Wall Street Anjlok Setelah Imbal Hasil Obligasi AS Sentuh Level Tertinggi dalam 16 Tahun

Imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) yang kembali sentuh level tertinggi 4,9 persen telah menekan wall street.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Okt 2023, 06:20 WIB
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 18 Oktober 2023. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 18 Oktober 2023. Wall street yang lesu seiring musim laporan laba dan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat naik ke level tertinggi.

Dikutip dari CNBC, Kamis (19/10/2023) pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 332,57 poin atau 0,98 persen ke posisi 33.665,08. Indeks S&P 500 melemah 1,34 persen ke posisi 4.314,60. Indeks Nasdaq tergelincir 1,62 persen ke posisi 13.314,30.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun naik menembus di atas 4,9 persen pada Rabu, 18 Oktober 2023. Untuk pertama kali, imbal hasil obligasi menembus di atas 4,9 persen sejak 2007.

Sementara itu, tingkat rata-rata suku bunga hipotek tetap 30 tahun mencapai 8 persen, level tertinggi sejak 2000.

“Pasar sedang mencoba mencari tahu di mana suku bunga akan mencapai puncaknya. Pasar ingin melihat apa yang terjadi ketika suku bunga mencapai 5 persen,” ujar Managing Partners Harris Financial, Jamie Cox.

Saham JB Hunt tergelincir 8,9 persen karena laba yang lebih buruk dari perkiraan, sedangkan saham United Airlines turun 9,7 persen setelah menyampaikan panduan yang lembut terkait kinerja. Saham Morgan Stanley merosot 6,8 persen dan mencatat hari terburuk sejak 2020 karena lemahnya kinerja divisi wealth management menutupi kinerja kedua lini.

Di sisi lain, saham Procter & Gamble naik 2,6 persen setelah mengalahkan harapan analis pada kuartal tersebut. Investor kini melirik kinerja laba Netflix dan Tesla yang dirilis setelah perdagangan Rabu pekan ini.

Lebih dari 10 persen di S&P 500 telah melaporkan kinerjanya, menurut FactSet. Dari laporan itu, sekitar 78 persen telah melampaui harapan analis.

 


Pasar Beralih Melihat Pertumbuhan Pendapatan

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Senior Investment Strategist Charles Schwab, Kevin Gordon menuturkan, fokus pasar beralih ke pertumbuhan pendapatan pada musim laporan laba ini. Ia menambahkan, investor sedang mencoba untuk menguraikan perusahaan mana yang mengalami peningkatan permintaan dan perusahaan mana yang meningkatkan laba melalui langkah-langkah pemotongan biaya saja.

“Saat ini kita berada pada titik siklus di mana perusahaan benar-benar harus mulai menunjukkan permintaan actual yang kembali online. Jika bukan itu masalahnya, Anda mungkin tidak akan mendapatkan peningkatan sebanyak yang diharapkan orang,” kata dia.

Saham chip yakni Nvidia dan Advanced Micro Devices berjuang pada perdagangan sesi kedua karena investor melakukan aksi jual. Langkah ini dilakukan setelah Departemen Perdagangan Amerika Serikat mengumumkan rencana untuk memperketat pembatasan penjualan chip kecerdasan buatan canggih ke China pada Selasa pekan ini.

Wall street juga terus menilai dampak perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung. Presiden AS Joe Biden mengunjungi Israel pada Rabu pekan ini sebagai bagian dari perjalanan yang bertujuan menunjukkan solidaritas terhadap negara tersebut.


Dampak Perang Israel-Hamas

Sekitar satu juta orang eksodus massal untuk menyelamatkan diri dari zona sasaran Israel. Mereka mengungsi ke selatan. (AP Photo/Adel Hana)

Sementara itu, Chief Investment Officer of Harris Associates, David Herro menuturkan, Perang Israel-Hamas baru-baru ini telah membuat investor bergegas mencari peluang baru di luar negeri.

“Ketika Anda mengalami reaksi harga yang ekstrem, yang telah kita lihat secara kebetulan dalam tiga atau empat bulan terakhir, khususnya di Eropa. Ini sebenarnya menjadi peluang untuk membeli barang berkualitas dengan harga rendah yang merupakan inti dari value investing,” ujar dia kepada CNBC.

Ia melihat hal ini sebagai sebuah peluang yang dapat dimanfaatkan mengingat jangka waktu investasi dalam tiga hingga lima tahun.

Herro menuturkan, investor secara perlahan dan terus menerus melakukan diversifikasi dengan meningkatkan eksposur internasional ke wilayah yang lebih bersahabat dengan Amerika Serikat, Eropa dibandingkan Rusia dan China.

“Kami fokus pada tempat perusahaan menjalankan bisnis, dan bukan pada lokasi basisnya. Jika kita bisa mendapatkan bisnis berkualitas baik dengan harga murah dan harga itu sangat dipengaruhi oleh kode pos, ini adalah peluang investasi yang bagus,” ia menambahkan.

 


Hadapi Ketidakpastian

Lebih dari 2.800 warga Palestina meninggal dunia dan jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah akibat serangan Israel. (AP Photo/Hassan Eslaiah)

Sementara itu, Analis Citi Scott Chronert menuturkan, saham berada dlama mode yang tidak pasti karena ketegangan geopolitik masih berlangsung di Timur Tengah. Akan tetapi, pasar tetap dalam kondisi baik selama konflik dapat diatasi.

“Cara saya berpikir mengenai hal ini adalah terkendali versus meningkat. Selama hal itu masih terkendali, saya pikir pandangan kita terhadap saham berada dalam kondisi yang cukup baik,” ujar dia.

Ia menambahkan fundamental pasar saham juga tampak bagus. Hal ini ditunjukkan dari laporan laba kuartal III 2023.

Penutupan Wall Street 17 Oktober 2023

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi dengan kecenderungan mendatar pada perdagangan Selasa, 17 Oktober 2023. Indeks S&P 500 mendatar seiring investor menganalisis pergerakan imbal hasil obligasi terbaru dan musim laporan laba perusahaan.

Dikutip dari CNBC, Rabu, 18 Oktober 2023, pada penutupan perdagangan wall street indeks S&P 500 melemah tipis 0,01 persen ke posisi 4.737,20. Indeks Nasdaq merosot 0,25 persen ke posisi 13.533,75. Indeks Dow Jones naik 13,11 poin atau 0,04 persen ke posisi 33.997,65.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai 4,8 persen, dan sentuh level tertinggi sejak 6 Oktober 2023. Saat itu imbal hasil obligasi diperdagangkan 4,88 persen. Pergerakan imbal hasil obligasi ini mengikuti data penjualan ritel yang lebih panas dari perkiraan ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya