Liputan6.com, Gaza - Di tengah konflik berkelanjutan, perang Israel dan Hamas, serangan balasan Israel di Jalur Gaza yang telah terkepung dilaporkan merenggut nyawa lebih dari 1.400 warga Palestina --dengan setengah dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Dalam perang Hamas-Israel tersebut terdapat beberapa momen memilukan salah satunya adalah kisah ini. Salah satu tim penyelamat di Gaza menemukan seorang bayi laki-laki berusia satu bulan di bawah reruntuhan bangunan, sedang menyusu pada ibunya yang sudah tak bernyawa setelah pengeboman Israel terhadap rumahnya.
Advertisement
Ahmed, seorang pria yang memasok air minum kepada penduduk Gaza, harus rela kehilangan keluarganya setelah menemukan rumah tiga lantainya hancur berantakan saat ia pulang dari aktivitas membagikan air tersebut.
Berdasarkan laporan Ahmed kepada Middle East Eye, keponakannya yang berusia satu bulan, Yamen, ditemukan tak bernyawa dalam posisi sedang menyusu pada jasad sang ibu di bawah reruntuhan bangunan. Saudara perempuannya, sang ibu bayi tersebut, diduga kehilangan nyawanya dalam serangan Israel ke Gaza.
"Yamen menderita meningitis dan saya telah membawanya ke dokter sehari sebelumnya. Dia baru berusia satu bulan dan dia sedang disusui ketika serangan udara menghantam rumahnya. Kru pertahanan sipil membutuhkan waktu berjam-jam sampai mereka dapat mengambil jenazah mereka karena puing bangunan tiga lantai itu berada di atas mereka," tutur Ahmed menjelaskan keadaan saat itu dikutip dari The Mirror, Rabu (18/10/2023).
Korban Selamat di Ruang Bawah Tanah Rumah
Seorang korban selamat lainnya, Abdullah Musleh, saat itu ditarik keluar dari ruang bawah tanahnya bersama 30 orang lain setelah gedung apartemennya hancur akibat serangan Israel.
Pria berusia 46 tahun itu menangis ketika menyatakan kepada Associated Press, "Saya menjual mainan, bukan rudal."
Mereka yang tetap tinggal dan selamat sekarang dihadapkan pada keputusan sulit setelah militer Israel memerintahkan warganya untuk mengungsi ke arah selatan Gaza—tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan dianggap sebagai persiapan invasi darat terhadap Hamas.
Adapun PBB telah mengeluarkan peringatan, menyoroti bahayanya tindakan mengungsi besar-besaran dari Warga Gaza. Dikabarkan peristiwa melarikan diri secara massal ini melibatkan hampir separuh populasi Gaza.
Khaled Abu Sultans, seorang warga, mengaku tidak menganggap serius perintah evakuasi dari Israel ini.
"Lupakan makanan, lupakan listrik, lupakan bahan bakar. Satu-satunya kekhawatiran saat ini adalah apakah Anda bisa bertahan hidup," ungkap Nebal Farsakh, juru bicara Bulan Sabit Merah Palestina di Gaza, sambil menangis tersedu-sedu.
Advertisement
Kondisi Gaza Saat Ini Minim Listrik dan Komunikasi
Pada hari Rabu, pembangkit listrik satu-satunya di Gaza dikabarkan telah kehabisan bahan bakar sehingga tak bisa menyala. Di wilayah tersebut kini hanya tersisa lampu-lampu yang tersebar dan ditenagai oleh generator swasta.
Komunikasi semakin melambat karena orang-orang kini hanya dapat menggunakan sisa baterai ponsel mereka, dan Gaza dikabarkan akan segera berada dalam keheningan, minim listrik serta komunikasi.
Serangan yang terjadi di kamp pengungsi Jabaliya di Gaza dikabarkan juga merobohkan sebuah bangunan tempat tinggal keluarga, menewaskan setidaknya 45 orang, demikian menurut Kementerian Dalam Negeri Gaza. Selain itu, setidaknya 23 orang tewas dengan usia di bawah 18 tahun, termasuk seorang anak berusia satu bulan, menurut data yang tercatat di daftar korban.
Rami Swailem, seorang dosen berusia 34 tahun di Universitas al-Azhar yang memiliki 32 kerabat yang berlindung di rumahnya menggambarkan krisis kemanusiaan yang tengah berlangsung di Gaza yakni kini dilaporkan banyak keluarga yang mengurangi frekuensi makan mereka menjadi hanya satu kali dalam sehari.
Kisah Bayi Kembar Selamat Serangan Hamas di Israel, Kini Jadi Yatim Piatu
Bayi yang juga menjadi korban dari Perang Hamas-Israel juga terjadi di Israel.
Salah satu warga sipil yang turut menjadi korban dari perang Hamas dengan Israel adalah pasangan muda warga Israel --yang kabarnya dibunuh oleh Hamas di rumah mereka di Israel.
Pasangan muda di Israel Itay dan Hadar Berdichevsky terkejut ketika mendengar suara orang-orang bersenjata tengah mencoba mendobrak pintu rumah mereka. Suami istri tersebut hanya memiliki waktu sepersekian detik untuk berupaya menyelamatkan buah hati tercinta.
Meski diliputi rasa panik dan ketakutan, Itay dan Hadar Berdichevsky, menempatkan kedua bayi mereka di tempat perlindungan tersembunyi di dalam rumah.
"Kedua orang tua yang ketakutan tersebut dengan panik memasukkan kedua bayi mereka ke tempat perlindungan tersembunyi beberapa sesaat sebelum teroris Hamas menyerbu ke rumah mereka," ungkap duta besar (dubes) Israel untuk Kolombia Gali Dagan dikutip dari Daily Mail pada Sabtu, (14/10/2023).
Itay dan Hadar Berdichevsky tewas, namun keduanya berhasil menyelamatkan bayi kembar mereka yang berusia 10 bulan dari nasib tragis.
Advertisement