Ekonomi China Sudah Mulai Pulih, Tapi Masih Butuh Banyak Stimulus

JP Morgan dan Nomura masing-masing memperkirakan PDB China akan tumbuh sebesar 5,2 persen dan 5,1 persen.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 19 Okt 2023, 16:30 WIB
Seorang wanita berlari di depan kantor pusat Alibaba di Kota Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, Rabu (5/2/2020). Pemerintah Hangzhou memberlakukan pembatasan pergerakan bagi warganya menyusul mewabahnya virus corona. (NOEL CELIS/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - JP Morgan, Citigroup dan Nomura menaikkan perkiraan mereka untuk pertumbuhan ekonomi China tahun ini.

Kenaikan proyeksi itu menyusul data ekonomi China yang optimis, namun menyoroti perlunya lebih banyak stimulus.

Mengutip laman Investing.com, Kamis (19/10/2023) Citigroup kini memperkirakan PDB China akan tumbuh sebesar 5,3 persen di sisa tahun 2023, dari proyeksi 5 persen sebelumnya, sementara JP Morgan dan Nomura memperkirakannya masing-masing sebesar 5,2 persen dan 5,1 persen.

Sementara itu, Goldman Sachs memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China menjadi 5,3 persen dari 5,4 persen, masih lebih tinggi dari target resmi Beijing yaitu pertumbuhan 5 persen tahun ini.

"Seperti bulan Agustus, aktivitas bulanan pada September lebih kuat dari perkiraan. Ini menggembirakan," kata ekonom JP Morgan, yang dipimpin oleh Haibin Zhu.

JP Morgan memperkirakan momentum ekonomi akan bertahan dalam beberapa bulan mendatang.

Namun, lemahnya pertumbuhan PDB nominal China, termasuk dampak inflasi menunjukkan bahwa pendapatan dan prospek laba akan tetap menjadi hambatan dalam pemulihan investasi swasta, menurut JP Morgan.

“Hal ini menunjukkan perlunya meningkatkan stimulus dan reformasi untuk secara tegas menangkis lingkaran deflasi utang,” kata ekonom di Morgan Stanley yang dipimpin oleh Jenny Zheng.

Karena target pertumbuhan 5 persen tampaknya dapat dicapai, ruang kebijakan dapat dihemat untuk tahun depan, unhkap Zheng.

Namun, pertumbuhan kuartal ketiga lebih lambat dibandingkan ekspansi 6,3 persen pada kuartal kedua.

JP Morgan memperkirakan potensi pertumbuhan China akan turun lebih cepat dari perkiraan semula pada tahun 2024 dan 2025 masing-masing pada kisaran 4%-4,5% dan 3,5%-4%.


PDB China Periode Juli-September 2023

Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Presiden China Xi Jinping di Great Hall of The People, Beijing, China, Selasa, 17 Oktober 2023 (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Beijing dalam beberapa pekan terakhir telah meluncurkan serangkaian langkah-langkah, termasuk peningkatan belanja, pekerjaan umum, penurunan suku bunga, pelonggaran properti dan upaya untuk menopang sektor swasta, setelah momentum pertumbuhan di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu menurun.

Seperti diketahui, produk domestik bruto (PDB) China naik lebih cepat dari perkiraan sebesar 4,9 persen pada periode Juli-September 2023 dibandingkan tahun sebelumnya, dan seiring dengan data yang menunjukkan peningkatan konsumsi dan aktivitas industri pada bulan September, menunjukkan adanya pemulihan tentatif berkat terhadap serangkaian langkah kebijakan baru-baru ini.


Ekonomi China Tumbuh 4,9 Persen di Kuartal III 2023

Para pengunjung mengenakan masker saat berjalan di Kota Terlarang, Beijing, China, Jumat (1/5/2020). Kota Terlarang kembali dibuka setelah ditutup lebih dari tiga bulan karena pandemi virus corona COVID-19. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

 China mencatat pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan pada kuartal ketiga 2023. Pertumbuhan ekonomi China menembus 4,9 persen pada kuartal ketiga 2023, menurut rilis dari Biro Statistik Nasional negara itu.

Melansir CNBC International, Rabu (18/10/2023), angka tersebut lebih kuat dari jajak pendapat ekspektasi ekonom terhadap PDB kuartal ketiga sebesar 4,6 persen.

Namun, angka ini lebih kecil dari pertumbuhan 6,3 persen yang tercatat pada kuartal April-Juni dan pertumbuhan 4,5 persen pada kuartal pertama 2023.

Secara kuartalan, perekonomian Tiongkok tumbuh sebesar 1,3 persen di kuartal ketiga, lebih kuat dari ekspektasi para ekonom yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,9 persen. PDB pada kuartal sebelumnya naik 0,8 persen.

Tiongkok juga merilis data bulanan pada hari Rabu, melaporkan pertumbuhan produksi industri sebesar 4,5 persen dan lonjakan penjualan ritel sebesar 5,5 persen pada bulan September dibandingkan tahun sebelumnya – keduanya melampaui ekspektasi pasar.

Selain itu, angka pengangguran China juga turun menjadi 5 persen pada bulan September dari 5,2 persen pada bulan sebelumnya.

Sementara itu, inflasi China cenderung datar pada bulan September, di ambang deflasi, sementara indeks harga produsen mengalami penurunan tahunan yang lambat selama tiga bulan. Ekspor bulan September turun lebih kecil dari perkiraan, meskipun impor turun sedikit lebih buruk dari perkiraan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya