Terobosan untuk Tingkatkan Kompetensi Literasi Digital Tenaga Pendidik

Kolaborasi ini adalah kerja sama untuk menciptakan terobosan solutif, yakni dengan menggunakan teknologi imersif dalam menjawab tantangan literasi digital masa kini.

oleh Rida Rasidi diperbarui 18 Okt 2023, 19:30 WIB
Susun Program Pembelajaran, Kurikulum Merdeka Libatkan Guru dan Anak Didik/Istimewa.

Liputan6.com, Jakarta - Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjalin kerja sama dengan SHINTA VR, melalui salah satu brand-produknya, MilleaLab. Kerja sama ini dilakukan dalam rangka Implementasi Kurikulum Merdeka.

Penandatangan dokumen perjanjian kerja sama antara Ditjen GTK Kemendikbudristek dengan MilleaLab telah dilaksanakan di Ruang Sidang Ditjen GTK Kemendikbudristek, Jakarta.

Dengan dokumen “Program Peningkatan Kompetensi Literasi Digital bagi Guru dan Tenaga Kependidikan” yang telah disepakati, kedua belah pihak berharap bisa memajukan kualitas pendidik yang berwawasan teknologi. Pendidik yang berkualitas dan berwawasan teknologi dapat membuat kegiatan belajar mandiri bersama peserta didik menjadi lebih optimal.

Kerja sama ini adalah bentuk peran pemerintah dalam menciptakan terobosan yang solutif untuk menjawab tantangan literasi di era digital saat ini. Pemerintah meninjau pendidik adalah subjek utama yang perlu didukung secara optimal agar implementasi kurikulum dapat maksimal.

Dalam program kerja sama ini, MilleaLab akan bekerja penuh membantu pemerintah dalam meningkatkan kompetensi literasi digital yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila dalam kerangka acuannya, yaitu Kurikulum Merdeka.

MilleaLab akan membuat pengayaan praktis bagi para pendidik untuk terlibat dalam praktik pendidikan yang menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran kontekstual sesuai perkembangan teknologi imersif terapan mutakhir. Harapannya, para pendidik menciptakan pembaharuan bahan ajar yang sesuai dengan semangat kreativitas di Platform Merdeka Mengajar.

Metode pembelajaran Virtual Reality yang telah dikembangkan oleh MilleaLab sejak 2019 diharapkan mampu menjadi teknologi imersif yang mendukung program Kurikulum Merdeka dalam mengedepankan potensi setiap siswa.

Dikutip dari laman web Ditjen GTK, Andes Rizky, Direktur SHINTA VR, menyatakan, penandatanganan kerja sama ini memperlihatkan relevansi inovasi teknologi yang mereka kerjakan dengan ancangan literasi digital yang Kemendikbudristek siapkan.

“Sekali lagi, MilleaLab membuktikan kontribusinya terhadap pendidikan teknologi di Indonesia. Dengan mengedepankan metode Virtual Reality, MilleaLab mendukung agenda peningkatan literasi digital sepenuhnya yang dicanangkan dalam Kurikulum Merdeka. Teknologi imersif adalah solusi nyata pendidikan saat ini,” ujar Andes Rizky.


Teknologi Imersif Menjawab Tantangan Literasi Digital

Ilustrasi Virtual Reality (VR) (pixabay.com)

MilleaLab telah mencatat dua hal yang menjadi tantangan yang melatari kerja sama ini, yaitu kurangnya literasi digital bagi pendidik, serta keterbatasan anggaran teknologi pendidikan.

Faktor pertama tersebut menandakan kualitas pendidik di Indonesia perlu ditingkatkan secara masif. Hal inilah yang selama ini telah dikerjakan MilleaLab melalui Pendekar VR.

Pendekar VR adalah suatu komunitas yang mewadahi guru-guru atau tenaga pendidik yang mempraktikkan pembelajaran Virtual Reality di dalam kelas belajar masing-masing. Tersebar di seluruh wilayah strategis di pulau-pulau Indonesia, MilleaLab ingin mengentaskan masalah pendidik di ranah pendidikan sesuai UNESCO ICT Competency Framework for Teacher; knowledge acquisition, knowledge deepening, dan knowledge creation.

Rintisan tersebut diharapkan dapat meningkatkan Indeks Literasi Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di kemudian hari.

Selanjutnya, faktor kedua menunjukkan bahwa teknologi imersif sangatlah menjangkau akses yang selama ini menjadi masalah primer dalam pendidikan. Dalam kapasitas inilah, teknologi imersif dapat menjawab tantangan literasi digital yang sebenarnya.

Jika pembangunan sarana dan infrastruktur memerlukan biaya yang luar biasa, maka teknologi imersif dapat menjadi alternatif penghematan program pemerintah ini.


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Melawan hoaks sama saja melawan pembodohan. Itu yang mendasari kami membuat Kanal Cek Fakta Liputan6.com pada 2018 dan hingga kini aktif memberikan literasi media pada masyarakat luas.

Sejak 2 Juli 2018, Cek Fakta Liputan6.com bergabung dalam International Fact Checking Network (IFCN) dan menjadi partner Facebook. Kami juga bagian dari inisiatif cekfakta.com. Kerja sama dengan pihak manapun, tak akan mempengaruhi independensi kami.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Ingin lebih cepat mendapat jawaban? Hubungi Chatbot WhatsApp Liputan6 Cek Fakta di 0811-9787-670 atau klik tautan berikut ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya