Liputan6.com, Jakarta Dunia usaha mengaku khawatir akan adanya perang Hamas dan Israel bisa membuat harga minyak dunia melonjak. Tentunya, hal itu juga dikhawatirkan berdampak terhadap harga BBM di dalam negeri..
Wakil Ketua Umum Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Kadin Indonesia Sarman Simanjorang, mengungkapkan, saat ini seluruh dunia masih dalam tahap pemulihan pasca covid-19, termasuk Indonesia.
Advertisement
Namun, dalam proses pemulihan berlangsung, kemudian dihadapkan lagi dengan tantangan perang antara Ukraina dan Rusia. Dimana, perang kedua negara tersebut menyebabkan krisis energi dan pangan.
"Kita tahu bahwa kita saat ini masih dalam pemulihan dari covid-19, tapi dalam proses pemulihan ini kita sudah mendapat suatu tantangan baru lagi ya, di mana dampak Perang daripada Ukraina yang berdampak kepada krisis energi dan pangan dalam hal ini," kata Sarman kepada Liputan6.com, Kamis (19/10/2023).
Apalagi saat ini ditambah dengan tantangan baru, yakni perang Hamas dan Israel, yang dikhawatirkan mampu menyebabkan krisis energi, pangan, dan bahkan digadang-gadang dapat menekan pertumbuhan ekonomi global.
"Ditambah lagi saat ini sudah terjadi lagi perang antara Israel dan juga Hamas tentu ini juga akan sangat-sangat menekan pertumbuhan ekonomi global, nanti juga mungkin akan berpengaruh pada harga minyak dunia, harga pangan dan segala macam," ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Sarman, Pemerintah Indonesia harus segera mempersiapkan strategi-strategi untuk menghadapi tantangan berbagai konflik global.
"Ini kan perlu kiat-kiat strategi-strategi yang akan ditawarkan nanti kepada masyarakat, dan tentu mau tidak mau akan mempengaruhi perekonomian dunia bahkan juga termasuk perekonomian nasional kita," pungkasnya.
Sinyal Harga BBM Naik Gara-Gara Perang Hamas Palestina vs Israel
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji, khawatir perluasan konflik Palestina vs Israel akan mendorong harga BBM naik.
Mengingat, terganggunya stabilitas politik di kawasan Timur Tengah yang terdapat salah satu negara importir minyak mentah terbesar di dunia. Yakni, Arab Saudi.
"Kalau (Arab Saudi) dia terganggu di sana ya bisa naik (BBM)," kata Tutuka kepada awak media di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, dikutip Selasa (17/10/2023).
Tutuka menerangkan, konflik antara Hamas dipihak Palestina vs Israel berpotensi memberikan gangguan logistik. Sehingga, akna mengerek harga minyak lebih tinggi lagi.
"Masalahnya itu di logistik ya, logistik, dan asuransi kayaknya," tegasnya.
Diakuinya, hingga saat ini dampak perang antara Palestina dan Israel belum begitu signifikan terhadap kenaikan harga minyak mentah dunia. Namun, jika konflik terus meluas maka harga kenaikan harga BBM tidak akan terhindarkan.
"Kalau Iran sudah masuk, Saudi masuk, ya berdampak bisa besar. Tapi emang sekarang naik kan belum banget," ujarnya.
Advertisement
Kenaikan Harga BBM
Untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM, pemerintah tengah putar otak mencari negara alternatif sumber impor minyak mentah. Menyusul, perang antara Hamas dipihak Palestina vs Israel yang berpotensi menganggu stabilitas politik di kawasan Timur Tengah.
"Intinya terbuka mencari sumber minyak dari mana saja," urainya.
Tutuka menerangkan, upaya pemerintah untuk mencari negara importir minyak mentah baru tersebut demi mengamankan pasokan BBM dalam negeri. Mengingat, adanya potensi perluasan perang Israel-Palestina. "Kita buka ya (alternatif impor baru), kalau ada masalah ini kita ambil darimana, tapi pasokan energi harus terpenuhi, energy priority harus terpenuhi dan dapat terjangkau oleh masyarakat," pungkasnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com