Sempat Kritik UEA Sebagai Tuan Rumah, Paus Fransiskus Dikabarkan Bakal Datang ke Konferensi Iklim COP28

Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik, telah menerima Sekretaris Jenderal Dewan Sesepuh Muslim, Mohamed Abdel Salam, di Roma, pada Rabu, 18 Oktober 2023, untuk mempelajari persiapan yang sedang berlangsung di Paviliun Iman di COP28.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 20 Okt 2023, 14:00 WIB
Paus Fransiskus menyampaikan pesan saat memimpin Misa Malam Paskah di Basilika Santo Petrus, Vatikan, Sabtu (11/4/2020). Paus mengatakan bahwa ketakutan orang-orang saat ini sama seperti ketakutan para pengikut Yesus sehari usai diri-Nya disalibkan. (Remo Casilli/Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Paus Fransiskus kemungkinan akan menghadiri konferensi iklim COP28 di Dubai. Konferensi iklim COP28 dijadwalkan berlangsung pada 30 November hingga 12 Desember 2023. Kehadiran Paus Fransiskus akan menandai pertama kalinya seorang pemimpin umat katolik menghadiri konferensi perubahan iklim PBB sejak dimulainya pada 1995.

Mengutip dari laman WAM Emirates, Jumat (20/10/2023), sebelumnya Paus Fransiskus telah menerima Sekretaris Jenderal Dewan Sesepuh Muslim, Mohamed Abdel Salam, di Roma, pada Rabu, 18 Oktober 2023. Mereka bertemu untuk mempelajari persiapan yang sedang berlangsung di Paviliun Iman di COP28 yang akan diselenggarakan oleh Dewan, bekerja sama dengan Kepresidenan COP28 dan Program Lingkungan PBB pada Konferensi Perubahan Iklim PBB 2023.

Paviliun ini bertujuan untuk menjadi platform global untuk berdialog antara para pemimpin berbagai agama dan ikon mereka, serta untuk melibatkan mereka dalam upaya mengatasi perubahan iklim. Dalam konteks yang sama, Sekjen bertemu dengan Pietro Parolin, Kardinal Sekretaris Negara Kota Vatikan, dan Kardinal Miguel Ayuso Guixot. 

Pertemuan tersebut membahas perkembangan terkini mengenai KTT global para pemimpin agama, Confluence of Conscience, yang akan berlangsung pada 6--7 November 2023 di Abu Dhabi bekerja sama dengan Presidensi COP28. Pentingnya pesan yang akan disampaikan pada KTT COP28 juga dibahas.

Mengutip dari laman Independent, pada awal Oktober 2023, Paus Fansiskus sempat menyebut ‘konflik kepentingan’ UEA sebagai tuan rumah Cop28 dalam pernyataan terkuatnya mengenai krisis iklim. Paus menekankan perlunya perubahan luas dalam gaya hidup tidak bertanggung jawab yang dikaitkan dengan model Barat.


Seruan Tegas Paus Fransiskus terhadap Perubahan Iklim

Paus Fransiskus melambaikan tangan saat memimpin Doa Angelus dari jendela studionya yang menghadap Lapangan Santo Petrus di Vatikan, Minggu (1/3/2020). Pemimpin umat Katolik itu untuk pertama kalinya tampil di muka publik dalam empat hari terakhir setelah tak enak badan. (Filippo MONTEFORTE/AFP)

Dalam dokumen baru bertajuk "Laudate Deum" atau "Puji Tuhan" pada Rabu, 4 Oktober 2023, Paus mengeluarkan seruan tegas terkait tindakan iklim dan mempertanyakan posisi UEA sebagai tuan rumah KTT iklim. Padahal, negara itu adalah "pengekspor bahan bakar fosil yang besar".

Paus Fransiskus menulis "walaupun UEA telah melakukan investasi yang signifikan pada sumber energi terbarukan", negara ini "dikenal sebagai pengekspor bahan bakar fosil yang besar". Dia pun menyatakan kekhawatirannya bahwa "perusahaan gas dan minyak sedang merencanakan proyek baru di sana, dengan tujuan untuk lebih meningkatkan produksi mereka".

Mengutip dari laman Global Liputan6.com, Jumat (20/10/2023), Paus Fransiskus sempat mengatakan bahwa negara-negara kaya harus melakukan perubahan besar untuk mengatasi krisis iklim. Paus membela para pengunjuk rasa iklim dan mendesak pemerintah menjadikan KTT Perubahan Iklim Cop28 yang akan datang sebagai titik balik. 

Pemimpin umat Katolik itu menyerukan percepatan transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Tetapi, Paus Fransiskus memperingatkan supaya tidak bergantung pada teknologi baru seperti penangkapan dan penyimpanan karbon.


Pernyataan Paus Melalui Nasihat Kepausan

Paus Fransiskus berdoa ketika memimpin misa Malam Natal di Basilika Santo Petrus, Vatikan, Selasa (24/12/2019). Paus Fransiskus memimpin Natal bagi 1,3 miliar umat Katolik dunia. (AP Photo/Alessandra Tarantino)

Surat amanat Paus yang sebelumnya, "Laudato Si", diterbitkan pada 2015, tidak lama sebelum KTT Perubahan Iklim Cop21 yang bersejarah di mana Perjanjian Paris ditandatangani. Paus Fransiskus sangat menaruh perhatian terhadap iklim, di mana dia telah berulang kali memperingatkan "darurat iklim". 

Paus Fransiskus mengharapkan agar KTT COP28, yang akan diadakan di Dubai, melampaui mentalitas yang terlihat prihatin tetapi tidak memiliki keberanian yang diperlukan untuk menghasilkan perubahan besar. Dia ikut menunjuk pada peran kunci dari tuan rumah Cop28, Uni Emirat Arab (UEA).

Ia menekankan bahwa negara itu adalah produsen dan eksportir besar minyak, tempat perusahaan-perusahaan minyak dan gas di sana sedang merencanakan proyek baru yang bertujuan lebih meningkatkan produksi.

"Mengatakan bahwa tidak ada harapan sama sekali adalah tindakan bunuh diri karena hal ini berarti membuat seluruh umat manusia, terutama kelompok termiskin, terkena dampak terburuk dari perubahan iklim," sebut Paus Fransiskus.


Percepatan Transisi Energi

Seorang ajudan melepas topi tengkorak Paus Fransiskus selama Misa Malam Natal, di Basilika Santo Petrus, di Vatikan, Jumat (24/12/2021). Di acara tersebut, Paus Fransiskus mengatakan meskipun ada kebangkitan kasus COVID-19 yang telah mendorong mandat vaksin baru untuk karyawan Vatikan. (AP Photo/Ale

"Kita tetap berharap bahwa COP28 akan memungkinkan percepatan transisi energi yang menentukan. Konferensi ini dapat mewakili perubahan arah, menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan sejak 1992 sebenarnya serius dan layak untuk dilakukan, jika tidak maka akan menjadi kekecewaan besar dan membahayakan kebaikan apapun yang telah dicapai sejauh ini," kata Paus.

Paus Fransiskus tidak menyerukan penghentian penggunaan bahan bakar fosil seperti yang dilakukan beberapa negara. Ia menyerukan perluasan energi terbarukan. Dia memuji teknologi yang dapat membantu mengurangi emisi, tapi memperingatkan supaya tidak terlalu bergantung pada perbaikan teknis.

"Beberapa intervensi dan kemajuan teknologi yang memungkinkan penyerapan atau penangkapan emisi gas terbukti menjanjikan," tulisnya.

Paus melanjut bahwa dunia berisiko terjebak dalam pola pikir menambal retakan, padahal sebenarnya kerusakan terus terjadi dan hal ini terus kita kontribusikan. "Menganggap bahwa semua masalah di masa depan dapat diselesaikan dengan intervensi teknis baru adalah sebuah bentuk pragmatisme yang mematikan, seperti mendorong bola salju ke bawah."

Infografis Journal  15 Negara yang Paling Rentan pada Perubahan Iklim. (Liputan6.com/Trie Yasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya