Liputan6.com, Jakarta - The Papandayan Jazz Festival (TPJF), salah satu perhelatan musik jazz terbesar di Bandung, kembali hadir untuk yang kedelapan kalinya. Pencinta musik diundang untuk menyelami harmonisasi jazz di The Papandayan Hotel Bandung pada 28--29 Oktober 2023.
Festival ini akan menampilkan sekitar 200 musisi dengan lebih dari 50 pertunjukan, di antaranya adalah penampilan Barry Likumahuwa & The Rhythm Service, Karimata, Ardhito Pramono, Kahitna feat Arsy Widianto, dan masih banyak lagi.
Advertisement
TPJF didirikan oleh Bobby Renaldi, Harry Pocang, dan Vence Manuhutu, sebagai wujud semangat untuk memajukan ekosistem jazz di Bandung. Mereka merupakan anggota TP Jazz (TPJ) Management, sebuah organisasi yang berfokus dalam memajukan musik jazz.
Tyagita R Hermawan, Managing Director TPJF, menegaskan bahwa TPJ telah mendukung musisi jazz sejak 2015 dengan pertunjukan rutin mingguan. Dengan dukungan yang besar, komunitas ini berkembang pesat menjadi festival yang digelar tahunan. TPJF ingin menjadi rumah bagi semua musisi di Bandung, termasuk bagi mereka yang baru memulai karier musiknya.
"TPJF juga telah berhasil mengintegrasikan sektor pariwisata dan ekonomi Bandung melalui berbagai event, termasuk pemberdayaan UMKM dan restoran," kata perempuan yang akrab disapa Gita ketika dihubungi Liputan6.com pada Rabu, 18 Oktober 2023.
Menariknya, meskipun TPJF memiliki "jazz" dalam namanya, bukan berarti hanya musik jazz saja yang ditampilkan. Gita menyampaikan bahwa festival ini mengakui keberagaman musik, dengan menghadirkan turunan-turunan jazz, seperti blues dan bossa nova. "Strateginya adalah menyeimbangkan genre jazz dengan genre lainnya."
Ada Kelas Musik
The Papandayan Jazz Fest (TPJF) tidak hanya menjadi titik temu para pecinta jazz, tapi juga berfungsi sebagai tempat edukasi bagi para pelajar musik, dengan program "Music Clinic". Tahun ini, "Music Clinic" hadir dengan materi menarik yang akan diberikan oleh dua musisi jazz ternama, Sri Hanuraga dan Barry Likumahua.
Tema yang diusung yakni "Basic Jazz Vocabulary" dan "Rhythm & Groove" diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar yang kuat tentang jazz kepada para peserta. "Program ini bukan hanya sekadar seminar, tetapi merupakan kombinasi workshop, talkshow, dan sesi interview antara para musisi," ujar Gita.
Kelas ini bisa diakses oleh siapapun secara gratis dengan menggandeng beberapa universitas dan sekolah yang memiliki jurusan seni musik, memungkinkan para pengunjung dapat belajar secara lebih mendalam mengenai ketertarikan mereka pada dunia musik.
Menurut Gita, program ini menjadi jembatan bagi para mahasiswa seni musik untuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang jazz dan bagaimana merintis karier di industri musik. Kerja sama dengan berbagai institusi seperti SPIMB, IISBI, dan FARABI, serta dukungan dari kedutaan Belanda, memberi nilai tambah bagi program ini. Peserta juga akan mendapat sertifikat yang nantinya berfungsi sebagai modal awal untuk melanjutkan karier musik di kancah internasional.
Advertisement
Pasar Jazz Gratis untuk UMKM
"Bahkan, partisipasi dalam Music Clinic bisa menjadi poin plus bagi mereka yang berencana melanjutkan studi di universitas ternama seperti Berklee College of Music," tutur Gita.
Festival ini tidak hanya berkolaborasi dengan beberapa komunitas kreatif ternama seperti Titik Kumpul, Musik Halaman, Ruang Putih, dan USBP, tetapi juga membangun jembatan kerja sama dengan para pelaku bisnis di bidang alat musik seperti Tiga Negeri Music House serta banyak aktor lain dalam industri musik. Kolaborasi-kolaborasi ini memiliki harapan besar untuk mendorong pertumbuhan industri kreatif, terutama di sub sektor musik di Kota Bandung.
Ada dinamika menarik yang terjadi di dalam ekosistem jazz di Bandung. "Sejumlah musisi yang tampil di TPJF bahkan mengibaratkan keikutsertaan mereka sebagai mudik," kata Gita.
Untuk mendukung pertumbuhan komunitas musik di Bandung, TPJF menyediakan fasilitas bagi mereka untuk berkumpul serta menjual merchandise resmi yang dinamakan "Pasar Jazz", menawarkan beragam booth, mulai dari makanan dan minuman, pengrajin gitar dan harpa, hingga kopi khas Bandung. Brand-brand besar diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dengan skema pembayaran, sedangkan para pelaku UMKM mendapat kesempatan tanpa biaya.
Tidak dapat dipungkiri, penyelenggaraan TPJF secara rutin memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi Bandung. "Bagaimana sih sumbangsih kami sebagai salah satu fasilitas pariwisata untuk memajukan kota Bandung. Bukan hanya dari sisi meningkatkan okupansi penginapan aja, tapi bagaimana kita mengembangkan sektor ekonominya," ungkap Gita.
Beberapa Pilihan Tiket
Tiket masuk The Papandayan Jazz Fest (TPJF) 2023 diatur dalam beberapa kategori dengan harga yang bervariasi. Berikut daftar tiket The Papandayan Jazz Fest (TPJF) 2023:
- Four Stages (28 Oktober): Rp150 ribu.
- Four Stages (29 Oktober): Rp 150 ribu.
- Five Stages (29 Oktober): Rp 350 ribu (sold out).
- Two Days Passes (Five Stages): Rp 625 ribu (sold out).
Yang menarik dari kategori Five Stages adalah, salah satu panggung utamanya akan menampilkan penampilan dari Ardhito Pramono dan musisi-musisi papan atas lainnya. Selain itu, mimpi besar TPJF bukan hanya sekedar menjadi festival musik biasa. Mereka ingin mengukir namanya di peta musik dunia dan disejajarkan dengan festival jazz internasional yang sudah mapan.
"TPJF berharap dapat menjadi platform bagi para pelaku bisnis dalam industri musik untuk memfasilitasi dan mendukung musisi lokal, dengan menyediakan panggung dan festival sebagai wadah ekspresi. Ini juga menjadi kesempatan bagi para musisi untuk menampilkan talenta mereka di depan publik yang lebih luas," ujar Gita.
Gita kemudian menyampaikan, dalam ranah jazz, ada nuansa yang berbeda dari genre musik lainnya. Di banyak genre, vokalis biasanya menjadi pusat perhatian. Namun dalam jazz, setiap pemain alat musik mendapat sorotan yang sama.
"TPJF ingin menyoroti hal ini, dengan harapan agar jazz di Indonesia mendapatkan perhatian yang lebih besar dan terus berkembang," ucapnya.
Advertisement