Google Cloud: AI Bisa Bantu Atasi Tantangan Keamanan Siber

Menurut Google Cloud, teknologi AI generatif bisa membantu mengatasi tantangan di bidang keamanan siber.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 19 Okt 2023, 15:00 WIB
Mark Johnston, Director, Office of the Chief Information Security Officer, Asia Pacific, Google Cloud (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Liputan6.com, Singapura Kecerdasan buatan (artificial intelligence) atau AI generatif, tak hanya dapat membantu seseorang dalam pekerjaan, tetapi juga bisa mendukung keamanan siber bagi sebuah perusahaan.

Google Cloud mengungkapkan, berbagai data dan riset menyebut, di tengah berkembangnya digitalisasi di Asia Pasifik, wilayah ini dinilai masih jadi yang paling rentan terhadap serangan siber.

Mark Johnston, Director, Office of the Chief Information Security Officer, Asia Pacific, Google Cloud pun mengatakan, ada tiga tantangan besar bagi keamanan siber dalam satu dekade terakhir.

Tiga tantangan ini adalah ancaman yang semakin meningkat, endless toil atau pekerjaan yang terus menerus, dan terbatasnya talenta di bidang keamanan siber.

Google menyebut, terdapat peningkatan hingga 7 kali lipat kebocoran data dari tahun 2012 sampai 2022. Di sini, tahun lalu ada 6.000 insiden di akhir tahun, naik pesat dari hanya 781 di 2012.

Belum lagi diperlukan sekitar 33 hari bagi aktor jahat yang mengancam keamanan siber, untuk dideteksi.

Lebih lanjut, pekerjaan yang terus berlanjut juga membuat jumlah perusahaan keamanan siber meningkat 13 kali lipat, dari 2.000 di tahun 2012, menjadi 26.000 saat ini, menurut data yang dirangkum Google.

Selain itu, dibutuhkan lebih dari 200 ribu jam dalam satu tahun, untuk merespons serangan siber.

Dari segi sumber daya, kebutuhan orang yang mumpuni di bidang keamanan siber juga semakin dibutuhkan. Pada tahun 2012, dibutuhkan hingga 1,5 juta posisi di bidang ini, namun angkanya naik sampai 3,5 juta saat ini.

Dalam Google Cloud Gen AI Southeast Asia Press Summit 2023 di kantor Google Singapura, Johnston pun mengatakan, AI di sini bisa jadi solusi untuk membantu tiga permasalahan tadi.

"Soal ancaman, kami percaya AI bisa untuk mengidentifikasi ancaman, yang di sisi lain dibutuhkan manusia untuk mengklasifikasikan dan mengidentifikasinya," kata kata Johnston, Selasa (17/10/2023).


AI Bisa Bantu Tim Keamanan Organisasi

Ilustrasi Google (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

AI juga dapat mengurangi pekerjaan rutin dan terus menerus terkait keamanan siber, di mana mereka dapat merangkum data untuk membantu tim keamanan organisasi, sehingga bisa mengetahui respon apa yang tepat dilakukan.

"Bayangkan jika kita bisa punya penasehat siber yang bisa mengotomatisasi atau memberitahu Anda langkah apa yang harus dilakukan selanjutnya," kata Johnston.

Kemudian, kecerdasan buatan dapat membantu memperluas akses ke solusi atau informasi mengenai keamanan siber yang solid dan baik, sehingga dapat membantu seseorang untuk bisa menjadi lebih ahli di bidang ini.

Dalam kesempatan yang sama, Google juga menyebutkan bahwa pemanfaatan teknologi AI tak cuma sebatas pada pengguna individu saja, tetapi sudah sampai ke tingkat industri atau perusahaan.


AI Generatif Bisa Tingkatkan Produktivitas Perusahaan

Darryl McKinnon, Director, Asia Pacific, Google Workspace di kantor Google Singapura, Selasa (17/10/2023). (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

"Kami percaya AI generatif punya kemampuan untuk mengurangi tugas-tugas rutin yang dilakukan orang-orang," kata Darryl McKinnon, Director, Asia Pacific, Google Workspace di kantor Google Singapura.

Menurut McKinnon, tugas-tugas rutin seperti membuat jadwal, mengatur data, menulis dokumen dari nol, bisa dikurangi hingga 60 sampai 70 persen dari waktu pekerja setiap harinya.

"Kami tidak ingin menggantikan manusia, yang kami lakukan sebenarnya adalah membantu manusia mengganti tugas-tugas rutin mereka, membuat mereka jadi lebih fokus pada pekerjaan yang kreatif atau lebih penting," ujarnya di Google Cloud Gen AI SEA Media Summit.

"Membuat jadwal itu menghabiskan banyak waktu kan? Membuat tujuan, buat catatan, tulis ulang catatan, berpikir mulai dari mana, menulis email terima kasih, semua menghabiskan waktu," pungkasnya.

Google pun mengungkapkan layanan seperti Google Workspace pun juga telah memiliki alat-alat AI generatif yang ditujukan untuk membantu industri menjalankan bisnisnya dan meningkatkan produktivitas.

Alat seperti Duet AI pun dinilai dapat mengurangi masalah semacam ini. Dirilis melalui layanan Google Workspace for Enterprise pada Agustus lalu, teknologi ini diklaim sudah dipakai satu juta pengguna.

 


Duet AI dan Vertex AI

Ilustrasi kantor Google di Singapura (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Duet AI di Google Workspace sendiri dapat membantu pengguna menulis di Gmail dan Docs, melakukan proofreading, melakukan merapikan Sheets, memvisualisasikan Slides, hingga dukungan untuk Google Meet.

Di Google Meet, pengguna Duet AI dapat meningkatkan kualitas suara dan tampilan, menggunakan terjemahan langsung, hingga membuat gambar latar, yang semuanya memakai bantuan kecerdasan buatan generatif.

Selain itu, Google juga menyediakan Vertex AI, di mana developer dapat membuat model mereka sendiri dan aplikasi yang ditenagai oleh kecerdasan buatan dengan data perusahaan.

Google sendiri juga memiliki lebih dari 100 large foundation models, yang sesuai dengan fungsinya masing-masing, termasuk di antaranya merupakan model first party mereka.

Sebut saja Imagen, yang merupakan foundation model teks ke gambar, yang membuat perusahaan dapat membuat dan menyesuaikan gambar tingkat studio dalam skala besar untuk kebutuhan bisnis.

Kemudian ada Chirp, yang dapat membantu organisasi lebih terlibat secara inklusif dengan pelanggan, dalam bahasa lokal dengan teks dan bantuan suara.

Lalu yang cukup naik daun beberapa waktu lalu adalah Med-PaLM 2 untuk tenaga atau perusahaan kesehatan, serta Sec-PaLM 2 untuk keamanan siber.

(Dio/Isk)

Infografis 34 Juta Data Paspor Indonesia Diduga Bocor, Ulah Hacker Bjorka? (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya