Asus hingga IBM Berlomba Rancang Perangkat Ramah Lingkungan untuk Meredam Perubahan Iklim

Inovasi teknologi dan keberlanjutan merupakan dua hal yang sedang diupayakan para industri besar guna menghadapi perubahan iklim dunia.

oleh M. Labib Fairuz Ibad diperbarui 05 Nov 2023, 14:00 WIB
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap Muara Karang yang berlokasi di daerah Pluit, Jakarta Utara. PT PLN (Persero) akan segera melantai di Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon), dan mengklaim bakal menjadi trader terbesar dengan membuka setara hampir 1 juta ton CO2.Dok PLN

Liputan6.com, Jakarta - Mengurangi jejak karbon merupakan salah satu kepedulian industri teknologi saat ini dalam menghadapi perubahan iklim. Mereka mendukung tujuan ini dengan menciptakan produk netral karbon dan menyertakan pengimbangan karbon sebagai bagian dari pembelian produk.

Sebagai contoh, Asus baru-baru ini meluncurkan laptop bisnis terverifikasi netral karbon pertama di dunia, bersama dengan perangkat berkelanjutan lainnya. 

Melalui Layanan Mitra Karbon, Asus memungkinkan perusahaan untuk memilih pembelian pengimbangan yang mengkompensasi setiap emisi yang terkait dengan pembelian produk mereka lainnya.

Demikian pula, program Sertifikasi Produk Carbon Neutral HP membuat beberapa perangkat perusahaan menjadi nol karbon melalui offset dan pengurangan.

Selain itu, perangkat teknologi juga berperan penting dalam pembuatan kredit karbon, demikian dikutip dari BizTech, Minggu (5/11/2023).

Hal ini dikarenakan teknologi dapat melacak dan mencatat semua tahapan yang dilalui perusahaan secara elektronik, sehingga seluruh pihak dapat memastikan bahwa metrik ton emisi karbon yang dikurangi tidak diklaim oleh banyak pihak. 

Metode pelacakan ini juga bervariasi, tetapi beberapa sistem bergantung pada blockchain, dan perusahaan seperti Intel bekerja untuk menciptakan blockchain yang lebih ramah lingkungan.

Kecerdasan buatan dan teknologi lainnya memberikan dukungan vital dalam pengumpulan data terkait kredit penggantian kerugian karbon, memungkinkan industri terus berkembang secara optimal.

Beberapa perusahaan teknologi menawarkan alat manajemen data khusus untuk pengimbangan karbon. Contohnya, Envizi ESG Suite dari IBM membantu pelanggan mengelola semua data emisi, termasuk kredit penggantian kerugian. 

Microsoft, melalui Layanan Kredit Lingkungan, meningkatkan transparansi dan pelacakan, membantu memperkuat kepercayaan pelanggan terhadap kebenaran kredit karbon.


Apa Itu Kredit Pengimbangan Karbon?

Karbon dioksida (CO2) (Sumber: Pixabay)

Untuk diketahui, sustainability atau keberlanjutan merupakan isu penting bagi perusahaan di seluruh industri, terutama di sektor energi dan utilitas. 

Karena perusahaan energi dan utilitas berupaya membuat operasi mereka lebih ramah iklim, banyak yang mengandalkan kredit pengimbangan karbon.

Masih mengutipBizTech, ketika perusahaan tidak dapat mengurangi jejak karbon mereka sendiri, mereka dapat membeli kredit pengimbangan karbon. 

Setiap kredit mewakili satu metrik ton karbon dioksida yang dijaga agar tidak dilepaskan ke atmosfer atau dihilangkan melalui proyek dekarbonisasi, seperti reboisasi, penyimpanan karbon, atau pengelolaan limbah dan TPA. 

Hal ini membantu pembeli kredit pengimbangan karbon untuk memenuhi tujuan keberlanjutan mereka, meskipun operasi mereka sendiri belum sehijau yang mereka inginkan guna mengurangi dampak perubahan iklim.

Permintaan akan opsi-opsi kelestarian lingkungan dan tata kelola semakin meningkat. Pasar untuk penggantian kerugian karbon dapat bernilai lebih dari USD 50 miliar pada 2030. 


Keselarasan Inovasi Teknologi dan Keberlanjutan

Peduli Lingkungan, Isuzu Siap Perkenalkan Kendaraan Niaga Ramah Lingkungan pada Japan Mobility Show 2023

Pada tahun-tahun sebelumnya, inovasi teknologi dan inisiatif keberlanjutan tidak selalu selaras, tetapi hal ini sedang berubah.

Model-model Environmental, Social, and Corporate Governance (ESG) kini menyediakan indikator berbasis kinerja untuk melacak proses keberlanjutan.

Profesor teknologi lingkungan di Imperial College London Nick Voulvoulis, mengatakan kepada Euronews bahwa keberlanjutan dan inovasi teknologi harus diselaraskan.

"Seperti yang diketahui, degradasi lingkungan mengurangi kapasitas planet ini untuk menopang pembangunan ekonomi. Karenanya, pembangunan ekonomi berkelanjutan dan perlindungan lingkungan diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia," katanya. 

Ia menambahkan, hal Ini berarti bahwa inovasi teknologi tidak dapat mengabaikan masalah keberlanjutan, tetapi inovasi saja tidak cukup.

Banyak perusahaan energi dan utilitas memanfaatkan solusi teknologi yang menggunakan taktik seperti kredit penyeimbangan karbon dan praktik pertukaran pengurangan karbon informal untuk mengurangi jejak lingkungan dan mencapai tujuan keberlanjutan mereka.


Apple Jadi Perusahan Teknologi yang Paling Ambisius Lawan Perubahan Iklim

CEO Apple Tim Cook dengan iPhone 13 Pro Max dan Apple Watch Series 7 selama acara khusus di Apple Park di Cupertino, California (14/9/2021). Dalam acara peluncuran, Tim Cook bangga engumumkan generasi iPhone terbaru kami, yaitu iPhone 13. (Brooks Kraft/Apple Inc. /AFP)

Sebelumnya, terdapat sebuah laporan yang membandingkan upaya beberapa perusahan teknologi dalam mengatasi perubahan iklim. Perusahaan yang dimaksud ialah Apple, Dell, Google, HP, Microsoft, dan Nvidia.

Apple menjadi sorotan dari laporan ini karena menjadi satu-satunya perusahaan yang menetapkan target penggunaan energi terbarukan untuk pemasok kebutuhan perakitan perangkat mereka.

Menurut Gary Cook, direktur kebijakan iklim global di Stand.earth, yang menerbitkan laporan tersebut, merek-merek lain harus menyampaikan target yang jelas pada pemasoknya.

Namun, laporan sebelumnya menunjukkan adanya keraguan terhadap klaim netral karbon Apple. Stand.earth membandingkan inisiatif mengatasi perubahan iklim Apple dengan beberapa perusahaan teknologi sekaligus.

Perusahaan teknologi sendiri telah menyumbang 4 persen emisi gas rumah kaca global, melebihi emisi dari industri penerbangan.

Laporan tersebut menyarankan perusahaan untuk memilih cara yang lebih strategis dalam menggunakan energi terbarukan. Banyak perusahaan, termasuk Apple, mengandalkan Sertifikat Energi Terbarukan (REC) tanpa memberdayakan infrastruktur energi bersih yang memadai.

Untuk mengatasi ini, Apple, Google, dan Microsoft merencanakan integrasi lebih banyak energi terbarukan ke dalam jaringan lokal mereka.

Baca selengkapnya di sini.


Infografis Journal:  15 Negara yang Paling Rentan pada Perubahan Iklim. (Liputan6.com/Trie Yasni)

Infografis Journal  15 Negara yang Paling Rentan pada Perubahan Iklim. (Liputan6.com/Trie Yasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya