Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan, kasus cacar monyet atau Mpox terbaru yang terdeteksi di Jakarta merupakan transmisi lokal karena pasien tersebut tidak punya riwayat perjalanan luar negeri.
"Pasien tidak ada riwayat perjalanan luar negeri. Iya (transmisi) lokal," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi, Selasa (17/10), dilansir Antara.
Advertisement
Saat ini, Dinas Kesehatan DKI Jakarta masih menelusuri kasus cacar monyet terhadap enam hingga tujuh orang yang menjadi kontak erat dengan pasien, kata Nadia. Selain itu, pihak terkait juga tengah menelusuri adanya kemungkinan kasus tersebut ditularkan oleh pelaku perjalanan dalam negeri.
"Masih dicek apakah ada (penularan) dari kontak erat riwayat pelaku perjalanan dalam negeri," kata Nadia.
Kondisi pasien cacar monyet, Nadia menjelaskan, masih dalam upaya perawatan tim medis di salah satu ruma sakit di wilayah setempat.
"Pasien dirawat. Kondisinya baik, tapi memang ada demam dan lesi seperti keropeng, papula, vesikel lesi seperti cacar yang cukup banyak," ujarnya.
Seperti diketahui, gejala cacar monyet diawali demam yang bisa mencapai 38 derajat Celsius. Bila sudah muncul ruam cacar atau lesi, itu merupakan fase erupsi yang merupakan fase paling infeksius atau menular.
Dibutukan waktu tiga minggu sampai ruam atau lesi itu hilang. Salah satu tanda penyakit cacar monyet sudah sembuh yakni dengan rontoknya ruam atau lesi yang kemudian menimbulkan bekas seperti bopeng.
Cacar Monyet Ditangani Sebagai Penyakit Biasa
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kata Nadia, sudah tidak lagi mengkategorikan penyakit cacar monyet sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).
"Jadi sudah merupakan penanganan penyakit biasa," kata Nadia.
Kasus terbaru cacar monyet di Indonesia terdeteksi di Jakarta pada 14 Oktober 2023 dan telah dikonfirmasi oleh Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan Kemenkes. Sebelumnya, pada 20 Agustus 2022 ditemukan kasus cacar monyet pertama di Indonesia.
Secara umum, kasus cacar monyet yang terkonfirmasi di seluruh dunia mencapai 90.618 kasus dengan angka kematian mencapai 517 kasus dari 115 negara.
Advertisement
Dinkes DKI Tingkatkan Kewaspadaan
Meski cacar monyet tak lagi masuk dalam daftar PHEIC, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengingatkan para tenaga kesehatan agar terus mampu meningkatkan kewaspadaan dan deteksi dini pada pasien yang diduga alami cacar monyet atau mpox.
"Jadi kepentingan kita bersama agar kita selalu dapat melakukan penemuan kasus, deteksi dini dan kewaspadaan yang terus-menerus," kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Jakarta Dwi Oktavia dalam siniar 'Sosialisasi Kewaspadaan Monkeypox' di Jakarta, Senin.
Dia juga berharap tenaga kesehatan, termasuk dokter untuk memiliki pengetahuan akan suatu penyakit, termasuk yang baru masuk di Indonesia seperti cacar monyet.
"Para dokter yang pertama kali menemukan pasien tentunya harus memiliki pengetahuan agar senantiasa waspada dengan penyakit yang masih banyak ditemukan dan juga mengantisipasi penyakit baru," lanjut Dwi.
Cacar Monyet Bersifat Zoonosis
Penyakit cacar monyet merupakan penyakit yang disebabkan infeksi virus monkeypox. Virus ini merupakan anggota genus Orthopoxvirus dari keluarga Poxviridae.
Cacar monyet merupakan penyakit menular dari hewan ke manusia (zoonosis). Namun, bisa juga menular antarmanusia. Penularan pada manusia terjadi karena kontak fisik yang dekat.
"Jika seseorang dengan cacar monyet memiliki luka di kulitnya dan kulitnya bergesekan dengan kulit orang lain, itu bisa menularkan penyakitnya. Semakin dekat kontak dan semakin lama durasi kontak, semakin besar kemungkinan penularan terjadi," kata pakar dari Johns Hopkins Center for Health Security in Baltimore, Amesh A Adalja.
Penyakit ini sempat menjadi wabah di Amerika Serikat pada 2003 dan Nigeria di 2017.
Namun, sejak awal 2022, terdapat peningkatan drastis kasus cacar monyet di dunia yang dilaporkan dari lebih dari 100 negara.
Advertisement