Indonesia Siapkan Perpres Cadangan Penyangga Energi, Antisipasi Krisis Dampak Konflik Hamas-Israel

Menurunkan importasi minyak mentah dan BBM melalui pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dijalankan guna meminimalisir dampak dari konflik antara tentara Hamas dan Israel.

oleh Tira Santia diperbarui 18 Okt 2023, 18:14 WIB
Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa di acara Energy Transitions Conference & Exhibitions, di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (18/10/2023). (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah mempersiapkan Peraturan Presiden (Perpres) Cadangan Penyangga Energi untuk mengantisipasi krisis energi akibat geopolitik global, termasuk konflik Hamas dan Israel di jalur Gaza.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Herman Darnel Ibrahim, menilai dampak konflik Hamas dan Israel ini mampu mendorong harga minyak mentah dunia melonjak. Hal tersebut tentunya akan mengancam harga BBM di dalam negeri yang masih bergantung terhadap impor.

"Solusi yang perlu itu adalah DEN sedang menyiapkan Perpres Cadangan Penyangga Energi. Saat kondisi seperti ini, naik (harga minyak mentah), lepas cadangan penyangga itu solusinya," kata Herman saat Energy Transitions Conference & Exhibitions, di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (18/10/2023).

Dalam kesempatan yang sama, Menteri PPN/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, mengatakan Pemerintah Indonesia pun terus berupaya menurunkan importasi minyak mentah dan BBM melalui pengembangan energi baru terbarukan (EBT), guna meminimalisir dampak dari konflik antara tentara Hamas dan Israel tersebut.

"Kita juga berharap ke depan kita semakin berkurang dalam konsumsi bahan bakar fosil, akhirnya akan menurunkan importasi juga mengingat fluktuasi harga energi global, sekarang terjadi (konflik) Hamas versus Israel," kata Suharso.

Lebih lanjut, Sekretaris Jenderal DEN, Djoko Siswanto, mengatakan bahwa dalam pembahasan Perpres Cadangan Penyangga Energi saat ini masih menunggu persetujuan dari para menteri, utamanya Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.

"Kita harus punya cadangan, kalau perang terus tidak ada yang kirim crude, padahal kita konsumsinya 1,4 juta barel, produksinya 600-an ribu, kita harus punya cadangan sekitar 30 hari sampai dengan 2030 ini bertahap," pungkas Djoko.


Israel Tutup Ladang Gas di Dekat Gaza, Bagaimana Dampaknya ke Pasokan Energi Global?

Kekerasan lintas batas menandai perluasan konflik yang signifikan antara Israel dan militan Palestina di Gaza hingga perbatasan Israel-Lebanon lebih jauh ke utara. (AP Photo/Ariel Schalit)

Sebelumnya,  Chevron telah menutup ladang gas alam di lepas Pantai Israel atas perintah pejabat setempat pada Senin, 9 Oktober 2023. Hal ini dilakukan dua hari setelah militan Hamas melancarkan serangan mematikan di Israel.

Dikutip dari CNN, Rabu (11/10/2023), ladang Tamar terletak 15 mil di lepas pantau Selatan Israel memenuhi 70 persen kebutuhan energi Israel untuk pembangkit listrik, menurut perusahaan energi AS.

Penutupan yang berkepanjangan dapat menyebabkan penurunan ekspor gas Israel ke negara tetangganya, Mesir dan Yordania serta menekan pasar gas global yang sudah ketat.

Untuk saat ini, Chevron terus memasok gas kepada pelanggannya di Israel dan wilayah sekitarnya dari platform Leviathan yang lebih besar.

Penutupan ini terjadi ketika Hamas terus menembakkan roket dari Gaza ke arah Israel dan ketika Israel meningkatkan pembalasannya atas serangan mematikan yang dilakukan Hamas akhir pekan lalu. Reuters melaporkan platform Tamar berada dalam jangkauan tembakan roket dari Gaza.

 


Pasar Global yang Ketat

Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/wirestock

Penutupan Tamar terjadi ketika negara-negara di belahan bumi utara memasuki musim dingin, ketika permintaan gas alam untuk menghangatkan rumah meningkat.

Harga gas berjangka di Dutch Title Transfer Facility melonjak 12 persen pada Selasa, 10 Oktober 2023 hingge mencapai hampir 49 euro atau USD 52 per megawatt jam.

Jumlah itu meningkat 29 persen sejak Jumat, hari perdagangan terakhir sebelum Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel.

Namun, harga itu masih jauh di bawah level harga pada tahun lalu, ketika mencapai 169 euro atau USD 179 per megawatt hour, ketika Eropa keluar dari krisis energi yang dipicu oleh perang Rusia di Ukraina.

Analis Wood Mackenzie menyebutkan kenaikan harga tersebut sebagian besar disebabkan oleh konflik yang sedang berlangsung di Israel.

Infografis Hamas-Israel Perang Lagi, Ini Respons Dunia. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya