Liputan6.com, Purwakarta - Kampung Tajur, merupakan salah satu obyek wisata alam yang ada di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat yang cukup favorit di kalangan pelancong. Lokasi wisata ini, berada di Desa Pasanggaran Kecamatan Bojong.
Sejauh ini, pemerintah setempat menjadikan Kampung Tajur sebagai tujuan wisata alam bersendikan edukasi (edutainment). Tak heran, selain masyarakat biasa selama ini pengunjungnya juga banyak dari kalangan pelajar.
Di kawasan wisata sini para pengunjung bisa berlibur sekaligus belajar. Karena, selain berwisata para pengunjung yang datang juga bisa mengikuti atau berbaur dengan aktivitas warga setempat. Semisal, bercocok tanam, membajak sawah, tanam padi, beternak dan kegiatan lainnya.
Sebagai gambaran, lokasi wisata alam ini sebenarnya merupakan sebuah perkampungan di kaki Gunung Burangrang dengan organisasi penduduk yang tertata dengan baik. Di perkampungan itu, hanya ada 40 rumah yang tertata dengan sangat rapi. Penduduknya, juga terlihat sangat damai.
Tapi mungkin tak banyak yang tahu sejarah dan asal usul perkampungan tersebut sebelum akhirnya menjelma jadi destinasi wisata favorit seperti sekarang ini.
Baca Juga
Advertisement
Dirangkum dari berbagai sumber, dulu sebelum menjelma menjadi destinasi wisata, konon kawasan ini merupakan target para pencuri kayu. Hal mana, kala itu banyak masyarakat di kaki Gunung Burangrang yang melakukan penebangan kayu secara ilegal (illegal logging)di perkampungan tersebut.
Bertransformasi Jadi Obyek Wisata
Merunut dari riwayatnya, masifnya kegiatan illegal logging di kawasan tersebut sudah terjadi sejak lama. Namun, perubahan baru dimulai sejak 2003 atau sejak Dedi Mulyadi menjabat Wakil Bupati Purwakarta periode 2003-2008.
Kala itu, Dedi Mulyadi yang memang lebih suka datang ke perkampungan ini berani mengambil risiko untuk menghentikan aktifitas pencurian kayu secara ilegal tersebut. Salah satunya, dengan merencanakan penataan di kawasan pegunungan itu.
Kala itu, orang nomor 2 di Purwakarta ini pun menggandeng persatuan arsitek Indonesia dan berencana mewujudkan pembangunan sebuah perkampungan dengan organisasi penduduk yang tertata dengan baik di lereng Gunung Burangrang tersebut.
Alasan pertamanya, jelas untuk menghentikan pembalakan liar yang selama ini terjadi di kawasan tersebut. Apalagi, saat itu pencurian kayu sangat marak terjadi di lereng Gunung Burangrang ini.
Dalam menata kawasan ini, memang tak semudah membalikan telapak tangan. Dedi Mulyadi kala itu pun harus menanggung risiko cukup berat. Bahkan kabarnya, ia sampai rela mendapat banyaknya fitnah.
Namun, seiring berjalannya perjuangan Dedi Mulyadi membuahkan hasil. Hari demi hari dilewatinya untuk terus berjuang membangun kampung yang kini kental dengan adat Sunda tersebut.
Perlahan tapi pasti, penataan perkampungan itupun terus berlangsung hingga berdirilah Kampung Adat Tajur. sudah lebih 20 tahun berjalan, kini kampung tersebut menjelma jadi kawasan wisata yang selalu dikunjungi wisatawan, terlebih saat akhir pekdan dan musim libur anak sekolah tiba.
Berkat kegigihan Dedi Mulyadi, saat ini alam Kampung Tajur pun akhirnya bisa terjaga. Warga yang semula mencari uang dengan cara menebang kayu secara illegal, kini sudah bisa hidup mandiri dengan membuka penginapan, jasa wisata dan berjualan.
Alhasil, Kampung Tajur Purwakarta yang dulu dikenal sebagai kawasan illegal logging, kini menjelma jadi kawasan wisata alam yang ngangenin.
Advertisement