Liputan6.com, Jakarta Kebijakan Bank Indonesia yang kembali menaikkan suku bunga acuan menjadi 6 persen bakal berdampak terhadap sektor saham infrastruktur. Lantas, bagaimana saham emiten sektor tersebut?
Analis Pasar Modal Lanjar Nafi menyampaikan, situasi sulit harus dihadapi oleh emiten-emiten sektor infrastruktur di tengah era suku bunga acuan tinggi.
Advertisement
Sebab, emiten tersebut butuh pendanaan untuk berbagai proyek yang digarapnya, salah satunya melalui pinjaman perbankan.
"Apabila suku bunga acuan tinggi, maka biaya untuk membayar bunga pinjaman juga menjadi lebih besar," ujar dia, Sabtu (21/10/2023).
Untuk saat ini, Lanjar menilai, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi salah satu emiten infrastruktur yang masih bisa mempertahankan bisnisnya di tengah kenaikan suku bunga acuan.
Namun, perlu diingat bahwa saham BREN sudah overvalue karena harganya terus-menerus naik sejak Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Di samping itu, investor juga harus memperhatikan masa depan suku bunga acuan Indonesia. "Jika ada indikasi pemangkasan suku bunga akan dilakukan Bank Indonesia baru boleh mulai cermati sektor infrastruktur," ungkap Lanjar.
Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Desmond Wira mengatakan, prospek saham infrastruktur hingga akhir 2023 kurang menarik. Akan tetapi, terdapat beberapa saham tertentu saja yang berpotensi naik sangat tinggi.
Di samping itu, ia menjelaskan, emiten BREN menyumbang kenaikan terbesar di sektor saham infrastruktur saat terjadi penguatan terbesar pada sektor tersebut.
Meski demikian, ia tidak menyarankan investor untuk masuk ke saham infrastruktur. Ini mengingat valuasi sahamnya sudah terlalu tinggi. "Valuasi sudah terlalu tinggi, tidak disarankan," kata Desmond.