Penelitian Ungkap Peran Indera Penciuman dalam Melihat Warna

Penelitian terbaru di Inggris menunjukkan bahwa ada jenis aroma tertentu yang dapat memengaruhi cara manusia melihat warna.

oleh Therresia Maria Magdalena Morais diperbarui 19 Nov 2023, 21:00 WIB
Ilustrasi warna. (Gambar oleh Annette dari Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Penelitian terbaru di Inggris menunjukkan bahwa ada jenis aroma tertentu yang dapat memengaruhi cara manusia melihat warna. Namun, pengaruhnya begitu halus sehingga mungkin tidak terasa secara langsung.

Para ilmuwan masih belum benar-benar mengerti bagaimana berbagai indera manusia saling bekerja sama dan berinteraksi. Seringkali, indera manusia dianggap sebagai entitas terpisah, tetapi sebenarnya tidak demikian.

Melansir dari Science Alert, Minggu (19/11/2023), faktanya, setiap orang memiliki tingkat crossover sensorik yang berbeda-beda, bahkan bagi mereka yang tidak memiliki sinestesia dan tidak dapat 'merasakan' warna atau 'mendengar' bentuk.

Contohnya, jika minuman soda ceri berwarna oranye, mungkin mata Anda akan membuat Anda berpikir rasanya seperti jeruk, dan jika minuman stroberi berwarna merah terang, hidung Anda mungkin akan mendeteksi aroma yang lebih manis.

Walaupun kita telah memahami dengan baik bagaimana warna mempengaruhi cara kita merasakan rasa, namun cara warna memiliki keterkaitan dengan penciuman masih menjadi misteri yang belum terpecahkan dengan baik.

Penelitian dari tiga perguruan tinggi di Inggris baru-baru ini menunjukkan cara yang mengejutkan di mana aroma dapat mempengaruhi cara kita melihat dunia.


Mengungkap Bagaimana Aroma Mempengaruhi Persepsi Warna dalam Eksperimen Unik

Ilustrasi hidung (Foto: Pixabay/Istvan Karoly Bocs)

Dalam eksperimen tersebut, 24 orang dewasa dari berbagai jenis kelamin ditempatkan di dalam ruangan gelap di depan layar komputer. Selama empat menit, alat pembersih udara membersihkan udara. Kemudian, aroma dihembuskan ke dalam ruangan selama lima menit.

Para peserta yang berada di dalam ruangan tidak diberitahu tentang wewangian secara eksplisit. Mereka hanya melihat bercak warna muncul di layar di depan mereka.

Tujuan mereka adalah menggerakkan dua penggeser, satu dari kuning ke biru dan satu lagi dari hijau ke merah, untuk mengubah kotak warna menjadi abu-abu netral.

Proses yang sama diulang hingga setiap peserta mencium keempat aroma sebanyak lima kali, sambil menyesuaikan bercak warna. Aroma dipilih secara acak dari daftar yang mencakup karamel, ceri, kopi, lemon, dan peppermint. Sebagai kontrol, air tanpa aroma digunakan untuk setiap peserta.

Peneliti menemukan bahwa ketika aroma disebarkan, peserta cenderung menggeser terlalu jauh dari warna abu-abu netral dibandingkan ketika hanya ada udara tanpa aroma.

Aroma tersebut sepertinya mempengaruhi cara peserta melihat warna abu-abu netral, cenderung membuatnya terlihat "lebih hangat" sesuai dengan karakteristik aroma masing-masing. Sebagai contoh, ketika aroma kopi tercium, peserta cenderung melihat abu-abu dengan sentuhan merah coklat.

Di sisi lain, dengan aroma karamel, peserta lebih memilih abu-abu yang lebih kuning daripada abu-abu netral.


Mengurai Hubungan Antar Penciuman dan Penglihatan

Bau dan warna memiliki pengaruh yang kuat terhadap cara manusia memproses informasi sensorik (Foto: Unsplash/Egor Vikhrev)

Psikolog kognitif Ryan Ward dari Liverpool John Moores University menjelaskan, "Temuan ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan untuk mengaitkan lintasmodal dalam persepsi warna abu-abu, terutama dengan aroma seperti lemon, karamel, ceri, dan kopi."

Ia menambahkan bahwa kompensasi berlebihan tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara berbagai indera, khususnya antara bau dan warna, memiliki pengaruh yang kuat terhadap cara manusia memproses informasi sensorik.

Ward dan timnya selalu tertarik untuk memahami bagaimana penciuman dan penglihatan saling berpengaruh.

Setiap saat, otak manusia bekerja keras untuk menggabungkan informasi dari indera agar kita dapat memahami lingkungan sekitar. Aroma adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan sehari-hari manusia, meskipun seringkali hal tersebut tidak disadari. Aroma dapat memengaruhi cara kita melihat dunia tanpa kita sadari.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa hidung kadang-kadang dapat ‘mencium’ apa yang ‘dilihat’ oleh mata, dan sebaliknya. Misalnya, dalam eksperimen sebelumnya, peserta merasa titik-titik di layar komputer bergerak lebih cepat ketika mereka mencium aroma lemon, dan lebih lambat ketika mencium aroma vanila.

Seperti halnya gerakan, warna juga dapat dipengaruhi oleh bau.


Temuan Menarik dari Penelitian Sebelumnya dan Tantangan untuk Penelitian Lebih Lanjut

Ilustrasi buah ceri | Pixabay

Dalam penelitian sebelumnya, Ward dan timnya menemukan bahwa aroma karamel dikaitkan dengan warna coklat tua dan kuning, sementara aroma kopi dikaitkan dengan warna coklat tua, merah, dan ungu.

Aroma ceri dikaitkan dengan warna merah muda, merah, dan ungu, sementara peppermint dikaitkan dengan warna hijau, biru, dan merah muda, dan lemon dikaitkan dengan warna kuning, hijau, dan merah muda.

Eksperimen mereka kali ini membahas lebih lanjut tentang bagaimana hubungan antara penciuman dan penglihatan bekerja bersama, meskipun terlihat bahwa aroma peppermint tidak mempengaruhi persepsi warna abu-abu seperti yang diperkirakan oleh peneliti.

Diperlukan lebih banyak studi di dalam kelompok yang lebih besar untuk memahami mengapa hanya beberapa jenis aroma yang tampaknya mempengaruhi cara kita melihat warna.

Ward mengungkapkan, "Kita perlu mengetahui sejauh mana pengaruh aroma terhadap persepsi warna. Sebagai contoh, apakah efek yang terlihat di sini juga berlaku untuk aroma yang jarang dijumpai atau bahkan untuk aroma yang pertama kali kita temui?"

Sama seperti penciuman, yang sering dianggap sebagai indera yang kurang penting, masih banyak yang belum diketahui oleh para ilmuwan.

Studi ini telah dipublikasikan di jurnal Frontiers in Psychology.

Infografis 7 Tips Pulihkan Penciuman Akibat Terpapar Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya