Liputan6.com, Jakarta Isu kesehatan mental kian menjadi perhatian publik sejak beberapa tahun terakhir. Ragam istilah kondisi kesehatan mental pun semakin menjadi familiar di berbagai kalangan masyarakat.
Kesehatan jiwa atau yang sering disebut kesehatan mental adalah kondisi kesejahteraan yang berkaitan dengan psikologis, emosional dan sosial seseorang.
Advertisement
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO 2019) gangguan kesehatan mental tidak hanya berpotensi dialami oleh generasi Z (kelahiran 1997 - 2012).
Secara global, satu dari delapan orang di dunia mengalami masalah kesehatan mental dan hal ini dialami oleh rentang usia dari remaja hingga dewasa.
Mengingat masalah mental adalah hal serius yang dapat dialami siapapun, maka meningkatkan kualitas kesehatan mental menjadi penting untuk dilakukan.
Masyarakat dapat mulai menerapkan tujuh langkah sederhana berikut untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental:
- Melakukan olahraga secara teratur.
- Mengonsumsi makanan sehat.
- Mengatakan hal-hal positif pada diri sendiri dan tuliskan hal-hal yang patut disyukuri.
- Istirahat dan tidur tepat waktu.
- Tentukan prioritas dan fokus terhadap satu hal pada satu waktu.
- Belajar terbuka terhadap orang lain.
- Melakukan deteksi dini dan skrining konseling.
Edukasi gejala kesehatan mental dan pentingnya deteksi dini menjadi penting dilakukan. Pasalnya, diagnosis dan penanganan secara dini oleh ahlinya seperti psikolog atau psikiater, dapat membantu mengatasi permasalahan dengan cepat.
Dengan begitu, masyarakat bisa terhindar dari risiko gangguan kesehatan mental yang serius dan berbahaya.
Kesehatan Mental Sama Pentingnya dengan Kesehatan Fisik
Menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik, kata Medical Manager Halodoc, dr. Monica C. Dewi.
“Gangguan kesehatan mental memiliki gejala-gejala awal yang kita perlu sama-sama sadari dan tindak lanjuti untuk deteksi dini,” ujar Monica mengutip keterangan pers, Kamis (19/10/2023).
Gejala ataupun gangguan kesehatan mental dapat terjadi di berbagai kalangan dengan beberapa faktor, lanjutnya. Misalnya, yang umum dialami seperti perasaan tertekan, cemas hingga tegang yang membuat stres dan menuntut tubuh mereka untuk melakukan penyesuaian.
Ketika gejala tersebut mulai mengganggu produktivitas, maka sebaiknya segera melakukan konsultasi dengan tenaga medis profesional seperti psikolog atau psikiater guna mendapatkan penanganan yang tepat.
“Konsultasi dengan ahli juga diperlukan agar seseorang terhindar dari self-diagnose yang dapat membahayakan diri,” ujar Monica.
Advertisement
Kelompok yang Rentan Alami Masalah Mental
Monica juga menyebutkan beberapa kelompok masyarakat yang rentan mengalami masalah yang berkaitan dengan kesehatan mental, yakni:
Remaja
Rata-rata remaja dapat mengalami stres dan kecemasan berlebih yang dipicu oleh pola asuh orangtua yang keras.
Selain itu, bullying atau perundungan juga menjadi hal yang banyak terjadi pada remaja dan bisa berujung pada masalah mental.
Dewasa Muda
Kelompok dewasa muda dapat mengalami depresi, kecemasan, dan diikuti dengan serangan panik serta sulit tidur.
Gejala-gejala ini cenderung banyak dialami oleh wanita dibandingkan pria. Pemicu masalah mental pada kelompok ini umumnya stres yang muncul karena berbagai masalah seperti karier dan keuangan.
Kelompok Lain yang Rentan Kena Masalah Mental
Kelompok berikutnya yang rentan mengalami masalah kesehatan mental adalah:
Orangtua
Orangtua khususnya para ibu berisiko mengalami postpartum depression dan merasa bingung atau resah mengenai tumbuh kembang anak mereka.
Orangtua juga biasanya dapat mengalami stres karena tuntutan socio-economic.
Advertisement