IHSG Tersungkur 1,5% Terseret Sentimen Imbal Hasil Obligasi AS hingga Rupiah

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG yang melemah sejalan dengan pergerakan indeks global yang cenderung koreksi.

oleh Agustina Melani diperbarui 23 Okt 2023, 17:39 WIB
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh hingga meninggalkan posisi 6.800 pada perdagangan saham Senin (23/10/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh hingga meninggalkan posisi 6.800 pada perdagangan saham Senin (23/10/2023). Koreksi IHSG terjadi di tengah mayoritas sektor saham yang tertekan dan transaksi harian saham di bawah Rp 10 triliun.

Dikutip dari data RTI, IHSG anjlok 1,57 persen ke posisi 6.741. Indeks LQ45 merosot 1,41 persen ke posisi 899,01. Seluruh indeks saham acuan kompak tertekan.

Pada awal pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.853,44 dan terendah 6.730,87. Sebanyak 430 saham melemah sehingga menekan IHSG. 148 saham menguat dan 175 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.366.876 kali dengan volume perdagangan 26,5 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 8,7 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.852.

Mayoritas sektor saham tertekan kecuali sektor saham teknologi naik 0,49 persen. Sementara itu, sektor saham infrastruktur terpangkas 3,27 persen dan pimpin koreksi. Sektor saham energi melemah 2,63 persen, sektor saham basic susut 2,03 persen, sektor saham industri turun 1,33 persen.

Selain itu, sektor saham nonsiklikal merosot 0,86 persen, sektor saham siklikal tergelincir 0,35 persen, sektor saham kesehatan terpangkas 0,43 persen, sektor saham keuangan turun 0,94 persen.

Selanjutnya sektor saham properti melemah 1,68 persen, dan sektor saham transportasi turun 2,16 persen.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing melakukan aksi jual saham Rp 592,73 miliar. Sepanjang 2023, investor asing melakukan aksi jual Rp 9,08 triliun.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan,  IHSG yang melemah sejalan dengan pergerakan indeks global yang cenderung koreksi. Hal ini seiring sentimen imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat bertenor 10 tahun yang mencapai 4,9 persen.

 

 


Terseret Pelemahan Rupiah

Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar, selalu mengalami perubahan setiap saat terkadang melemah terkadang juga dapat menguat.

“Kemudian kekhawatiran pasar akan ketegangan geopolitik global di Timur Tengah yang dapat menciptakan uncertainty dan ekspektasi hawkish pasar akan kebijakan suku bunga the Fed yang masih berada di level tinggi,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, di sisi lain, pelemahan rupiah yang menyentuh level psikologis Rp 16.000 juga membebani indeks.

“Secara teknikal kami mencermati pergerakan rupiah akan menguji area 16.124-16.150. Ya dampaknya ke barang impor, di mana harga akan naik dan akan terjadi inflasi,” tutur dia.

Herditya menuturkan, pelemahan rupiah didorong dari faktor eksternal. Indeks dolar AS naik karena the Federal Reserve (the Fed) memberikan sinyal hawkish untuk menurunkan inflasi ke angka 2 persen.

Herditya menuturkan, saat ini belum ada sentimen positif yang angkat rupiah. Namun, Bank Indonesia akan intervensi atasi pelemahan rupiah.


Top Gainers-Losers pada 23 Oktober 2023

Layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:

  • Saham NPGF melambung 34 persen
  • Saham PAMG melambung 26,87 persen
  • Saham STRK melambung 25 persen
  • Saham SINI melambung 24,54 persen
  • Saham PMMP melambung 24,41 persen

 

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

  • Saham MARI merosot 34,38 persen
  • Saham MPXL merosot 18,04 persen
  • Saham BABY merosot 17,97 persen
  • Saham ASMI merosot 12,31 persen
  • Saham MINA merosot 10,53 persen

 

Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:

  • Saham BBCA senilai Rp 449,5 miliar
  • Saham BMRI senilai Rp 419,6 miliar
  • Saham BBRI senilai Rp 414,4 miliar
  • Saham BREN senilai Rp 373 miliar
  • Saham MEDC senilai Rp 329 miliar

 

Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:

  • Saham KAYU tercatat 57.529 kali
  • Saham GTRA tercatat 48.987 kali
  • Saham BREN tercatat 31.631 kali
  • Saham SLIS tercatat 27.723 kali
  • Saham NICL tercatat 27.635 kali

Bursa Saham Asia Pasifik Lesu pada 23 Oktober 2023

Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Bursa saham Asia Pasifik terus melakukan aksi jual pada perdagangan Senin, 23 Oktober 2023. Koreksi bursa saham Asia Pasifik juga menanti rilis inflasi di Asia dan produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan pada kuartal III 2023.

Dikutip dari CNBC, Australia akan rilis inflasi September pada Rabu pekan ini. Sedangkan Jepang akan mengumumkan inflasi Tokyo pada Jumat pekan ini. Inflasi di Tokyo dianggap sebagai indikator utama inflasi nasional.

Tingkat inflasi Singapura pada September sedikit naik menjadi 4,1 persen dari 4 persen pada Agustus, sejalan dengan harapan.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,82 persen ke posisi 6.844,1. Indeks Nikkei 225 tergelincir 0,83 persen ke posisi 30.999,55. Indeks Nikkei untuk ketiga kali ditutup di bawah 31.000 pada Oktober 2023. Sejak Mei, indeks Nikkei di atas 31.000. Indeks Topix melemah 0,75 persen ke posisi 2.238,81.

Indeks Kospi Korea Selatan merosot 0,76 persen ke posisi 2.357,02. Indeks Kosdaq susut 0,72 persen.

Sedangkan indeks CSI 300 terpangkas 1,04 persen ke posisi 3.474,24 yang merupakan level terendah sejak Februari 2019.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya