Uni Eropa Sindir Halus Israel: Ada Aturan Internasional Saat Membela Diri

Uni Eropa memberikan kritikan halus kepada Israel di tengah perang negara itu melawan Hamas.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 22 Okt 2023, 09:00 WIB
Perang Hamas-Israel pecah pada akhir pekan lalu. Serangan Hamas dilakukan secara tidak terduga. (MAHMUD HAMS/AFP)

Liputan6.com, Kairo - Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, memberikan sindiran halus kepada Israel bahwa ada aturan internasional yang diikuti dalam konflik. Membela diri dari serangan musuh juga tidak boleh melanggar hukum-hukum internasional.

Dewan Eropa merupakan bagian dari Uni Eropa. Presiden Michel membahas isu bela diri tersebut di tengah perang Hamas-Israel yang mana Israel mengaku menyerang Hamas sebagai bentuk bela dari.

"Kami menegaskan pentingnya melindungi warga sipil dan melindungi infrastruktur sipil, selalu dan dimanapun sepanjang waktu," ujar Michel pada Cairo Peace Summit di Mesir, dilansir Anadolu, Minggu (22/10/2023).

"Kami menegaskan hak Israel untuk membela diri," Presiden Michel menambahkan.

Ia juga berkata: "Hak tersebut untuk mempertahankan diri sesuai hukum internasional dan dengan hukum kemanusiaan internasional."

Masalah bantuan kemanusiaan juga Presiden Michel sorot karena Israel melakukan blokade penuh di Gaza setelah perang dimulai. Presiden Michel juga menyindir blokade tersebut.

Aksi blokade Israel membuat bantuan logistik tidak bisa masuk ke Jalur Gaza.

"Saya akan katakan sekarang bahwa pengepuhan penuh melanggar hukum internasional," tegas Presiden Dewan Eropa.

Selain itu, Presiden Dewan Eropa berharap agar solusi dua negara bisa segera tercapai, dan supaya konflik Israel-Palestina tidak meluas di kawasan.

Sebelumnya, Wakil Presiden Komisi Eropa Josep Borrell Fontelles juga telah menghubungi pemerintah Iran agar memastikan konflik yang terjadi di Gaza tidak meluas.

Perang dimulai sejak serangan Hamas ke Isrel pada 7 Oktober 2023. Pihak Hamas berkata serangan ini merupakan balasan atas insiden kerusuhan di Masjid Al-Aqsa dan kekerasan dari pemukim Israel.

Setidaknya 4.385 orang Palestina, termasuk 1.756 anak, telah terbunuh karena serangan Israel di Gaza. Sementara, 1.400 Israel tewas.


Perbatasan Mesir dan Gaza Dibuka, Hanya 20 Truk Bantuan yang Diizinkan Masuk

Warga Palestina yang terluka duduk di Rumah Sakit Shifa di Kota Gaza, Jalur Gaza tengah, setelah tiba dari Rumah Sakit al-Ahli menyusul ledakan di sana, Selasa, 17 Oktober 2023. (AP Photo/Abed Khaled)

Sebelumnya dilaporkan, perbatasan antara Mesir dan Gaza dibuka pada Sabtu (21/10), untuk pertama kalinya mengalirkan bantuan yang sangat dibutuhkan ke wilayah Palestina yang diblokade total pasca serangan kelompok Hamas ke Israel Sabtu 7 Oktober 2023.

Hanya 20 truk yang diizinkan masuk, jumlah yang menurut para pekerja kemanusiaan tidak cukup untuk mengatasi krisis kemanusiaan. Dilaporkan terdapat lebih dari 200 truk yang membawa 3.000 ton bantuan telah menunggu di dekat pintu perbatasan selama berhari-hari.

Sebanyak 2,3 juta warga Palestina di Gaza, setengah dari mereka telah meninggalkan rumah, menjatah makan dan mengonsumsi air kotor. Rumah sakit kehabisan pasokan medis dan bahan bakar untuk generator darurat di tengah pemadaman listrik di seluruh wilayah.

Bahkan, lima rumah sakit terpaksa berhenti berfungsi karena kekurangan bahan bakar dan kerusakan akibat bom. Demikian seperti dilansir AP, Minggu (22/10).

Israel masih melancarkan gelombang serangan udara di Gaza, sementara militan Palestina menembakkan roket ke Israel.

Pembukaan perbatasan Rafah dilakukan setelah lebih dari sepekan diplomasi tingkat tinggi, termasuk kunjungan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres ke wilayah tersebut. Israel bersikukuh tidak ada yang akan memasuki Gaza sampai Hamas membebaskan semua tawanan yang disanderanya di kota-kota di Israel selatan pada 7 Oktober.

Pada Jumat (20/10) malam, Hamas membebaskan tawanan pertamanya – seorang wanita AS dan putri remajanya. Belum jelas apakah ada hubungan antara pembebasan tersebut dan pengiriman bantuan. Israel mengatakan Hamas masih menyandera sedikitnya 210 orang.


Butuh Lebih Banyak Bantuan

Pengunjuk rasa menentang keras perbuatan Israel yang membombardir sebuah Rumah Sakit di Palestina hingga menelan korban hingga ratusan jiwa. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sabtu pagi, seorang reporter AP melihat 20 truk menuju utara dari Rafah ke Deir al-Balah, sebuah kota pertanian yang tenang di mana banyak pengungsi dari utara Gaza mencari perlindungan. Ratusan pemegang paspor asing di Rafah yang berharap bisa melarikan diri dari konflik tidak diizinkan keluar.

Truk-truk bantuan gelombang pertama disebutkan memasuki Gaza dengan membawa 44.000 botol air minum – cukup untuk 22.000 orang dalam satu hari.

"Air yang terbatas ini akan menyelamatkan nyawa, namun kebutuhannya mendesak dan sangat besar," kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell.

Organisasi Kesehatan Dunia mengungkapkan bahwa empat truk membawa pasokan medis, termasuk obat trauma dan tas trauma portabel untuk petugas pertolongan pertama.

"Situasinya sangat buruk di Gaza" kata kepala Program Pangan Dunia PBB (WFO), Cindy McCain.

"Kami membutuhkan lebih banyak truk dan aliran bantuan yang berkelanjutan," katanya, seraya menambahkan bahwa sekitar 400 truk memasuki Gaza setiap hari sebelum perang.

Pemerintahan Hamas di Gaza menyerukan koridor aman yang beroperasi sepanjang waktu.


Bahan Bakar Tidak Diizinkan Masuk

Lebih dari 4.200 orang telah mengungsi dari desa-desa di Lebanon selatan akibat bentrokan di perbatasan dengan Israel. (AP Photo/Hassan Ammar)

Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengklaim bahwa situasi kemanusiaan di Gaza terkendali. Dia mengatakan bahwa bantuan itu hanya akan disalurkan ke Gaza selatan, di mana Israel memerintahkan warga utara Gaza untuk pindah ke sana. Dia menekankan bahwa tidak ada bahan bakar yang akan diizinkan masuk.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengimbau semua pihak tetap membuka perlintasan untuk pengiriman bantuan penting dan memperingatkan Hamas untuk tidak mengambil bantuan tersebut.

"Warga sipil Palestina tidak bertanggung jawab atas terorisme mengerikan yang dilakukan Hamas dan mereka tidak boleh dibuat menderita karena tindakan bejatnya," kata Blinken. "Seperti yang dinyatakan oleh Presiden Joe Biden, jika Hamas mencuri atau mengalihkan bantuan ini, mereka sekali lagi menunjukkan bahwa mereka tidak memedulikan kesejahteraan rakyat Palestina."

Guterres menyuarakan keprihatinan internasional yang semakin besar terhadap warga sipil di Gaza. Dia menuturkan bahwa "serangan tercela" Hamas terhadap Israel tidak akan pernah bisa membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina.”

Dua pejabat Mesir dan seorang diplomat Eropa menuturkan negosiasi ekstensif dengan Israel dan PBB untuk mengizinkan pengiriman bahan bakar ke rumah sakit hanya menghasilkan sedikit kemajuan. Mereka berbicara dengan syarat anonimitas karena mereka tidak berwenang untuk mengeluarkan informasi mengenai pertimbangan sensitif tersebut.

Infografis Perang Hamas Vs Israel Kembali Berkecamuk. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya