Prabowo Dinilai Lebih Memerlukan Cawapres Berpengalaman Dibanding Elektabilitas

Roni menegaskan, duet Prabowo-Yusril akan memberi warna baru kepemimpinan Indonesia ke depan dengan terjadinya keterwakilan militer dan sipil, Jawa dan luar Jawa, yang mewakili kemajemukan masyarakat Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Okt 2023, 06:50 WIB
Partai Bulan Bintang (PBB) tengah gencar menyodorkan nama ketua umumnya Yusril Ihza Mahendra, sebagai kandidat calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Prabowo Subianto. Meski begitu, Yusril mengaku PBB tidak akan memaksakan hal tersebut.

 

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra dinilai menjadi salah satu nama yang layang dipertimbangkan oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk menjadi pendamping Prabowo Subianto sebagai calon wakil presiden (Cawapres) di Pemilu 2024 mendatang.

Pengamat politik Universitas Islam Riau, Roni Sahindra, menilai sosok Yusril  sudah teruji dengan pengalaman luas di birokrasi dan hukum sehingga dinilai cocok mendampingi calon presiden (capres) Prabowo Subianto. Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) itu juga seorang cendekiawan yang memahami keberagamaan serta mewakili tokoh dari luar Jawa.

 

“Yusril sudah banyak memberikan kontribusi besar pada bangsa Indonesia dengan kehadirannya di pemerintahan dan berakselerasi dengan partisipasinya dalam kepartaian,” kata pengajar di Universitas Islam Riau, Senin (16/10/2023). 

Roni bahkan menegaskan, duet Prabowo-Yusril akan memberi warna baru kepemimpinan Indonesia ke depan dengan terjadinya keterwakilan militer dan sipil, Jawa dan luar Jawa, yang mewakili kemajemukan masyarakat Indonesia. 

"Bukan hanya politisi tapi sangat memahami serta menghargai keberagaman. Karena itu akan sangat tepat jika beliau dapat menjadi pasangan Prabowo dalam kontestasi Pemilihan Presiden 2024 mendatang,” tambahnya.

 

Sementara itu, Analis Politik dari Lembaga Survei Kedai KOPI Hendri Satrio, juga menyebutkan nama Yusril layak dipertimbangkan bersama Erick Thohir menjadi sosok yang tepat dari luar Jawa untuk pendamping Prabowo. 

"Pak Prabowo memahami soal ekonomi. Sementara Yusril bisa membantu mengelola negara karena mempunyai kapabilitas tentang kenegaraan," ujar Hendri, Sabtu (14/10/2023).

Ada tiga hal  yang menurut Hendri membuat Yusril sangat kuat dalam pencalonan Cawapres Prabowo. Pertama, Yusril sangat paham soal hukum tata negara dan isu-isu kenegaraan mengingat ia pernah menjabat Menteri Sekretaris Negara, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Hukum dan Perundang-undangan di beberapa presiden. 

"Yang kedua adalah Yusril memiliki modal partai yakni di PBB. Kemudian yang ketiga adalah sudah banyak melayani dan membantu presiden sejak orde baru hingga pascareformasi,” kata Hendri. 

 


Rekam Jejak Baik

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bersama Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra memberikan keterangan pers seusai menggelar pertemuan membahas koalisi besar di Kertanegara, Jakarta, Kamis (6/4/2023). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, juga mengungkap hal yang sama. 

Pangi menilai, Yusril adalah tokoh senior yang sudah matang dan selama ini track record-nya bersih alias clear. Pengalaman panjang Yusril dalam pemerintahan, yang mencakup berbagai jabatan strategis pun memberinya wawasan yang mendalam tentang kompleksitas sistem pemerintahan.

Kombinasi itu, ujar Pangi, memberikan wawasan yang mendalam tentang isu-isu yang penting bagi masyarakat Indonesia dalam menjawab tantangan pemerintahan di masa depan. 

"Dalam temuan riset Voxpol alasan pemilih di dalam memutuskan pilihan cawapres sangat signifikan pengaruhnya ditentukan figur kandidat calon wakil presiden sebesar 67,6 persen," ucap dia. 

Sementara itu, pengaruh partai politik pengusungnya hanya sebesar 6,8 persen. Itu artinya pemilih lebih cenderung tertarik pada kapasitas figur atau ketokohan kandidat, ketimbang partai politik pengusungnya.

Data Voxpol periode Agustus 2023 juga menunjukkan 62,6 persen publik Indonesia menilai pemerintahan saat ini cenderung dianggap tidak lepas dari praktik-praktik korupsi. 

Publik juga memberikan penilaian buruk terhadap kinerja pemerintah dalam pemberantasan korupsi, di mana 46,5 persen menganggapnya rendah. Secara umum, 44,3 persen publik memberikan penilaian yang juga rendah terhadap kinerja pemerintah dalam penegakan hukum. 

"Nah dalam konteks ini, Yusril menjadi semakin relevan dan sangat dibutuhkan untuk mengatasi problem pekerjaan tersisa masalah lemahnya penegakan hukum dan agenda pemberantasan korupsi di Indonesia," jelas Pangi

Infografis Muncul Usulan Gibran Jadi Cawapres Pendamping Prabowo. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya