Ekspor Nonmigas Indonesia ke Eropa dan ASEAN Anjlok

Badan Pusat Statistik kembali memperbarui perkembangan pangsa ekspor nonmigas ke negara dan tujuan kawasan utama.

oleh Septian Deny diperbarui 16 Okt 2023, 14:00 WIB
Badan Pusat Statistik kembali memperbarui perkembangan pangsa ekspor nonmigas ke negara dan tujuan kawasan utama. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik kembali memperbarui perkembangan pangsa ekspor nonmigas ke negara dan tujuan kawasan utama.

“Dari tiga negara tujuan ekspor utama Indonesia, peningkatan pangsa ekspor secara bulanan maupun tahunan hanya terjadi dengan Tiongkok,” ungkap Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar dalam siaran Rilis BPS pada Senin (16/10/2023).

Pada September 2023, pangsa ekspor nonmigas Indonesia ke Tiongkok naik menjadi 26,72 persen. Ini menandai kenaikan dari 26,16 persen yang tercatat pada September 2022 lalu.

Sementara itu, ekspor nonmigas Indonesia ke dua kawasan utama yaitu ASEAN dan Uni Eropa mengalami penurunan secara tahunan.

“Pada September 2023 total ekspor nonmigas Indonesia ke ASEAN mencapai USD 3,49 miliar dengan pangsa sebesar 18,02 persen. Sementara untuk Uni Eropa mencapai USD 1,33 miliar dengan pangsa sebesar 6,88 persen,” Amalia memaparkan.

Di mana nilai ekspor nonmigas ke kedua kawasan ini lebih rendah dibandingkan dengan September tahun lalu.

Adapun ekspor nonmigas ke tiga negara tujuan utama pada September 2023 dengan pangsa ekspor non migas terbesar adalah pertama Tiongkok, kemudian Amerika Serikat, dan terakhir India, memberikan kontribusi sebesar 43,97 persen terhadap total nilai ekspor nonmigas Indonesia.

Amalia mengungkapkan, total ekspor nonmigas Indonesia ke tiga negara utama ini mengalami penurunan baik secara bulanan maupun tahunan.

 


Penurunan Ekspor Nonmigas

Sebuah kapal bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (4/12/2020). Perbaikan kinerja ekspor dari Kuartal II sebesar minus 11,7 persen menjadi minus 10,8 persen di Kuartal III dan kuartal IV menjdi pijakan untuk perbaikan ditahun 2021. (merdeka.com/Imam Buhori)

Penurunan ekspor nonmigas ke Tiongkok mencapai USD 5,17 miliar dengan pangsa 26,72 persen.

“Penuruan di bulan ini utamanya karena didorong oleh penurunan ekspor bahan bakar mineral, serta lemak dan hewan minyak nabati,” beber Amalia.

Kemudian ekspor non migas ke Amerika Serikat sebesar USD 1,84 miliar dengan pangsa sebesar 9,49 persen.

Penyebab dari penurunan ekspor non migas ke Amerika Serikat pada bulan ini utamanya didorong oleh penurunan ekspor pakaian dan aksesorisnya, baik rajutan maupun bukan rajutan.

Kemudian berikutnya yang ketiga adalah ekspor non migas ke India sebesar USD 1,50 miliar dengan pangsa sebesar 7,76 persen. Penurunan ekspor non migas ke India pada bulan ini utamanya didorong oleh penurunan ekspor lemak dan minyak hewan nabati,serta bijih dan Abu logam.


Neraca Perdagangan Indonesia Suplus 41 Bulan Beruntun, Terbesar dengan Negara Ini

Kegiatan angkut kontainer ekspor dan impor oleh Samudera Indonesia (dok: SI)

Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD 3,42 miliar pada September 2023.

Neraca perdagangan Indonesia di bulan September menandai kenaikan sebesar USD 0,3 miliar secara bulanan, dan surplus selama 41 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Dengan negara mitra dagang, Indonesia mengalami surplus perdagangan barang dengan beberapa negara dan 3 terbesar pada September 2023.

“Dengan 3 terbesar diantaranya kita mengalami surplus perdagangan dengan Amerika Serikat sebesar USD 1,2 miliar, dengan India sebesar USD 1,1 miliar, dan dengan Filipina sebesar USD 0,8 miliar,” jelas Plt. Kepala BPS Amalia Adiniggar dalam siaran rilis BPS pada Senin (16/10/2023).

Amalia menjelaskan, surplus terbesar yang dialami dengan Amerika Serikat karena dikontribusikan oleh perdagangan mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya, lemak dan minyak hewan nabati, serta pakaian dan aksesorisnya.

“Sementara itu Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara, dan tiga defisien terbesar adalah dengan negara Australia yaitu sebesar USD 0,4 miliar, Thailand USD 0,3 miliar dan Brazil USD 0,2 miliar,” lanjut Amalia.

Defisit terdalam yang dialami dengan Australia karena memang didorong oleh tiga komoditas utama, yaitu serealia atau HS 10 terutama gandum, kemudian bahan bakar mineral atau HS 27 dan juga biji logam terak, dan abu.

Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya