Gambaran Mengerikan Shirat Al-Mustaqim, Jembatan di 2 Punggung Jahanam yang Harus Dilalui Manusia Usai Hari Kiamat

Di hari akhir, manusia akan melewati rangkaian peristiwa yang sangat menegangkan. Salah satunya ialah melewati shirat Al-Mustaqim.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Okt 2023, 10:30 WIB
Ilustrasi surga dan neraka. (Gambar oleh Jeroným Pelikovský dari Pixabay)

Liputan6.com, Cilacap - Hari kiamat merupakan peristiwa dahsyat yang menandakan berakhirnya kehidupan manusia di dunia. Sebab, setelah itu manusia akan menuju alam akhirat.

Di akhirat, manusia akan melewati beberapa peristiwa yang sangat mengerikan dan menegangkan. Salah satunya ialah melewati jembatan shirat al-Mustaqim. Rasulullah SAW menjumpai istrinya, Sayyidah Aisyah sedang menangis tersedu-sedu.

Rupanya yang membuat Sayyidah Aisyah menangis ini karena teringat akan siksa neraka. Lantas beliau bertanya kepada Rasulullah SAW, "Apakah pada hari kiamat kalian akan teringat kepada keluarga kalian?

Rasulullah menjawab,"Adapun dalam tiga tempat, seseorang tidak akan ingat kepada yang lain: pertama saat di timbangan amal, sampai dia mengetahui apakah timbangan amal baiknya ringan atau berat. Kedua, saat beterbangannya catatan amal, sampai dia mengetahui di mana catatannya jatuh, apakah di sebelah kanan, di sebelah kiri, atau di belakangnya. Dan ketiga, saat berada di jembatan al-Shirat yang dipasangkan di antara dua punggung neraka Jahanam, sampai dia mengetahui apakah bisa melintas atau tidak, (HR. Abu Dawud).  

Berdasarkan hadis di atas, ternyata melewati jembatan as-shirat merupakan salah satu peristiwa yang membuat manusia lupa akan keluarganya. Lalu bagaimana gambaran shirat al-Mustaqim ini?

 


Gambaran Shirat Al-Mustaqim

Sebuah danau pasir di urkmenistan dinamakan demikian karena memiliki nyala api yang tak pernah padam.

Mengenai gambaran bentuk shirat al-Mustaqim, sebagaimana sabda Rasulullah SAW ini lebih lembut atau kecil dari rambut dan lebih tajam dari pedang dari Abu Sa’id Al Hudri,

Sampai kepada-ku bahwa jembatan ini (As Shirath) lebih lembut dari rambut dan lebih tajam dari pedang” (HR. Imam Muslim).

Gambaran yang sama kita temukan juga dalam hadis Nabi SAW melalui riwayat ath-Thabrani dari Ibnu Mas‘ud,

يُوضَعُ الصِّرَاطُ عَلَى سَوَاءِ جَهَنَّمَ مِثْلَ حَدِّ السَّيْفِ الْمُرْهِفِ مَدْحَضَةٌ مَزَلَّةٌ عَلَيْهِ كَلَالِيبُ مِنْ نَارٍ يَخْتَطِفُ بِهَا فَمُمْسِكٌ يَهْوِي فِيهَا وَمَصْرُوعٌ؛ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمُرُّ كَالْبَرْقِ فَلَا يَنْشَبُ ذَلِكَ أَنْ يَنْجُوَ ثُمَّ كَالرِّيحِ فَلَا يَنْشَبُ ذَلِكَ أَنْ يَنْجُوَ ثُمَّ كَجَرْيِ الْفَرَسِ ثُمَّ كَسَعْيِ الرَّجُلِ ثُمَّ كَرَمَلِ الرَّجُلِ ثُمَّ كَمَشْيِ الرَّجُلِ، ثُمَّ يَكُونُ آخِرُهُمْ إنْسَانًا رَجُلٌ قَدْ لَوَّحَتْهُ النَّارُ وَلَقِيَ فِيهَا شَرًّا ثُمَّ يُدْخِلُهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ وَرَحْمَتِهِ

"Jembatan al-Sirath dipasangkan di tengah-tengah Jahanam seperti pedang tipis yang sangat tajam. Ia sebuah jembatan yang licin dan menggelincirkan. Di atasnya penuh besi-besi pengait dari api yang siap menyambar, mengait, dan menghempaskan ke neraka.

Di antara mereka ada orang yang melintas secepat petir. Dia berhasil selamat dan tak melekat (bergelantung) pada jembatan. Ada pula yang melintas secepat angin. Dia berhasil selamat dan tak melekat di atasnya. Ada pula yang melintas secepat kuda.

Ada pula yang melintas seperti orang berlari. Ada pula yang melintas seperti orang berjalan cepat. Ada pula yang berjalan seperti orang berjalan normal. Dan manusia yang terakhir melintas adalah seorang laki-laki yang telah hangus terbakar api dan menghadapi kesulitan di atasnya, kemudian dimasukkan Allah ke dalam surga berkat karunia, kemuliaan, dan rahmat-Nya."

 


Amalan Agar Mampu Melewati Shirat Al Mustaqim

Ilustrasi Shalat (pexels)

Mengutip laman NU, setelah melihat gambaran di atas, mestinya kita semakin giat dalam beribadah dan mempersiapkan hari Kiamat, sebagaimana para ulama dan para shalihin terdahulu. Salah satunya Khalaf ibn Ayub. Saking khusyuknya shalat, sampai-sampai ia tak merasakan sakitnya disengat lalat kerbau. Walau darah mengalir dari tubuhnya, ia tetap khusyuk bermunajat kepada-Nya.

Ketika hal itu ditanyakan, ia bercerita, “Apakah akan merasakan rasa sakit itu, orang yang sedang berada di hadapan Sang Maha Raja yang maha berkuasa, sementara malaikat maut berada di tengkuknya, neraka berada di sebelah kirinya, dan jembatan al-shirath berada di bawah telapak kakinya?” Demikian seperti yang dikisahkan oleh al-Ghazali dalam Mukasyafatul Qulub.

Mengingat beratnya peristiwa yang akan dihadapi kelak saat melintasi jembatan ash-Shirath, marilah kita senantiasa mempersiapkan peristiwa tersebut. Jika kita ingin selamat dan melintas ash-Shirath dengan cepat, maka jagalah shalat lima waktu secara berjamaah.

Sebab itu pula salah satu pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya, “Siapa saja yang menjaga shalat lima waktu secara berjamaah, maka ia menjadi orang pertama yang melintasi jembatan ash-Shirath yang cepatnya seperti kilat menyambar, kemudian dikumpulkan Allah bersama golongan tabiin.” Demikian seperti yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dari Abu Hurairah dan Ibnu ‘Abbas. 

Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya