Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia turun lebih dari 2% pada perdagangan Senin karena upaya diplomatik di Timur Tengah semakin insentif dalam upaya menahan konflik antara Israel dan Hamas. Langkah diplomatik ini meredam kekhawatiran investor mengenai potensi gangguan pasokan.
Mengutip CNBC, Selasa (24/10/2023) harga minyak mentah berjangka Brent turun USD 1,89 atau 2,05% menjadi USD 90,27 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 2,11 atau 2,4% menjadi USD 85,97 per barel.
Advertisement
Penurunan sesi ini merupakan penurunan terbesar kedua harga minyak yang menjadi patokan dunia dalam satu hari sejak awal Oktober.
Para pemimpin Uni Eropa akan menyerukan jeda kemanusiaan dalam konflik minggu ini sehingga bantuan dapat menjangkau warga Palestina di Gaza. Para pemimpin Perancis dan Belanda akan mengunjungi Israel minggu ini.
Konvoi bantuan mulai berdatangan di Jalur Gaza dari Mesir pada akhir pekan.
“Risiko terhadap pasokan tampaknya telah menurun,” kata analis Price Futures Group, Phil Flynn.
“Orang-orang mengurangi posisi sampai mereka melihat bagaimana hasilnya.” tambah dia.
Pembebasan Sandera
kelompok militan Hamas Palestina mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah membebaskan dua perempuan tawanan sipil sebagai tanggapan terhadap upaya mediasi Mesir-Qatar. Sebuah sumber mengatakan kepada Reuters bahwa tawanan tersebut adalah warga lanjut usia Israel.
Israel melanjutkan pemboman terhadap Gaza pada hari Senin setelah melancarkan serangan udara di Lebanon selatan semalam.
Kedua harga minyak acuan dunia mencatat kenaikan mingguan selama dua minggu terakhir, di tengah kemungkinan gangguan pasokan di Timur Tengah yang merupakan wilayah pemasok minyak terbesar di dunia.
“Meningkatnya kemarahan di kawasan ini akan memperkuat hambatan perekonomian, potensi kenaikan harga minyak akan mendorong inflasi global lebih tinggi, pengetatan moneter dapat dilanjutkan, dan pertumbuhan permintaan minyak global akan terhambat,” kata analis PVM, Tamas Varga.
Sanksi Venezuela
Di tempat lain, Presiden AS Joe Biden pekan lalu mengumumkan penangguhan sanksi terhadap anggota OPEC Venezuela, setelah pemerintah Venezuela mencapai kesepakatan dengan oposisi.
Hal ini dapat mengembalikan volume ekspor ke pasar, namun sejauh mana hal ini dapat memitigasi dampak risiko pasokan di Timur Tengah masih belum jelas.
“Langkah ini diperkirakan akan menambah 200-300.000 barel per hari minyak mentah Venezuela ke pasar ekspor global, yang belum tentu merupakan peristiwa yang menggerakkan pasar, dan jumlah barel tersebut juga tidak diharapkan dalam waktu dekat,” kata analis RBC Michael Tran dalam sebuah pernyataan. sebuah catatan.
Advertisement