Alergi Air, Wanita Ini Bagikan Bagaimana Kehidupannya Menghindari Air

Kisah lengkap perjuangan Tessa Hansen-Smith menjalani hidup tanpa air.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 18 Okt 2023, 18:45 WIB
Sumber: instagram.com/livingwaterless

Liputan6.com, Jakarta Di dunia yang penuh dengan berbagai alergi, mulai dari yang umum seperti alergi kacang tanah hingga yang sangat tidak biasa seperti alergi terhadap sinar matahari atau bahkan suhu dingin, manusia terus menerus dikejutkan oleh kemampuan tubuh mereka untuk merespons hal-hal yang tampaknya tidak berbahaya. 

Salah satu kasus yang luar biasa adalah kisah seorang wanita yang mengungkapkan bahwa dirinya alergi terhadap air, sebuah penyakit langka yang hanya memengaruhi sedikit orang di seluruh dunia. Tessa Hansen-Smith, seorang wanita berusia 25 tahun, baru-baru ini berbagi pengalaman uniknya dalam menghadapi alergi air yang dideritanya.

Dilansir dari India Times, berikut ini telah Liputan6.com rangkum kisah lengkap perjuangan Tessa Hansen-Smith menjalani hidup dengan alergi yang dideritanya, pada Rabu (18/10/2023). 


Mengungkap Misteri Alergi Terhadap Air

Sumber: instagram.com/livingwaterless

Tessa Hansen-Smith, asal California, adalah salah satu dari sedikit individu yang menderita alergi langka ini. Menurut Allergy Asthma Network, penyakit ini pertama kali tercatat pada tahun 1964. Urtikaria aquagenik dapat dipicu oleh berbagai jenis air, termasuk hujan, salju, air tawar, air laut, keringat, bahkan air mata. 

Perjalanan Tessa dengan alergi yang tidak biasa ini dimulai ketika dia berusia delapan tahun. Ia menyadari adanya ruam dan luka-luka pada kulitnya setiap kali terkena air. Awalnya, dokternya mengasumsikan bahwa produk mandi seperti sabun dan sampo adalah penyebabnya, namun masalah ini tidak hilang. 

Barulah setelah dua tahun pengujian intensif oleh berbagai dokter, ibunya, Dr. Karen Hansen-Smith, seorang dokter perawatan keluarga, menemukan bahwa putrinya memiliki alergi terhadap air. Reaksi yang dialami Tessa terhadap air menjadi semakin kompleks seiring bertambahnya usianya. 

Matanya mulai gatal, lidahnya tergores, dan mulutnya gatal-gatal setiap kali terkena air. Minuman dengan kandungan air yang tinggi dapat menyebabkan sensasi terbakar di dalam mulutnya, sehingga ia memilih susu sapi sebagai alternatif karena kandungan lemak dan proteinnya seimbang dengan kandungan air. 

Namun, jika Tessa tidak minum susu dalam jangka waktu tertentu, ia akan merasa sangat haus hingga terpaksa minum air meskipun menimbulkan rasa sakit, yang bahkan bisa mengakibatkan pingsan. Oleh karena itu, Tessa harus membatasi makanannya pada makanan kering dengan sedikit kandungan air, seperti granola bar, kerupuk, roti, selai kacang, kentang, kacang-kacangan, dan sup berbahan dasar susu.

 

Mencari Harapan dan Pengobatan

Sumber: instagram.com/livingwaterless

Meskipun tidak ada obat yang dikenal untuk urtikaria aquagenik, Tessa Hansen-Smith terus mencari cara untuk mengatasi gejala yang dihadapinya. Sebagian besar dari mereka yang mengidap penyakit langka ini mencoba berbagai metode pengobatan untuk meringankan reaksi kulit dan gatal-gatal.

Bagi Tessa, keberanian dan energi positifnya sepanjang perjalanan ini membantu mengubah perspektifnya. Dia berbagi kisahnya dengan para pengikutnya melalui media sosial, memungkinkan dia untuk bertemu dengan berbagai orang dari lapisan masyarakat yang berbeda, yang memberinya kebahagiaan dan tujuan dalam menghadapi kondisi yang langka ini.

Ibu Tessa, Dr. Karen Hansen-Smith, seorang dokter yang telah melihat banyak penyakit yang tidak biasa, merasa sulit melihat putrinya menghadapi perjuangan ini. Namun, keduanya telah bersatu untuk meningkatkan kesadaran tentang urtikaria aquagenik dan mengumpulkan dana untuk pengeluaran medis Tessa melalui situs GoFundMe yang mereka dirikan. Dengan berbagi pengalaman unik mereka, mereka berharap dapat membantu orang lain yang mungkin juga menghadapi tantangan serupa.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya