Liputan6.com, Padang - Setiap daerah di Indonesia memiliki tari tradisional dengan ciri khasnya tersendiri. Tari tersebut telah lama berkembang dalam kehidupan masyarakat dan selalu mengambarkan pola-pola, tradisi, serta kebudayaan masyarakat setempat.
Tari tradisional tidak hanya indah akan gerakan diiringi instrumen musik tradisional, tetapi juga memiliki makna yang mendalam. Tari tradisional ini juga menjadi daya pikat wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah.
Advertisement
Dari sekian banyak tari tradisonal di Sumatera Barat, beberapa telah ditetapkan sebagai Sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WTBI).
Penasaran apa saja tari tradisional Sumbar yang telah ditetapkan sebagai WTBI, berikut Liputan6.com rangkum dari website resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
1. Tari Piring
Awal mulanya Tari Piring tercipta oleh wanita-wanita cantik yang berpakaian indah, serta berjalan dengan lemah lembut penuh kesopanan dan ketertiban ketika membawa piring berisi makanan yang lezat.
Gerakan tari piring melambangkan kerja sama ketika warganya berada di sawah. Koreografinya meniru cara petani bercocok tanam dan menunjukkan ungkapan rasa syukur mereka saat menuai hasil panen yang bakal menghidupi seisi rumah.
Tarian tersebut menggambarkan rasa kegembiraan dan rasa syukur masyarakat Minangkabau ketika musim panen telah tiba, dimana para muda mudi mengayunkan gerak langkah dengan menunjukkan kebolehan mereka dalam mempermainkan piring yang ada di tangan mereka.
Zaman sekarang tarian tersebut lebih sering diadakan pada acara pernikahan serta penyambutan terhadap pembesar negeri atau kepala daerah.
Tidak jarang, penari akan melakukan atraksi lempar piring dengan melontarkan piring tinggi-tinggi ke udara serta menari di atas pecahan piring dengan kaki penari yang tidak terluka sama sekali. Tari piring ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada 2015.
2. Tari Toga
Tari Toga merupakan tari tradisional kuno Kerajaan Siguntur, sebuah kerajaan yang masih berhubungan dengan Kerajaan Minangkabau di Pagaruyung dan berhubungan dengan Kerajaan Malayu Dharmasraya di zaman Hindu-Buddha.
Kemudian setelah kerajaan Hindu-Buddha beralih ke Islam tari ini dipakai Kerajaan Siguntur sejak abad ke-15 yang ditampilkan pada upacara penobatan raja (batagak gala), pesta perkawinan keluarga raja, upacara turun mandi anak raja, perayaan kemenangan pertempuran, dan gelanggang mencari jodoh putri raja.
Namum, ketika Belanda berhasil masuk ke Siguntur pada 1908 tari tersebut mulai tidak dimainkan lagi dan dirintis kembali pada 1980-an oleh seorang pewaris Kerajaan Siguntur.
Dahulu dendang dan tarinyanya sampai tujuh jam dan dilakukan para pemain yang usianya di atas 40 tahun, tetapi sekarang tidak selama itu dan penarinya dipilih yang masih muda. Diketahui, tari toga ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada 2014.
3. Randai
Randai merupakan kesenian pamenan rang mudo (permainan anak muda) yang merupakan bentuk kesenian lama yang dapat juga dikatakan seni drama, tari, dan suara khas Minang.
Tari ini banyak ditemukan di daerah Padang, Padang Pariaman, Pariaman, Solok, Sijunjung, Agam, Bukittinggi. Dalam suatu pertunjukan randai, ditemukan berjenis kesenian yang khas.
Randai ini umumnya dimainkan oleh anak laki-laki dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada 2017.
4. Tari Pasambahan
Tari Pasambahan merupakan salah satu seni tradisional dari Minangkabau yang telah berkembang sejak lama di daerah tersebut.
Gerakan tarian itu menjadi menarik dan enak dilihat sehingga dapat membuat hati kita menjadi senang dan juga gembira.
Diketahui, Tari Pasambahan ini digunakan sebagai tari yang ditampilkan dalam penyambutan tamu sebagai ucapan selamat datang dan ungkapan rasa hormat kepada tamu kehormatan yang baru saja sampai.
Tari Pasambahan identik dengan salah seroang penarinya membawa carano yang berisikan daun sirih untuk para tamu atau pejabat yang baru datang. Tari Pasambahan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia pada 2015.
Advertisement