Masalah Industri Penggilingan Padi Masih Sama dalam 50 Tahun

Menko Airlangga menjelaskan bahwa saat ini dunia sedang menghadapi tantangan El Nino, yang diprediksi oleh BMKG masih akan terjadi sampai dengan Februari 2024. El Nino menyebabkan peningkatan suhu dan kekeringan, serta berpotensi menurunkan produksi komoditas pertanian.

oleh Arthur Gideon diperbarui 24 Okt 2023, 16:15 WIB
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan sambutan secara virtual pada acara Rapat Kerja Nasional Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI), Selasa (24/10/2023). (Dok Kemenko Perekonomian)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan sambutan secara virtual pada acara Rapat Kerja Nasional Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI), pada Selasa (24/10/2023). 

Menko Airlangga menjelaskan, sebagai salah satu leading sector perekonomian nasional, sektor pertanian mampu mencetak pertumbuhan positif 2,02% (yoy) dan berkontribusi sebesar 13,35% terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2023.

“Kinerja positif ini perlu diapresiasi, terutama untuk agar terus ditingkatkan di tengah berbagai tantangan yang sedang dan akan dihadapi,” ujar Airlangga hartarto dikutip dari keterangan tertulis.

Menko Airlangga menjelaskan bahwa saat ini dunia sedang menghadapi tantangan El Nino, yang diprediksi oleh BMKG masih akan terjadi sampai dengan Februari 2024. El Nino menyebabkan peningkatan suhu dan kekeringan, serta berpotensi menurunkan produksi komoditas pertanian.

Lebih jauh, BPS memperkirakan terjadi penurunan total luas panen padi sebesar 2,45% dari 10,45 juta ha pada tahun 2022 menjadi 10,20 juta ha pada tahun 2023. Hal ini akan berdampak langsung pada penurunan total produksi Gabah Kering Giling (GKG) dan produksi beras.

Selain itu, harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani per September 2023 tercatat mengalami kenaikan sebesar 11,69% dibandingkan bulan sebelumnya. Harga Gabah Kering Giling (GKG) September 2023 pun tercatat naik sebesar 9,18%. Dampaknya, harga beras premium dan beras medium di tingkat penggilingan pun mengalami kenaikan masing-masing 9,75% dan 10,55%.

“Penggilingan padi punya peran strategis terutama untuk menjaga stabilitas harga beras di tingkat konsumen,” tutur Menko Airlangga.

 


Revitalisasi dan Restrukturisasi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan sambutan secara virtual pada acara Rapat Kerja Nasional Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI), Selasa (24/10/2023). (Dok Kemenko Perekonomian)

Menko Airlangga juga mengungkapkan bahwa selama 50 tahun terakhir industri penggilingan padi masih menghadapi sejumlah tantangan seperti tingginya kehilangan hasil padi pada tahap pengeringan dan penggilingan, rendemen giling yang sulit ditingkatkan, dan kualitas beras yang dihasilkan tidak optimal karena banyak beras patah, serta harga pokok produksi beras relatif tinggi khususnya untuk beras dengan kualitas yang lebih baik.

Menko Airlangga juga menyampaikan bahwa Pemerintah terus berfokus pada revitalisasi dan restrukturisasi penggilingan padi dengan mendorong penggilingan padi untuk melakukan revitalisasi sarana prasarana produksi, sehingga kualitas gabah dan beras yang dihasilkan dapat meningkat. Berbagai dukungan program dan kebijakan juga disediakan baik melalui Kredit Usaha Rakyat, bantuan sarana prasarana dan juga KUR Alsintan.

“Saya berharap semua pihak untuk terus meningkatkan produktivitas, memaksimalkan peran dalam menjaga pertumbuhan ekonomi, ketersediaan pangan. Semoga Rakernas ini menghasilkan pemikiran dan terobosan terhadap kebutuhan pangan dan semoga Indonesia diberkahi oleh masa depan yang lebih baik,” pungkas Menko Airlangga.


Ombudsman Sebut Revitalisasi Penggilingan Padi Bakal Untungkan Petani

Petani saat menggiling padi di persawahan kawasan Rorotan, Jakarta, Kamis (30/7/2020). Terdapat sekitar 270 petani yang menggantungkan hidup di sawah Rorotan, mereka rata-rata ialah pendatang dari Indramayu. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika, menanggapi adanya dugaan yang beredar di masyarakat, PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) memonopoli harga padi dan penyebab matinya penggilingan padi kecil di Banten.

Menurut Yeka, jika ada pelaku usaha yang mampu membeli gabah dengan harga yang lebih baik, sebaiknya jangan dihakimi terlebih dahulu.

"Kita punya lesson learned yang pahit dengan matinya PT Ibu, beberapa tahun lalu. Yang jelas petani dirugikan, karena kehilangan pembeli yang memberikan pelayanan lebih baik," ujar Yeka dalam keterangan tertulis, Kamis (31/8/2023).

Yeka menambahkan, berbicara mengenai persaingan antar penggilingan jauh sebelum PT WPI dan PT Ibu, sejak medio 1990-an persaingan antara penggilingan padi kecil dan menengah besar sudah terjadi. Namun, tidak harus berujung pada matinya penggilingan padi kelas menengah

"Persaingan justru akan meningkatkan kualitas layanan, termasuk kualitas layanan terhadap petani. Petani tentu menginginkan hasil produksinya dihargai lebih baik dan pelayanan lainnya seperti penjualan dengan sistem timbang. Pembayaran dilakukan secara tunai membuat petani terlayani dengan baik," ungkapnya.

 


Penggilingan dengan Kapasitas Besar

Petani menggiling saat musim panen padi di sawah Desa Bube Baru, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo (15/3). Mulai dari menyabit padi hingga sudah menjadi bulir gabah itu semua mengunakan tenaga manusia. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Layanan seperti ini menurut Yeka perlu dipertahankan. Yeka memberi contoh, di Serang bukan hanya ada PT WPI saja, namun ada juga penggilingan dengan kapasitas relatif besar, seperti Penggilingan Karya Muda, Penggilingan Ar Rahman dan Penggilingan Mugi Jaya.

Jika PT WPI bisa menyerap 2,6 persen dari total produksi Gabah di Banten, maka masih ada 97,4 persen lagi gabah lainnya yang diserap oleh penggilingan padi lainnya.

Lebih lanjut, Yeka justru menyayangkan ketidakhadiran pemerintah dalam menata industri penggilingan padi ini. Menurut dia, ini jadi alasan utama lemahnya persaingan antar penggilingan padi.

"Industri penggilingan padi di Indonesia memerlukan revitalisasi. Mesin mereka kebanyakan mesin tua dan tidak efisien. Ujung-ujungnya, pelayanan terhadap petani makin buruk," pinta Yeka.

INFOGRAFIS: 5 Negara Pemasok Beras Terbesar ke Indonesia (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya