Pasca Putusan MK, Eks Stafsus KSP Suarakan Kritik atas Politik Dinasti

Dia menilai, sejatinya politik harus selalu memiliki nilai-nilai keteladanan yang berlandaskan pada idealisme dan moralitas tertinggi, dan hal itu merujuk pada nilai-nilai nusantara dan nilai-nilai yang diperjuangkan sejak negara-bangsa ini berdiri.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Okt 2023, 23:05 WIB
Personel Brimob berjaga di depan Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Selasa (25/6/2019). Jelang sidang pembacaan putusan akan digelar pada Kamis (27/6), sekitar 47.000 personel keamanan gabungan akan disiagakan di Ibu Kota DKI Jakarta. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Pasca keluarnya putusan MK yang dinilai kontroversial yang mengabulkan batas usia minimal capres-cawapres menjadi 40 tahun atau berpengalaman sebagai kepala daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, satu-persatu loyalis Jokowi menyatakan pamit dari presiden ketujuh ini.

Salah satu diantaranya dan cukup memiliki pengaruh kuat di kalangan anak muda adalah mantan Staf Khusus Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Dimas Oky Nugroho. Dimas yang juga Ketua Perkumpulan Kader Bangsa ini melalui akun media sosialnya memilih pamit dari Jokowi, paska keluarnya putusan MK tersebut.

Dia menilai, sejatinya politik harus selalu memiliki nilai-nilai keteladanan yang berlandaskan pada idealisme dan moralitas tertinggi, dan hal itu merujuk pada nilai-nilai nusantara dan nilai-nilai yang diperjuangkan sejak negara-bangsa ini berdiri.

"Menurut saya, politik itu ada virtue-nya, apalagi jika merujuk pada idealisme negara-bangsa ini berdiri, bahkan jika merujuk pada kemuliaan nilai-nilai nusantara itu sendiri, kita ini adalah bangsa yang selalu setia pada apa yang disebut sebagai 'the highest virtue', hikmat kebijaksanaan, moralitas tinggi," kata Dimas Oky Nugroho dikutip dari postingan instagram pribadinya @dimas_okynugroho, dikutip Kamis (19/10/2023).

Dimas menegaskan, politik itu bukan hanya semata kekuasaan. Politik adalah keteladanan yang harus diberikan dan dituntunkan kepada seluruh rakyat secara menyeluruh, secara inklusif, kepada anak-anak bangsa, khususnya kepada semua anak muda, tidak hanya kepada 'anak-mantu'.

Pernyataan Dimas ini dikaitkan dengan manuver dinasti politik anak-anak Presiden Jokowi. Mulai dari Kaesang Pangarep yang secara tiba-tiba didaulat menjadi Ketum PSI hingga Gibran Rakabuming Raka yang kini terbuka lebar untuk bisa melanggeng menjadi bacawapres paska keluarnya putusan MK.

"Sehingga ngono-ngono tapi yo ojo ngono rek, jangan receh, tidak aji mumpung, tidak menghalalkan segala cara, tidak mentang-mentang, tidak mengada-ada, tidak akal-akalan, senantiasa jujur dan ksatria," tulis Dimas.


Sosok Dikenal Erat dalam Perjalanan Politik Jokowi

Dimas selama ini dikenal sebagai sosok yang cukup erat dalam perjalanan politik Joko Widodo. Saat Pilgub DKI Jakarta 2012, Dimas ikut memimpin Jokowi Centre dan bersama jaringan Kader Bangsa se-Indonesia, Dimas adalah pendukung awal Jokowi yang saat itu menjadi Gubernur DKI untuk maju sebagai capres 2014.

Pada 2016, sebagai tokoh anak muda, Dimas maju dalam Pilwali Kota Depok dan dikalahkan oleh pasangan Mohammad Idris dan Pradi Supriatna. Pada 2017 Dimas menjabat Staf Khusus KSP dan pernah pula menjadi Komisaris Independen Bank Syariah Mandiri.

Dalam pernyataannya di Sosmednya, Dimas yang juga dikenal sebagai aktivis demokrasi dan masyarakat sipil ini memberikan isyarat yang diduga dikirim untuk Jokowi agar selalu waspada dan bijaksana. Sebagai penutup, ia juga tak lupa mendoakan kebaikan untuk Jokowi.

"Sejarah memang selalu berulang, manusia sayangnya suka lupa, mungkin karena silaunya kekuasaan, tergoda sanjungan, dan terjebak kebesaran, yang ternyata fana. I think 'the romance' is over (saya rasa romansa telah berakhir), saya mohon ijin #pamit Pak @jokowi, diawali dengan baik semoga insya Allah diakhiri pula dengan baik," tutup Dimas.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya