Startup Binaan Kominfo Gapai.id Ingin Permudah Orang Indonesia Dapat Pekerjaan di Luar Negeri

Gapai.id bantu masyarakat Indonesia mendapatkan peluang kerja di luar negeri, lebih dari 400 lowongan pekerjaan dan lebih dari 5 sektor industri berbeda ditawarkan dalam satu platform.

oleh Mustika Rani Hendriyanti diperbarui 23 Okt 2023, 16:00 WIB
Gapai.id, platform pekerja migran inklusif di Indonesia. (Liputan6.com/Mustika Rani Hendriyanti)

Liputan6.com, Jakarta - Pada 2030 mendatang, Indonesia diperkirakan akan menjadi negara dengan ekonomi digital terbesar kesembilan. Berkaitan dengan prediksi tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menghadirkan program inkubasi dan akselerasi startup, Startup Studio Indonesia (SSI).

Pada Agustus 2023, SSI telah mencapai batch 7 dan bersamaan dengan itu hadir pula sektor-sektor baru, baik dari sisi pendekatan kreatif maupun penyelesaian isu industri startup.

Gapai.id menjadi salah satu startup dari sektor bisnis migrant hiring yang turut hadir pada batch ini. Menjadi satu-satunya platform pekerja migran inklusif di Indonesia, Gapai.id berupaya membantu masyarakat Indonesia mendapatkan peluang untuk bekerja di luar negeri.

Dengan hadirnya Gapai.id, kini pekerja migran Indonesia berkualitas dari berbagai industri dapat ditemukan dalam satu platform. Tidak hanya itu, sebanyak lebih dari 400 lowongan pekerjaan dan lebih dari 5 sektor industri berbeda dari 11 negara juga dapat ditemukan di sini.

CEO Gapai.id Radityo Susilo mengungkapkan, Senin (23/10/2023), “Kami berupaya membantu orang-orang secara resmi dan sesuai prosedur untuk mendapatkan peluang pekerjaan di luar negeri.”

Tidak hanya membantu para calon pekerja, Radityo juga mengungkapkan bahwa platform ini membantu para pengusaha atau penyedia lapangan kerja memproses kurasi dan pengelolaan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan melalui sistem matchmaking algorithm.

Gapai.id dirancang semudah mungkin untuk orang-orang yang tidak memiliki CV. Selain itu, mengingat bahwa tidak semua orang Indonesia merupakan pengguna perangkat PC, platform ini memberi kemudahan akses melalui smartphone.


Indonesia Masih Kalah dari Filipina dalam pengiriman Pekerja Migran

Gapai.id sediakan banyak lowongan pekerjaan dari berbagai sektor dalam satu platform. (Liputan6.com/Mustika Rani Hendriyanti)

Dalam diskusi online via Zoom, Radityo mengungkapkan Indonesia belum maksimal dalam mengirimkan pekerja migrannya, kalah dari negara Flipina.

Tercatat pada tahun 2021, Indonesia menyalurkan sebanyak 72 ribu pekerja migran, sedangkan Flipina mampu mengirimkan hingga sepuluh kali lipat daripada Indonesia, yakni sebanyak 745 ribu migran.

“Jika bisa seefektif Filipina, Indonesia akan mendapat USD 141 miliar (Rp 2,2 triliun) per tahun,” tambah Radityo.

Penyebab dari adanya permasalahan ini adalah ketakutan orang-orang Indonesia akan lamanya proses yang harus dijalani untuk menjadi pekerja migran.

"Adanya tarikan biaya mahal dan jalur nonprosedural seperti pemerasan juga menjadi hal yang ditakutkan,” ungkapnya.

Maka dari itu, Gapai.id hadir sebagai platform yang kredibel, jelas, dan transparan. Untuk membangun kepercayaan, Gapai.id juga menghadirkan agen pengawalan selama prosesnya.

Seperti yang telah disebutkan, Gapai.id bergerak mementingkan prosedur. Sebelum memberangkatkan tenaga kerja, hal pertama yang dilakukan adalah mengesahkan legalitas dari KBRI dan Kemnaker untuk memastikan apakah tenaga kerja siap untuk diberangkatkan. 

Gapai.id bersama KBRI, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) RI, dan BP2MI, berupaya memberikan perlindungan kepada para tenaga kerja migran yang dikirimkan ke berbagai negara.


Cepat dan Transparan

400 lowongan pekerjaan dan lebih dari 5 sektor industri berbeda ada di Gapai.id. (Liputan6.com/Mustika Rani Hendriyanti)

Gapai.id menawarkan proses yang cepat, yakni hanya dua bulan hingga keberangkatan calon tenaga kerja migran.

Radityo mengungkapkan, Gapai.id menjadi job portal paling cepat, dengan memberangkatkan calon tenaga kerja satu bulan setelah wawancara.

Ini menjadi rekor bagi Gapai.id, mengingat bahwa sektor bisnis migrant hiring konvensional biasanya menghabiskan waktu hingga 4-6 bulan.

Tidak hanya itu, platform ini juga transparan, baik memberikan kejelasan proses maupun biaya. Yang paling utama, Gapai.id meyakinkan para calon tenaga kerja bahwa dalam prosesnya tidak ada scam ataupun penarikan biaya di muka.

Dengan keseriusan ini, hingga kini tercatat Gapai.id memiliki sebanyak 7.234 calon pekerja terdaftar, lebih dari 3.000 pekerja telah melamar pekerjaan, lebih dari 300 kandidat sedang diproses, dan 60 kandidat diberangkatkan.

Gapai.id mengklaim telah sukses mengirimkan 300 kandidat di enam negara, mulai dari Saudi, Qatar, Dubai, Kuwait, Hungaria, dan Romania.

Adapun sektor yang telah berhasil ditembus adalah hospitality (48,4%), health care (4,7%), manufacture (26,5%), back office (20,5%).

Angka-angka ini diperkirakan akan terus bertambah. Bahkan, Gapai.id sendiri telah menargetkan 1.500 keberangkatan ke lebih banyak negara untuk ke depannya.


Targetkan Pendanaan Rp 16 Miliar

Gapai.id (Liputan6.com/Mustika Rani Hendriyanti)

Penerimaan talenta dari Indonesia di luar negeri paling besar ada pada hospitality.

“Orang Indonesia disukai karena hospitality-nya. Selain itu, orang Indonesia juga memiliki etika kerja yang baik, sopan, dan hormat kepada atasan,” ungkap Radityo.

Namun, tantangan terbesarnya adalah kendala bahasa. Meski demikian, Radityo mengatakan bahwa dengan formulasi yang tepat, permasalahan ini bisa diperbaiki.

Ini juga menjadi konsekuensi dari perencanaan peningkatan target ke depannya. Karena Gapai.id menargetkan lebih banyak negara, tentunya tantangan tidak hanya kemampuan bahasa Inggris, tetapi juga non-Inggris.

Dengan demikian, kemampuan berbahasa asing dalam mencari peluang kerja menjadi poin pertama yang diperlukan. Dengan pengembangan kemampuan, tentunya persoalan berbahasa dapat tertangani.

Terlepas dari konsekuensi yang harus dihadapi, guna mempertahankan momentum positif perusahaan, Gapai.id telah menargetkan putaran pendanaan dengan capaian senilai USD 1 juta atau Rp 16 miliar.

Pendanaan ini akan nantinya akan dialokasikan untuk biaya operasional (50%), memperkuat pemasaran dan pengembangan produk (30%), dan manajemen perizinan dan aset (12%).

Infografis Bisnis Game di Indonesia (Liputan6.com/Deisy Rika)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya