telah diantisipasi oleh emiten tersebut.
Pekan lalu rupiah kerap kali bergerak melemah di kisaran Rp 15.600 sampai Rp 15.700 per dolar AS. Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan, jika pelemahan rupiah terjadi dalam jangka panjang, maka hal itu akan berdampak pada peningkatan biaya produksi perusahaan.
Advertisement
Maka dari itu, sejak jauh-jauh hari, Kalbe Farma menerapkan strategi antisipasi guna meminimalkan efek pelemahan rupiah terhadap kelangsungan bisnis perusahaan.
"Kami melakukan kombinasi dan diversifikasi sumber pasokan bahan baku dari impor dan lokal dengan arahan penggunaan bahan baku lokal yang semakin besar ke depan," ujar dia kepada Liputan6.com, ditulis Senin (16/10/2023).
Vidjongtius belum bisa memastikan apakah harga produk yang dijual KLBF naik atau tidak sebagai imbas pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Hal yang pasti adalah Perseroan akan menghitung dampak pelemahan rupiah terhadap harga jual produk secara berkala dengan berbagai pertimbangan, misalnya daya beli masyarakat dan kondisi pasar.
"Alternatif strategi kami adalah melakukan product mix dalam portofolio perusahaan," kata dia.
Terlepas dari itu, Vidjongtius menilai permintaan terhadap produk-produk farmasi tetap tumbuh positif usai berakhirnya pandemi. Hal ini didukung oleh meningkatnya kesadaran masyarakat akan gaya hidup sehat.
Alhasil, produk-produk seperti suplemen atau herbal yang berkhasiat menjaga kondisi tubuh tetap sehat banyak dicari konsumen.
Di sisi lain, KLBF tetap mendapati permintaan obat-obatan dari beberapa penyakit reguler seperti demam berdarah, infeksi, flu, dan lain sebagainya.
Kalbe Farma Optimalkan Ekspor ke 12 Negara, Mulai Arab Saudi hingga Maroko
Sebelumnya diberitakan, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) berupaya memperkuat penjualan ekspor. Perusahaan ini menggenjot ekspor produknya ke 12 negara.
Adapun 12 negara tersebut meliputi Timur Tengah dan Afrika Utara (Middle East and North Africa/ atau MENA) termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Qatar, Yordania, Maroko, dan lain-lain.
Direktur Kalbe Farma Sie Djohan mengatakan, pihaknya tengah memperluas ekspor ke Timur Tengah dan Afrika Utara usai melakukan kerja sama dengan 10 negara di ASEAN. Sebab, negara-negara tersebut diyakini sebagai wilayah potensial.
"Timur Tengah dan Afrika untuk Kalbe itu bukan daerah yang baru, karena kami mulai masuk juga ke sana. Kami melihat bahwa dengan produk-produk yang menggunakan molekul baru itu lebih memudahkan untuk meningkatkan present kami di Timur Tengah," ujar dia saat ditemui di Jakarta, Senin (11/9/2023).
Dia menambahkan, Indonesia dikenal sebagai negara muslim terbesar di dunia, yang didukung oleh produk-produk yang memiliki sertifikasi halal. Hal ini bisa menjadi daya tarik bagi perusahaan untuk masuk ke pasar Timur Tengah dan Afrika.
Dengan demikian, Kalbe melalui anak perusahaan PT Kalbe Genexine Biologics (KGbio) bersama dengan Shangai Henlius Biotech, Inc (Henlius) menandatangani perjanjian kerja sama lisensi eksklusif untuk pengembangan dan komersialisasi produk injeksi serplulimabdi 12 negara tersebut.
Advertisement
Masih Proses di BPOM
Adapun yang dimaksud serplulimab (HANSIZHUANG) adalah produk antibodi monoklonal anti-PD-1 (mAb) baru dan dikombinasikan dengan kemoterapi untuk pengobatan lini pertama kanker paru-paru sel kecil (small cell lung cancer/SCLC).
"Khusus untuk produk yang hari ini kita tandatangani itu masih dalam proses di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), kami harap tahun ini bisa diberikan approval oleh BPOM agar bisa kami pasarkan. Tapi produknya sendiri sudah dipasarkan di China," kata dia.
Untuk antibodi monoklonal anti-PD-1 (mAb) baru ini yang menarik adalah dari data-data yang sudah dimiliki dari uji klinis fase III, untuk small cell lung cancer untuk kanker paru yang small cell.
"Bisa dikatakan, data menunjukan antibodi monoklonal anti-PD-1 (mAb) baru ini sebagai yang terbaik dikelasnya. Dan memang China sendiri sudah dapat approval soal indikasi small cell lung cancer. Seperti yang kita tau small cell lung cancer ini jenis cancer yang susah disembuhkan," imbuhnya.
Beri Harapan Baru kepada Pasien
Dengan ada obat ini, ia berharap akan memberikan harapan baru pada pasien small cell lung cancer.
"Jadi penderita small cell lung cancer umur harapan hidupnya cukup pendek, dalam hitungan bulan. Obat ini bisa memperpanjang harapan hidup cukup signifikan, bisa saya katakan bertambah harapan hidupnya beberapa bulan. Misalkan kalau tanpa obat ini 5 bulan, dengan obat ini bisa 8 hingga 9 bulan," ujarnya.
Dia bilang, small cell lung cancer ini jenis kanker paru yang memang sesuai namanya cell yang kecil, small cell lung cancer ini banyak terjadi pada perokok.
"Jadi dengan kerjasama ini kami mengharapkan bisa memberikan akses kepada pasien dan tentunya dengan harga yang lebih terjangkau," ujar Sie.
Sie mencermati potensi produk ini begitu besar. Sebab, hingga saat ini produk sejenis belum terlalu banyak, harganya masih sangat mahal dan aksesnya sangat terbatas.
"Investasinya cukup besar, untuk satu uji klinik yang baik (sampai fase 3) mungkin nilainya Rp 100-200 miliar,” tambahnya.
Selain investasi tersebut, Perseroan telah investasi di bagian fasilitas produksi di Cikarang, Jawa Barat. Nantinya, produk kerja sama dengan Henlius akan diproduksi di tempat tersebut.
"Untuk fasilitas ini kami telah berinvestasi sekitar Rp 500 miliar, jika di jumlah dengan proses-proses di dalam fasilitas bisa mencapai Rp 700-800 miliar,” ujar dia.
Advertisement