Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar merosot pada perdagangan Senin (23/10/2023) di tengah sentimen pembacaan inflasi dari seluruh wilayah dan produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi Korea Selatan pada kuartal III 2023.
Dikutip dari CNBC, Singapura dan Australia akan merilis inflasi September masing-masing pada Senin dan Rabu pekan ini. Sedangkan Jepang akan rilis inflasi Tokyo pada Jumat. Inflasi di Tokyo dianggap sebagai indikator utama inflasi nasional.
Advertisement
Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,93 persen pada perdagangan Senin pagi. Indeks Nikkei 225 Jepang merosot 0,44 persen, sedangkan indeks Topix susut 0,12 persen.
Indeks Kospi Korea Selatan mendatar. Indeks Kosdaq menguat 0,51 persen. Sedangkan bursa saham Hong Kong libur.
Pada Jumat pekan lalu, di wall street, tiga indeks acuan melemah seiring imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun melonjak. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun sentuh 5 persen untuk pertama kali dalam 16 tahun.
Indeks S&P 500 susut 1,26 persen. Indeks Nasdaq tergelincir 1,53 persen, dan indeks Dow Jones terpangkas 0,86 persen.
Penutupan Bursa Asia Pekan Lalu
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Jumat, 20 Oktober 2023, dan memperpanjang kerugian dari aksi jual pada Kamis, 19 Oktober 2023.
Dikutip dari CNBC, hal ini terjadi ketika ketua the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat Jerome Powell mengatakan, inflasi masih terlalu tinggi dan kemungkinan memerlukan pertumbuhan ekonomi lebih rendha. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun melampaui 5 persen untuk pertama kali dalam 16 tahun.
Meski ia mencatat data terbaru menunjukkan kemajuan menuju perlambatan harga, Powell juga menambahkan kebijakan moneter belum terlalu ketat.
Investor Asia juga akan menilai data inflasi Jepang pada September 2023 yang mencapai 3 persen, 18 bulan berturut-turut di atas target Bank of Japan 2 persen, serta suku bunga pinjaman China bertenor 1 dan 5 tahun.
Indeks Australia
Di Australia, indeks ASX 200 merosot 1,16 persen ke posisi 6.900,70. Indeks Jepang Nikkei 225 tergelincir 0,54 persen ke posisi 31.259,36. Indeks Topix terpangkas 0,38 persen ke posisi 2.255,65. Dua indeks acuan itu melemah setelah rilis data inflasi Jepang melambat pada September.
Indeks Kospi Korea Selatan terpangkas 1,69 persen ke posisi 2.375. Indeks Kosdaq melemah 1,89 persen ke posisi 769,25.
Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,73 persen dan indeks CSI 300 terperosok 0,65 persen ke posisi 3.510,50, mendekati level terendah dalam satu tahun di 3.508,7. Bank sentral China mempertahankan suku bunga pinjaman pada Oktober.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 20 Oktober 2023
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah. Dengan indeks menyelesaikan sesi hari Jumat susut 0,9%. Sedangkan indeks S&P 500 dan Nasdaq berakhir turun masing-masing sebesar 1,3% dan 1,5%.
Penurunan wallstreet memperpanjang penurunan pekan ini. Dow berakhir turun sekitar 1,6% pada minggu ini, sedangkan S&P 500 merosot 2,4%. Nasdaq adalah yang berkinerja terburuk minggu ini, turun 3,2%.
Melansir laman CNBC, pasar saham melemah imbas lonjakan imbal hasil Treasury 10-tahun memicu kekhawatiran yang lebih luas mengenai kondisi perekonomian.
Adapun indeks S&P 500 turun 1,26% menjadi 4,224.16 dan mencatatkan penurunan minggu pertamanya dalam tiga minggu. Komposit Nasdaq turun 1,53% menjadi 12.983,81.
Rata-rata Industri Dow Jones kehilangan 286.89 poin, atau 0.86%, berakhir pada 33,127.28, terseret ke bawah di sesi oleh American Express setelah laporan pendapatan beragam.
Imbal Hasil Obligasi Tembus 5% Pertama Kali Sejak 2007
Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun yang dijadikan patokan melampaui 5% untuk pertama kalinya dalam 16 tahun pada hari Kamis.
Ini tingkat yang dapat mempengaruhi perekonomian dengan menaikkan suku bunga hipotek, kartu kredit, pinjaman mobil dan banyak lagi. Belum lagi, ia menawarkan investor alternatif yang menarik selain saham.
Imbal hasil 10 tahun mencapai 5,001% sekitar jam 5 sore. ET pada hari Kamis, pertama kalinya diperdagangkan di atas level tersebut sejak Juli 2007. Harga mundur dari ambang batas tersebut hingga hari Jumat.
“Pasar saham memperhatikan pasar obligasi dan tidak menyukai apa yang dilihatnya,” kata David Donabedian, kepala investasi CIBC Private Wealth Management.
“Hasil panen meningkat, bahkan dengan kabar yang relatif baik mengenai inflasi. Inilah alasan utama mengapa pasar saham melemah.”
Advertisement