Liputan6.com, Jakarta - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengungkap bahwa persentase anak-anak yang terkena obesitas meningkat tiga kali lipat sejak tahun 1970-an.
Ada dua penjelasan sederhana mengenai peningkatan obesitas pada masa kanak-kanak yakni terlalu banyak kalori dan terlalu sedikit aktivitas fisik.
Advertisement
Ada beberapa alasan yang membuat anak mengalami obesitas dan sulit menurunkan berat badan, yakni:
- Kebiasaan makan keluarga.
- Pola makan tinggi kalori dan tinggi lemak.
- Ukuran porsi makan besar.
- Sering makan makanan cepat saji dan makanan ringan.
- Makan makanan olahan (seperti makanan yang dipanggang, makanan microwave, dan pizza).
- Minum soda dan minuman manis.
- Gaya hidup yang tidak banyak bergerak (seperti menonton TV dan bermain video game).
- Stres keluarga atau pribadi.
- Kebosanan.
Anak yang mengalami obesitas dan berat badannya tak kunjung turun dapat membuat orangtua frustrasi. Hal ini juga mengkhawatirkan mengingat obesitas dapat meningkatkan risiko kesehatan pada anak. Seperti peningkatan risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan asma.
Menurunkan Berat Badan Anak Tak Semudah yang Dibayangkan
Melansir Verywell Health, secara teori, menurunkan berat badan seharusnya mudah. Cukup dengan atur pola makan dan lebih banyak berolahraga.
Namun, seperti yang diketahui para orangtua, hal itu lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Bagi anak-anak, tantangannya seringkali lebih besar karena mereka kurang memiliki pengendalian diri dan lebih banyak godaan dari lingkungan seperti teman sekolah.
Alasan Gagalnya Upaya Menurunkan Berat Badan Anak
Orangtua juga kerap menemui kegagalan dalam upaya menurunkan berat badan anak. Hal itu dapat dipicu beberapa alasan seperti:
Harapan yang Tidak Realistis
Menetapkan target penurunan berat badan yang tidak realistis adalah masalah umum.
Daripada menurunkan berat badan, tujuan pertama yang dapat menjadi fokus adalah berhenti menambah berat badan.
Jika anak mencapai tujuan tersebut setelah beberapa bulan, orangtua dapat mengubah pola makan dan tingkat aktivitasnya untuk mulai menurunkan berat badan.
Advertisement
Mencoba Terlalu Banyak Upaya dalam Waktu Terlalu Cepat
Orang dewasa seringkali menyerah pada diet atau pengaturan pola makan karena mereka melakukan terlalu banyak upaya dalam waktu yang terlalu cepat.
Anak-anak akan melakukan hal yang sama jika orangtua memaksakan perubahan agresif dalam kebiasaan makan dan olahraga mereka.
Masalah dapat berkembang jika orangtua tiba-tiba menerapkan diet ketat pada anak. Misalnya langsung beralih dari susu utuh ke susu skim, tidak lagi mengonsumsi minuman bersoda dan jus buah, dan tidak mengizinkan makanan cepat saji apa pun di dalam rumah.
Pada saat yang sama, orangtua mendaftarkan anak mereka untuk mengikuti olahraga atau pelatihan pribadi karena anak tersebut menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain video game.
“Perubahan ekstrem seperti ini hanya akan membuat anak gagal menurunkan berat badan. Pendekatan yang lebih baik adalah fokus pada perubahan bertahap dengan tujuan jangka panjang yang jelas,” mengutip Verywell Health Jumat (20/10/2023).
Tidak Meningkatkan Aktivitas Fisik
Kegagalan penurunan berat badan anak juga dapat terjadi karena tidak meningkatnya aktivitas fisik.
Tingkat latihan fisik tidak boleh stagnan. Membiarkan anak melakukan aktivitas yang sama setiap minggunya tidak akan membawa hasil apa pun.
“Mulailah ajak anak melakukan olahraga 15 hingga 20 menit per hari dan secara bertahap tingkatkan intensitas dan durasinya setiap minggu.”
Pada waktunya, anak harus melakukan setidaknya satu jam aktivitas aerobik intensitas sedang setiap hari dan aktivitas fisik dengan intensitas lebih kuat setidaknya tiga kali seminggu.
Advertisement