Liputan6.com, Tel Aviv - Militer Israel kembali memperbarui informasi soal jumlah orang yang disandera Hamas. Terbaru, setidaknya ada 199 orang yang menurut mereka disandera di Gaza.
Jumlah terbaru ini merupakan peningkatan tajam dari sebelumnya yang dikonfirmasi militer Israel, yakni 126 orang. Kabar awal menyebutkan terdapat sekitar 150 orang yang disandera di Gaza.
Advertisement
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari pada Senin (16/10/2023) menyatakan bahwa mereka telah berkomunikasi dengan keluarga dari 199 sandera. Demikian seperti dilansir CNN.
Dalam pernyataan terbarunya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan di Knesset bahwa bangsa Israel bersatu untuk meraih kemenangan. Dia mengakui akan ada penyelidikan terhadap kegagalan intelijen dan keamanan yang memungkinkan Hamas melancarkan serangan dahsyat pada Sabtu 7 Oktober 2023.
Lebih dari 1.400 orang di Israel tewas dalam serangan Hamas tersebut.
"Banyak pertanyaan seputar musibah yang menimpa kita 10 hari yang lalu. Kami akan menyelidiki setiap aspek secara keseluruhan," kata Netanyahu, seperti dikutip dari The Guardian.
"Bangsa ini bersatu menuju satu tujuan, kemenangan. Kita akan menang karena ini tentang keberadaan kita di wilayah ini, yang penuh dengan kekuatan gelap. Hamas adalah bagian dari poros jahat Iran dan Hezbollah. Mereka bertujuan menjerumuskan Timur Tengah ke dalam jurang kekacauan."
Netanyahu menambahkan, "Kini seluruh dunia memahami siapa yang dihadapi Israel. Mereka memahami bahwa Hamas mewakili Nazisme versi baru. Sama seperti dunia yang bersatu untuk mengalahkan Nazi dan ISIS, dunia juga harus bersatu untuk mengalahkan Hamas."
"Kami berkomitmen kepada seluruh keluarga. Kami tidak akan menyerah untuk membawa pulang saudara-saudara kami."
Inggris Dukung Israel tapi...
Di Inggris, Perdana Menteri Rishi Sunak yang berpidato di hadapan Dewan Rakyat atau House of Commons menyerukan pembebasan segera semua sandera. Dia mengonfirmasi bahwa setidaknya enam warga negara Inggris tewas dalam serangan Hamas dan 10 orang lainnya hilang.
Dalam kesempatan yang sama, Sunak menyatakan bahwa Inggris mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri dan mencegah serangan lebih lanjut. Namun, kata dia, hal tersebut harus dilakukan sejalan dengan hukum kemanusiaan internasional.
"Sebagai seorang teman, kami akan terus menyerukan Israel untuk mengambil segala tindakan pencegahan agar tidak merugikan warga sipil," ungkap PM Sunak, seperti dikutip dari BBC.
Sunak memastikan bahwa Inggris akan melakukan semua yang bisa dilakukan untuk menjaga stabilitas di kawasan dengan menggunakan semua alat diplomasi.
Advertisement
Tim AS Siaga di Mesir
Sementara warga Amerika Serikat (AS) di Gaza menunggu pembukaan perbatasan Rafah, seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri AS mengatakan pada Senin bahwa Mesir memperingatkan ancaman keamanan akut yang menghalangi AS untuk menempatkan personelnya di sisi gerbang Mesir dalam upaya membantu warga AS untuk berhasil melewatinya.
Penyeberangan Rafah adalah satu-satunya titik masuk dan keluar dari Gaza yang tidak dikontrol oleh otoritas Israel.
"Mesir telah mengatakan kepada kami bahwa ada ancaman keamanan akut di sana yang dapat mencegah (penempatan personel AS)," kata pejabat tersebut seperti dilansir CBS News, seraya menambahkan bahwa AS memiliki tim di Ismailia yang akan berada sedekat mungkin dengan perbatasan jika kondisinya memungkinkan.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS mengatakan pada Sabtu (14/10) bahwa AS sedang berupaya mengamankan jalan keluar yang aman bagi sekitar 500-600 warga AS dari Gaza.
Kementerian Luar Negeri AS dilaporkan telah mengatakan kepada warganya bahwa mereka diharapkan bergerak lebih dekat ke perbatasan Rafah jika memang kondisinya aman.