Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah kamu berpikir mengapa setiap jatuh cinta, jantungmu berdebar kencang, telapak tangan berkeringat, dan pikiran tidak karuan? Hal itu terjadi karena cinta merupakan perasaan yang kuat dan seringkali sedikit berbeda, tergantung pada apa yang diberikan atau yang kamu terima dari orang yang kamu cintai.
Misalnya, cinta seorang ibu seringkali bersifat protektif. Begitu juga dengan cinta romantis yang pada akhirnya juga akan menjadi protektif ketika perasaan sayang mulai menghampiri dan saling mempelajari kelemahan satu sama lain. Mungkin kamu juga pernah merasa cemburu pada pasanganmu karena ia mengantarkan temannya yang searah dengan rumahnya, itu disebabkan adanya rasa memiliki dalam hubunganmu.
Advertisement
Jatuh cinta mungkin bisa menjadi pengalaman yang mendebarkan dan emosional, tetapi sebenarnya apa yang terjadi di otak kamu ketika kamu mulai jatuh cinta? Tiba-tiba, logika dan rasionalitas seolah melayang dan kamu dihadapkan pada pikiran romantis yang langsung muncul, layaknya film romantis tahun 90-an.
Cinta itu juga ternyata bersifat kimiawi. Perubahan kompleks di otak manusia itulah yang mampu menjelaskan mengapa manusia merasakan kombinasi kerinduan, hasrat, dan kegembiraan yang luar biasa. Meskipun, mungkin terasa seperti pengalaman misterius atau bahkan mistis, para ilmuwan telah membuat penemuan penting terkait apa yang terjadi pada tingkat neurologis ketika seseorang jatuh cinta pada orang lain. Lantas, apa yang terjadi pada otak manusia ketika jatuh cinta? Berikut ulasannya, seperti yang dilansir dari halaman Verywell Mind pada Selasa (24/10/23).
Wilayah Otak yang Terlibat dalam Cinta
Adanya kemajuan teknologi, para ilmuwan kini memiliki gambaran yang lebih jelas tentang apa yang terjadi di otak ketika seseorang merasakan cinta. Sebagai permulaan, cinta bukanlah emosi tunggal. Itu terdiri dari banyak elemen dan emosi yang berbeda, termasuk ketertarikan fisik, romansa, dan kasih sayang. Lantas, apa sebenarnya cinta itu?
Mungkin tidak mengherankan lagi, sebenarnya ada banyak sekali teori yang berbeda tentang apa yang dimaksud dengan cinta, tetapi salah satu teori yang populer menunjukkan bahwa cinta itu melibatkan nafsu dan daya tarik. Menurut peneliti, setiap elemen melibatkan sistem berbeda di otak manusia.
Menurut Heidi Moawad, MD., editor asosiasi neurologi dan asisten profesor klinis di Case Western Reserve University mengatakan bahwa setiap dorongan yang ada akan dimediasi oleh wilayah otak yang berbeda sehingga lobus frontal terlibat dalam aspek prososial cinta romantis dan area tegmental ventral terlibat dalam perasaan ketertarikan dan mendapatkan umpan balik positif dari seseorang yang membuat kamu tertarik.
Advertisement
Wilayah Otak yang Terlibat dalam Nafsu dan Gairah
Perasaan nafsu bermula dari hipotalamus otak. Struktur kecil seukuran almond ini, terletak tepat di atas batang otak dan terhubungan dengan kebutuhan dan keinginan dasar, seperti haus dan lapas. Selain itu, daerah otak ini juga mengontrol proses internal otomatis, seperti suhu tubuh, tekanan darah, dan siklus tidur.
Hipotalamus otak ini merupakan salah satu bagian otak kamu yang membantu mengatur gairah seks kamu. Ini memicu pelepasan hormon yang meningkatkan hasrat seksual. Ketika wilayah hipotalamus di otak menyala, wajar bila kamu merasakan gairah yang kuat dan menjadi ciri khas beberapa bulan pertama percintaanmu.
Wilayah Otak yang Terlibat dalam Ketertarikan dan Romansa
Ketika kamu jatuh cinta dan memiliki ketertarikan pada pasanganmu, pada saat itulah area spesifik di otak kamu sedang memainkan perannya, yaitu tegmental ventral dan nukleus accumbens. Kedua area otak tersebut memainkan peranan penting dalam sistem penghargaan otak.
Sistem ini akan menghasilkan dopamin dan neurotransmitter yang menghasilkan perasaan euforia dan kesenangan. Itu sebabnya tahap awal cinta bisa terasa begitu mendebarkan dan terkadang membuat ketagihan. Wajar saja bila kamu merasa tidak bisa berhenti memikirkan orang lain dan ingin selalu bersamanya.
Efek Jangka Panjang Antara Otak dan Hubungan Asmara
Perubahan neurologis di otak ketika kamu jatuh cinta bukan hanya efek sementara. Mengalami cinta dapat mempunyai efek jangka panjang yang kuat pada otak. Perubahan kimiawi yang kamu alami saat jatuh cinta dapat meningkatkan ikatan an perubahan tersebut dapat membantu membuat otak lebih selaras dengan orang yang paling berarti bagi kamu.
Ketika jatuh cinta, kamu mungkin juga akan mengalami pergeseran jalur saraf otak, memperbaiki beberapa koneksi dan memperkuat koneksi lainnya. Perubahan seperti ini dapat lebih menghubungkan kamu dengan kebutuhan orang-orang yang kamu kasihi dan meningkatkan kemampuan kamu untuk berhubungan dengan pasanganmu di tahun yang mendatang.
Selain itu, pergeseran dalam sistem penghargaan otak berarti bahwa hubungan kamu dengan orang yang kamu cintai membawa motivasi dan kesenangan dalam hidupmu. Hal ini dapat membantu kamu merasa lebih puas dalam hubungan jangka panjang. Tidak hanya itu, jatuh cinta juga dikaitkan dengan peningkatan fungsi kognitif tertentu, seperti memori dan membantu mengatasi stres dalam menghadapi tantangan hidup.
Advertisement