Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri RI (Menlu RI) Retno Marsudi mengajak para Indonesianis, warga negara asing (WNA) yang memiliki ketertarikan mempelajari Indonesia, dalam mewujudkan misi Indonesia Emas 2045 di tengah tantangan global.
"Visi lain yang harus dimiliki Indonesia memerlukan kemampuan untuk beradaptasi terhadap gangguan dan tantangan serta kemampuan untuk memanfaatkan peluang dalam mewujudkan visi Indonesia pada 2045," ujar Menlu Retno saat membuka Kongres Indonesianis ke-5 dengan tema "Towards the Golden Age of Indonesia 2045: Indonesia and Its Role on the International Landscape" yang diselenggarakan secara daring, Kamis (19/10/2023).
Advertisement
Menlu Retno mengatakan bahwa dalam perjalanan mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, akan ada banyak perubahan dan perkembangan global yang harus dihadapi.
"Kita mungkin akan menghadapi dunia yang berbeda dua dekade dari sekarang, tren global termasuk persaingan kekuatan besar, dan pergeseran lanskap politik, kebangkitan AI (Artificial Intelligence) dan teknologi baru lainnya serta dampak perubahan iklim yang berkepanjangan akan terus menggerakkan masa depan kita," papar Retno.
Melihat tantangan tersebut, Menlu Retno mengatakan Indonesia tidak hanya harus bisa beradaptasi namun juga memanfaatkan peluang yang muncul. "Kita juga harus bisa memanfaarkan peluang yang muncul melalui pendidikan berkualitas tinggi hingga mengembangkan landasan ekonomi yang kuat," sambungnya.
Lebih lanjut, Menlu Retno mengatakan bahwa Indonesia juga harus bisa memainkan peran yang lebih besar di masa depan.
"Karena Indonesia siap menjadi pemain global yang besar, kita harus membayangkan peran Indonesia di tahun 2045," terangnya.
Sebagai negara berkembang, kata Menlu Retno, Indonesia harus bisa memanfaatkan diri sebagai kekuatan menengah yang lebih besar. Hal ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan kekuatan soft power diplomacy dan mengembangkan hubungan pertahanan serta ekonomi.
Kongres Indonesianis ke-5
Kongres Indonesianis Sedunia digelar oleh Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI) sebagai inisiatif untuk mengumpulkan dan memberdayakan Indonesianis atau warga asing yang tersebar di seluruh dunia.
Dilansir laman Kemlu.go.id, hal tersebut dinilai sebagai peluang untuk meningkatkan eksposur dan pemahaman masyarakat global tentang Indonesia, memperkuat hubungan antar-masyarakat (people-to-people contacts), serta memperoleh masukan,pandangan dan saran dari para Indonesianis untuk mendukung kemajuan pembangunan Indonesia dalam berbagai bidang.
Kongres Indonesianis tahun ini menjadi forum bagi Indonesianis untuk berdiskusi dan saling bertukar pandangan mengenai peran Indonesia di dunia, menuju misi Indonesia Emas 2045.
Acara yang dibuka oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ini berkerja sama dengan Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, dan turut menghadirkan sejumlah narasumber seperti Prof. Greg Barton dari Australia, Eric Jones dari Amerika Serikat (AS), Prof. Ramaswamy Sudarshan dari India hingga Gabriel Facal dari Prancis.
Advertisement
Kongres Indonesianis Sebelumnya
Pada tahun 2022, Kongres Indonesianis Sedunia ke-4 digelar dengan tema pemulihan ekonomi Indonesia di tengah pandemi COVID-19, yang secara khusus menggalang masukan dan pandangan tentang bagaimana Indonesia dapat mempercepat laju pemulihan ekonomi melalui sektor pariwisata dan ekonomi digital.
Dalam kesempatan itu, Menlu Retno mendorong pariwisata dan ekonomi digital untuk menjadi alat pemulihan pasca pandemi COVID-19.
Terlebih, ia mendorong pariwisata dan ekonomi digital di tengah perlambatan ekonomi global, terutama ketika resesi global diperkirakan akan terjadi di tahun mendatang.
Kongres Indonesianis Pertama
Kongres Indonesianis pertama diadakan di Yogyakarta pada 14-16 Oktober 2019 dengan tema "Building a Better Future of Indonesia: Toward a Tolerant, Vibrant and Creative Society" dan dibuka oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI, Duta Besar Dr. Abdurrahman Mochammad Fachir.
Kongres tersebut diikuti oleh 400 peserta yang terdiri dari Indonesianis (akademisi, peneliti, dan pelajar asing yang mempelajari berbagai aspek ilmu dan pengetahuan di Indonesia) dan tamu undangan lain dari berbagai institusi dan universitas di Indonesia. Para Indonesianis tersebut berasal dari 43 negara, antara lain Amerika Serikat, Australia, Gambia, Jerman, Myanmar, Rusia, RRT, Timor Leste, dan Yordania.
Advertisement