Cuaca Panas Bikin Harga Cabai Rawit di Gorontalo Makin Pedas

Meski begitu, keuntungan itu tidak bisa dinikmati para petani di Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Pasalnya, ribuan tanaman cabai rawit di daerah pertanian itu mati karena musim kemarau.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 18 Okt 2023, 11:00 WIB
Harga cabai di Pasar tradisional Gorontalo naik drastis (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Liputan6.com, Gorontalo - Saat ini, harga cabai rawit di pasar tradisional Provinsi Gorontalo terus merangkak naik. Pekan lalu, harga cabai di tingkat pedagang berada di kisaran harga 70 ribu per kilogram yang dibeli dari petani Rp50 per kilogram.

Akan tetapi saat ini, harga cabai rawit melonjak drastis. Kini harga cabai rawit di tingkat pedagang menyentuh di harga Rp 90 ribu per kilogram, yang didapatkan dari petani Rp75 ribu per kilogram.

bacajuga: Baca Juga](4569994 4416522 4501193)

Meski begitu, keuntungan itu tidak bisa dinikmati para petani di Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Pasalnya, ribuan tanaman cabai rawit di daerah pertanian itu mati karena musim kemarau.

Belum lagi hama yang menyerang cabai, membuat petani merugi. Cabai yang seharusnya masuk masa panen malah busuk dan mengering di pohon.

"Bulan lalu harga cabai rawit sangat murah karena musim panen di awal kemarau. Tapi sekarang, imbas kemarau sudah terasa, produksi sangat sedikit cabai juga terserang hama," kata Djafar salah satu petani cabai Gorontalo kepada Liputan6.com, Selasa (17/10/2023).

Imbas musim kemarau dan hama, banyak cabai membusuk dan mengering. Kalaupun bisa panen sedikit dan disortir, karena sebagian besar terserang antraknosa.

"Diduga kuat pemicunya adalah cuaca yang panas yang mengakibatkan cabai kekurangan asupan air," ungkapnya.

Simak juga video pilihan berikut:


Cabai Dibabat

Begini Kondisi cabai rawit petani di Gorontalo diserang hama patek (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Menurutnya, dengan kondisi ini sebagian besar batang cabai yang ditanamnya terserang hama. Agar tidak merambat ke tanaman cabai yang masih sehat, ia terpaksa membabat batang cabai yang sakit.

Meski begitu, cara itu belum terbukti ampuh meredam serangan hama antraknosa atau yang sering di sebut patek. Sebab, beberapa pohon cabai yang terserang hama patek harus mati mendadak.

"Saya cabut yang sudah terkena hama. Tentu saya rugi sekali," ungkapnya.

Menurut Djafar, saat ini harga pestisida kimia untuk meminimalisir hama sangat mahal. Tidak sebanding dengan pendapatan hasil panen yang masuk.

"Kalau kami beli pestisida, cabai yang dihasilkan akan terkontaminasi dengan kimia. Dan kalaupun dipaksakan pasti beli pestisida itu mahal," imbuhnya.

"Sesungguhnya kami ini sangat dilema dengan kondisi, tapi apa boleh buat, semua sudah terjadi," imbuhnya.


Pengamat Virus Tanaman

Mahalnya obat anti-hama pada tanaman cabai membuat petani Gorontalo harus memutar otak. (Liputan6.com/ Arfandi Ibrahim)

Pengamat pertanian Indra Bay mengatakan, untuk mengendalikan virus hama patek, petani perlu menanam varietas bibit cabai yang tahan serangan hama baru.

"Pemilihan benih cabai yang unggul juga sangat berpengaruh, jadi petani diminta untuk melakukan penyortiran awal sebelum menanam. perubahan iklim selalu memunculkan masalah baru," kata Indra.

Selain itu, petani diminta melakukan persemaian yang benar. Contohnya melakukan isolasi tanaman di persemaian agar kutu kebul yang merupakan pembawa vektor virus tidak menyerang persemaian tanaman cabai.

"Persemaian juga harus proteksi betul, jangan sampai ditaruh di tempat terbuka yang bisa dimasuki serangga seperti kutu yang tak kasat mata," katanya

"Kutu itulah pembawa gen virus kuning dan diuntungkan pada bibit tanaman cabai kita. Mudah-mudahan dengan dua cara itu, cabai kita bisa terhindar dari virus kuning," ia menandaskan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya