Liputan6.com, Moskow - Rusia setuju mengembalikan empat anak Ukraina ke keluarga mereka. Langkah itu merupakan bagian dari kesepakatan yang ditengahi oleh Qatar.
Anak paling kecil disebut berusia dua tahun dan yang paling besar berusia 17 tahun.
Advertisement
Ukraina menyatakan telah mengidentifikasi 20.000 anak yang mereka duga diculik Rusia.
Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) pada Maret 2023 telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Vladimir Putin dan Komisaris Hak-hak Anak Rusia Maria Lvova-Belova atas tuduhan melakukan deportasi yang melanggar hukum terhadap anak-anak Ukraina.
Rusia bersikeras bahwa motif mereka murni kemanusiaan. Mereka mengklaim bahwa ratusan ribu anak-anak Ukraina dievakuasi untuk melindungi mereka dari bahaya.
"Kembalinya keempat anak tersebut akan menguji skema yang ditengahi oleh Qatar setelah mereka memimpin pembicaraan dengan Moskow dan Kyiv," ungkap seorang diplomat yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena sensitivitas isu ini, seperti dilansir BBC, Selasa (17/10/2023).
"Diharapkan repatriasi lebih lanjut akan dilakukan jika repatriasi pertama berhasil."
Rusifikasi
Mengeluarkan anak-anak tersebut dari Rusia disebut tidaklah mudah. Setidaknya dalam satu kasus, seorang anak harus melakukan perjalanan pulang melalui Estonia, Latvia, Lithuania, dan Polandia.
Salah satu dari empat anak yang akan dikembalikan, berusia tujuh tahun, bertemu kembali dengan neneknya pada Jumat (13/10) dan tiba di Ukraina pada Senin (16/10).
Tiga anak lainnya, yang juga berkumpul kembali dengan keluarga mereka, diperkirakan tiba di Ukraina pada Senin atau Selasa (17/10) malam.
Mereka termasuk di antara ribuan anak-anak Ukraina yang menurut Kyiv dipisahkan secara paksa dari keluarga mereka, dibawa melintasi perbatasan ke Rusia, dan menghadapi upaya aktif untuk menghilangkan identitas Ukraina mereka.
BBC menyebutkan dalam laporannya bahwa mereka menemukan anak-anak Ukraina di Rusia sering kali diberi tahu bahwa tidak ada tempat untuk kembali ke negara mereka dan pada tingkat yang berbeda-beda, dikenai pendidikan "patriotik" Rusia.
Dalam beberapa kasus, keluarga-keluarga Ukraina terpaksa melakukan perjalanan yang sangat melelahkan ke Rusia untuk mendapatkan kembali anak-anak mereka.
Diperkirakan sejauh ini hanya sekitar 400 anak-anak Ukraina yang telah kembali sebelum Qatar menjadi perantara kepulangan keempat anak tersebut.
"Mereka ingin memisahkan anak-anak dari keluarga kandungnya, melakukan Rusifikasi terhadap anak-anak tersebut, menyembunyikan anak-anak tersebut dan memindahkan mereka ke kelompok etnis lain," ungkap penasihat presiden Ukraina untuk hak-hak dan rehabilitasi anak-anak Daria Gerasymchuk.
Rusifikasi adalah proses asimilasi budaya dimana komunitas non-Rusia, entah secara sukarela atau tidak, menghimpun budaya dan bahasa mereka sejalan dengan yang ada di Rusia.
Advertisement
Rusia Pastikan Repatriasi Berlanjut
Rusia sendiri menegaskan bahwa upaya untuk menyatukan kembali anak-anak dengan keluarga mereka akan terus berlanjut. Hal tersebut dipastikan oleh Lvova-Belova.
Mengutip pernyataan Presiden Putin, dia mengatakan, "Kami tidak pernah menentang anak-anak untuk dipertemukan kembali dengan keluarga mereka."
"Rusia juga akan membantu membayar biaya transportasi dan akomodasi, serta jika diperlukan melakukan analisis DNA," tambahnya.
Menteri Qatar Lolwah Al Khater mengonfirmasi mediasi yang dilakukan pihaknya dan menyebut repatriasi ini hanya langkah awal.
"Kami terdorong oleh komitmen dan keterbukaan yang ditunjukkan oleh kedua belah pihak selama proses berlangsung, yang sangat kami harapkan akan menghasilkan lebih banyak inisiatif yang bertujuan untuk meredakan ketegangan dan membangun kepercayaan di antara kedua pihak," tambahnya.