Terus Melemah, Rupiah Kian Dekati 16.000 per Dolar AS

Untuk menahan laju pelemahan mata uang rupiah, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dinilai harus bahu-membahu melakukan pencegahan dengan melakukan strategi bauran ekonomi lebih banyak lagi agar bisa menahan gelombang eksternal yang luar biasa.

oleh Arthur Gideon diperbarui 20 Okt 2023, 18:30 WIB
Pada penutupan perdagangan Jumat (20/10/2023), nilai tukar rupiah melemah sebesar 58 poin atau 0,36 persen menjadi 15.873 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar 15.815 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta -  Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Seirkat (AS) kembali melemah pada perdagangan hari ini. Pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh faktor eksternal. Bank Indonesia (BI) dan pemerintah harus mengeluarkan kebijakan untuk menahan pelemahan rupiah lebih dalam lagi.

Pada penutupan perdagangan Jumat (20/10/2023), nilai tukar rupiah melemah sebesar 58 poin atau 0,36 persen menjadi 15.873 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar 15.815 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah saat ini relatif lebih baik dibandingkan mata uang sejumlah negara lain di kawasan Asia dan global.

“Namun, bagi masyarakat pelemahan mata uang Rupiah yang terus menerus akan berdampak terhadap kenaikan harga-harga, salah satunya harga komoditas dan akan berpengaruh terhadap menurunnya daya beli sehingga konsumsi masyarakat akan menurun,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jakarta, Jumat.

Untuk menahan laju pelemahan mata uang rupiah, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dinilai harus bahu-membahu melakukan pencegahan dengan melakukan strategi bauran ekonomi lebih banyak lagi agar bisa menahan gelombang eksternal yang luar biasa.

Pengaruh eksternal tersebut berasal dari kekhawatiran pasar terhadap perang Palestina melawan Israel, sehingga membuat sebagian besar pedagang mewaspadai aset-aset berisiko, terutama di tengah potensi penyebaran konflik yang lebih besar di kawasan Timur Tengah. Perang antara Rusia dengan Ukraina juga melengkapi kekhawatiran pasar.

“Tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, BI akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah, agar sejalan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian imported inflation,” kata Ibrahim.

 


Intervensi Pasar

Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di samping intervensi di pasar valuta asing (valas), BI disebut akan mempercepat upaya pendalaman pasar uang rupiah dan pasar valas. Hal ini termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan penerbitan instrumen-instrumen lain untuk meningkatkan mekanisme pasar.

Selain itu, BI bakal hendak meningkatkan dan memperluas koordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan dunia usaha dalam implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA).

Menurut Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra, rupiah melemah terhadap dolar AS karena indikasi kebijakan suku bunga tinggi Bank Sentral AS.

“Semalam, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell memberikan sinyal bahwa kebijakan suku bunga tinggi masih diperlukan untuk menurunkan inflasi AS ke level 2 persen. Tapi, Powell juga memberikan indikasi bahwa The Fed tidak terburu-buru menaikkan suku bunga acuan lagi karena tingkat imbal hasil obligasi yang tinggi di AS sudah membantu meredam inflasi,” ucapnya.

Infografis Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Trie Yas)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya