Liputan6.com, Surabaya - Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) Imam Ghazali Said menyatakan, kubu Ganjar Pranowo harus cermat dan berhitung secara matang dalam memutuskan cawapres.
Pria asal Madura ini lebih cenderung mendukung Putri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Yenny Wahid sebagai pendamping Ganjar. Sebab, Yenny disebut memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan Menko Polhukam Mahfud Md.
Advertisement
Menurutnya, Pilpres 2024 ini Ganjar membutuhkan cawapres representasi dari organisasi Islam terbesar yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan juga representasi Jawa Timur sebagai daerah dengan jumlah pemilih terbesar di Indonesia.
"Pak Ganjar butuh sosok pendamping dari NU. Karena semua capres merebut suara NU. Sosok yang merepresentasikan NU ya Mba Yenny. Sebab, beliau cicit dari pendiri NU Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy'ari, anak dari Gus Dur," katanya, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (17/10).
Disamping itu, Yenny Wahid menjadi pengurus PBNU. Sehingga Yenny Wahid disebut secara biologis dan ideologis mengalir darah NU.
"Yenny Wahid ini ke-NU-annya 24 karat. Dia adalah representasi NU karena memiliki garis keturunan dari ayahnya hingga buyutnya, pendiri NU. Yenny ini dzuriyah pendiri NU," tegasnya.
Disisi lain, Yenny Wahid dinilai memiliki pendukung yang fanatik di akar rumput. Teruatama dari kalangan NU kultural, kiai-kiai kampung, Pondok Pesantren yang terafiliasi dengan NU serta para pengikut Gus Dur atau Gusdurian.
"Akar rumput NU ini saya kira solid mendukung Yenny Wahid, termasuk saya pribadi mendukung Yenny Wahid. Tidak mungkin ke yang lain. Apalagi kalau kita lihat dari survei elektabilitasnya sebagai cawapres Ganjar itu sangat tinggi," jelasnya.
Suarakan Kesetaraan dan Moderasi Beragama
Disamping sebagai representasi NU, Yenny yang kerap menyuarakan demokrasi, kesetaraan, moderasi beragama dan multikluturalisme di seluruh dunia sangat dibutuhkan saat ini.
"Situasi geopolitik di dunia saat ini, memang butuh sosok yang pengalaman global seperti Yenny Wahid untuk menyuarakan perdamaian global," katanya.
Ketika ditanya nama Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD, Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya menilai Mahfud tidak terlalu merepresentasikan NU.
"Pak Mahfud ini tidak pernah secara spesifik di struktural NU. Sehingga sering dianggap bukan representasi NU," ucapnya.
"Itu kan pernah diributkan Pilpres yang lalu, walaupun background keluarganya NU, secara kultural NU, tapi pak Mahfud ini dianggap belum pernah jadi aktivis NU," jelasnya.
Walaupun kata dia, Mahfud sendiri lebih banyak aktif di lembaga non formal NU, membantu kader-kader NU yang terlibat masalah hukum.
"Ya beliau pernah terlibat dalam urusan-urusan NU tapi itu secara non formal. Maka dianggap tidak melekat ke-NU-an itu padanya," ucapnya.
Namun lanjutnya, Mahfud MD merupakan tokoh senior yang dihormati di Indonesia karena pengalamannya yang paripurna di berbagai instusi pemerintahan.
Advertisement