Liputan6.com, Jakarta - China mengatakan, telah memutuskan untuk melakukan pembatasan ekspor untuk beberapa produk grafit. Hal tersebut, untuk melindungi keamanan nasional, dan sebagai upaya untuk mengendalikan pasokan mineral penting, sebagai respon terhadap tantangan atas dominasi manufaktur global.
Disitat Reuters, Tiongkok sendiri adalah produsen dan eksportir grafit terbesar di dunia. Teknologi ini, juga memurnikan lebih dari 90 persen grafit dunia menjadi bahan yang digunakan di hampir semua anoda baterai kendaraan listrik.
Advertisement
"Langkah berani dan tak terduga yang dilakukan Tiongkok dalam bidang grafit ini telah mengejutkan kami, terjadi jauh lebih cepat dari perkiraan siapa pun," ujar Kien Huynh, Kepala Komersial Alkemy Capital, Investments, yang fokus terhadap pengembangan proyek di sektor logam transisi energi.
Sementara ini, Beijing mewajibkan izin ekspor pada saat banyak pemerintah asing meningkatkan tekanan terhadap perusahaan-perusahaan Tiongkok atas praktik industrinya.
Uni Eropa sedang mempertimbangkan untuk mengenakan tarif untuk kendaraan listrik buatan China, dengan alasan bahwa mendapat keuntungan yang tidak adil dari subsidi.
Selain itu, Pemerintah Amerika Serikat awal pekan ini memperluas pembatasan akses perusahaan Tiongkok terhadap semikonduktor, termasuk menghentikan penjualan chip kecerdasan buatan yang lebih canggih dari Nvidia.
Pengajuan izin
Untuk diketahui, berdasarkan pembatasan baru ini, China akan mewajibkan eksportir untuk mengajukan izin pengiriman dua jenis grafit mulai 1 Desember 2023.
Hal itu, termasuk bahan grafit sintetis dengan kemurnian tinggi, kekerasan tinggi, dan intensitas tinggi, serta grafit serpihan alami dan produk-produknya.
Advertisement