Tim UGM Teliti Budaya Leuit, Lumbung Padi Suku Badui yang Awet Hingga Ratusan Tahun

Warga suku Badui baik dalam atau luar memiliki sistem penyimpanan padi yang mampu bertahan hingga ratusan tahun. Seperti sistemnya dan bagaimana padi bisa bertahan hingga ratusan tahun?

oleh Yanuar H diperbarui 17 Okt 2023, 07:00 WIB
Sebuah bangunan leuit (lumbung) tempat menyimpan hasil bumi masyarakat komunitas sunda wiwitan madrais Garut, Jawa Barat (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Yogyakarta - Warga Suku Badui, Lebak, Banten memiliki Leuit atau lumbung padi merupakan tempat penyimpanan sekaligus pengawetan bahan pangan yang berbeda dengan lumbung padi dari suku lain. Leuitna Suku Badui Lebak banten ini memiliki kekuatan harmoni masyarakat Badui yang tetap memegang teguh falsafah hidup "Lojor teu beunang dipotong, Pondok teu meunang disambung”. 

Melihat fakta ini membuat Lima mahasiswa UGM yaitu Muhammad Alfian (Teknik Pertanian 2021), Aisya Nazifa (Perencanaan Wilayah dan Kota 2020), Rafi Ramdani (Antropologi 2021), Dian Arsyka Adila (Geografi Lingkungan 2021), dan Zat Lentera Sunda Hasbillah (Sistem Informasi Geografis 2021)  melakukan riset etnografi guna mengkaji nilai-nilai kearifan lokal dan dinamika kehidupan masyarakat Suku Badui, Banten.

“Kemampuannya dalam menyimpan padi hingga 50 – 100 tahun merepresentasikan bahwa Leuit sebagai bangunan keberlanjutan pangan,” terang Aisya Nazifa.

Asiyah mengatakan penelitian yang bertujuan untuk mengatasi masalah ketahanan pangan di ufuk barat pulau Jawa, Leuit tidak luntur oleh gencarnya arus modernisasi. Maka perlu adanya wisata budaya mengubah pola pikir dan perspektif masyarakat adat yang mulai menerapkan gaya hidup konsumtif.  

Rafi menambahkan dari hasil wawancara  kepada masyarakat Badui Luar dan Badui Dalam, diketahui bahwa padi Huma terasa lebih memberikan berkah dan mengenyangkan dibandingkan dengan padi sawah. Padi Huma dengan tekstur kuat membuat mampu beresonansi dengan bangunan Leuit. 

"Hal itu menjadikannya tetap awet hingga 50-100 tahun."

 Dian menyampaikan bahwa Leuitna Badui  bisa menjadi model pengembangan penyimpanan pangan secara lokal. Nilai-nilai aplikatif pada Leuit dapat mengisi kekosongan pada Silo (umumnya digunakan di bidang pertanian sebagai penyimpan biji-bijian hasil pertanian dan pakan ternak) yang tidak dapat menjangkau wilayah pedesaan dengan mata pencaharian utamanya berupa petani. 

Dengan begitu Leuit dapat diharmonisasikan dengan Silo untuk menjaga ketersediaan pangan di desa-desa kecil dan mewujudkan kestabilan pangan di seluruh Indonesia. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya