Liputan6.com, Jakarta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa sumber suhu panas yang terjadi sejak awal Mei disebabkan oleh fenomena El Nino.
Akibatnya, potensi kemarau panjang di tahun 2023 semakin tinggi. Kemarau panjang diperkirakan akan menyebabkan kekeringan di sebagian besar wilayah Indonesia. Dampak terbesar dari kemarau panjang adalah terjadinya penurunan produksi pangan dan krisis pasokan air bersih.
Advertisement
Masyarakat lokal yang tinggal di wilayah paling terdampak harus beradaptasi dengan fenomena tersebut dengan sangat sedikit pilihan yang mampu diambil.
Sektor pertanian di Indonesia sangat rentan terhadap perubahan iklim. Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat yang rawan kekeringan, merupakan provinsi yang paling berisiko mengalami kerawanan pangan menurut data USAID pada 2022.
Terkait masalah ini, Koalisi Pangan BAIK telah mengkaji persepsi masyarakat terkait dampak perubahan iklim di Kabupaten Flores Timur. Dengan lokasi pengambilan sampel data meliputi Desa Kawalelo, Desa Aransina, Desa Hewa, dan Desa Hokeng Jaya.
Hasilnya, pertanian jadi tidak optimal dalam kondisi seperti ini. Curah hujan yang tidak bisa diprediksi berdampak pada ketersediaan air untuk kegiatan pertanian.
Masyarakat merasakan musim kemarau yang berkepanjangan berdampak pada kekeringan lahan budidaya pertanian. Hal ini menyebabkan sering terjadinya gagal panen. Di samping itu, beberapa tahun terakhir terjadi intensitas hujan yang tinggi sehingga menyebabkan banjir.
Keragaman Pangan Indonesia
Sebetulnya, Indonesia memiliki tingkat keragaman pangan yang sangat tinggi. Terkait keanekaragaman hayati, data dari Badan Pangan Nasional 2023 menunjukan bahwa Indonesia memiliki:
- Sebanyak 77 jenis tanaman pangan sumber karbohidrat.
- Sebanyak 75 jenis sumber protein.
- Sebanyak 26 jenis kacang-kacangan.
- Sebanyak 389 jenis buah-buahan.
- Sebanyak 228 jenis sayuran.
- Sebanyak 110 jenis rempah dan bumbu.
- Sebanyak 40 jenis bahan minuman.
Indonesia adalah rumah bagi 50 hingga 70 juta masyarakat adat, sekitar 18 hingga 25 persen dari total populasi (IWGIA, n.d). Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki keberagaman sumber daya alam yang berlimpah dengan masyarakat yang multikultur. Hal tersebut mendorong terbentuknya keberagaman pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat Indonesia.
Namun, tantangan krisis multidimensi memberikan pengaruh besar pada pengetahuan asli dan lokal yang telah dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
Hal tersebut ditandai dengan adanya interupsi terhadap pengetahuan lokal masyarakat saat bersentuhan dengan keadaan krisis, termasuk pada sektor pangan.
Advertisement
Tingkatkan Ketahanan Masyarakat Melalui Sumber Daya Lokal
Melihat masalah tersebut, salah satu Local Champion Koalisi Pangan Baik Maria Mone Soge menyampaikan, peningkatan ketahanan masyarakat melalui sumber daya lokal menjadi sangat penting.
Pangan lokal dapat membantu masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim dengan meningkatkan ketahanan pangan dan kemandirian komunitas.
Dalam situasi krisis seperti bencana alam atau perubahan cuaca yang ekstrem, memiliki akses terhadap pangan lokal yang beragam dapat menjadi pertahanan dalam menjaga ketersediaan pangan masyarakat.
“Pangan lokal mampu tumbuh dan beradaptasi dengan kondisi iklim dan lingkungan setempat. Keanekaragaman hayati yang telah beradaptasi dengan iklim lokal biasanya lebih tahan terhadap perubahan iklim,” kata Maria dalam keterangan pers, Sabtu (21/10/2023).
“Dengan mempertahankan produksi pangan lokal, komunitas dapat mengurangi ketergantungan pada pangan impor dan mempertahankan akses terhadap sumber daya pangan dalam menghadapi perubahan iklim yang tidak pasti” tambahnya.
Memperkuat Ketahanan Pangan Masyarakat
Senada dengan Maria, Manajer Program Ekosistem Pertanian Yayasan KEHATI, Puji Sumedi setuju bahwa menanam berbagai pangan lokal bisa membantu masyarakat melewati krisis iklim dan tantangan pertanian.
“Pentingnya menjaga keanekaragaman hayati dan biodiversitas lingkungan menggambarkan bahwa ketahanan pangan masyarakat menjadi lebih kuat ketika tersedia beragam pangan lokal,” kata Puji.
Artinya, ketika gagal panen terjadi pada satu jenis tanaman tertentu akibat perubahan iklim atau bencana lainnya, masih ada beberapa jenis lain yang bisa menjadi cadangan pangan untuk dikonsumsi.
Advertisement