Liputan6.com, Ramallah - Serangan udara Israel ke Jalur Gaza intens selama 24 jam terakhir. Otoritas kesehatan Gaza, wilayah yang dikuasai Hamas, menggarisbawahi bahwa ini adalah perang 24 jam yang paling mematikan sejauh ini, dengan 704 orang dilaporkan tewas, termasuk di antaranya 305 anak-anak, 173 wanita, dan 78 orang lanjut usia.
"Hal ini menjadikan jumlah korban tewas secara keseluruhan di Gaza menjadi 5.791 orang," tutur mereka, seperti dilansir BBC, Rabu (25/10/2023).
Advertisement
Israel mengklaim bahwa pihaknya menyerang 400 sasaran teror dan membunuh sejumlah komandan Hamas dalam periode yang sama. Mereka juga menyatakan tidak akan mengurangi serangannya meski Hamas telah membebaskan empat sandera sejauh ini.
Beberapa dari mereka yang tewas di kota selatan Khan Younis dan Rafah adalah pengungsi yang melarikan diri dari utara Gaza atas perintah militer Israel untuk pindah dari daerah tersebut demi keselamatan mereka.
Korban jiwa termasuk 13 orang dari satu keluarga, yang tinggal di sebuah bangunan perumahan di Qarara. Seorang kerabat yang selamat mengatakan, "Kami sedang tidur dan tiba-tiba terjadi ledakan besar. Seluruh keluarga saya tewas."
Sekitar 20 orang disebut tewas dalam serangan terhadap bangunan tempat tinggal di kawasan Amal yang padat penduduknya di Khan Younis.
Israel membombardir Gaza sejak Hamas - yang digolongkan teroris oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Israel sendiri - melancarkan serangan lintas batas mematikan pada Sabtu 7 Oktober yang menewaskan sedikitnya 1.400 orang dan menyebabkan 222 lainnya disandera.
Dunia, Gaza Butuh Bantuan Bahan Bakar hingga Makanan
Desakan atas akses kemanusiaan yang berkelanjutan dan aman terus digaungkan seluruh pihak, termasuk PBB. Mereka bahkan mengatakan dalam posisi bertekuk lutut memohon.
Bahan bakar, air, makanan, hingga air bersih yang merupakan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup kritis atau bahkan habis. Otoritas kesehatan Gaza memperingatkan bahwa sistem layanan kesehatan bisa ambruk.
Saat ini saja, 12 dari 32 rumah sakit di Gaza sudah tidak dapat beroperasi. Yang lainnya kehabisan bahan bakar dan hanya menjalankan layanan paling penting.
Juru bicara badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), yang menjalankan operasi kemanusiaan terbesar di Gaza, memperingatkan bahwa mereka juga hampir kehabisan stok bahan bakar.
"Jika kami tidak segera mendapatkan bahan bakar, kami terpaksa menghentikan operasi kami di Jalur Gaza mulai Rabu malam," kata Juliette Touma kepada BBC.
Dalam pengarahan di Jenewa, UNRWA menyatakan hanya 54 truk bantuan yang diizinkan melintasi penyeberangan Rafah yang dikuasai Mesir sejak 21 Oktober. Sebelum perang Hamas Vs Israel terbaru, Gaza menerima sekitar 500 truk berisi bantuan setiap harinya.
Akses ketika persediaan terbatas diperbolehkan masuk merupakan tantangan lainnya.
PBB belum menerima jaminan keamanan yang diperlukan untuk memungkinkan bantuan disalurkan ke seluruh Gaza, termasuk ke utara, di mana ribuan orang masih tetap tinggal meskipun ada perintah evakuasi dari Israel.
Peringatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak kalah genting, yaitu meskipun sejumlah pasokan medis diperbolehkan masuk, namun itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Petugas medis yang berjaga di Mesir tidak diizinkan masuk bersama dengan pasokan tersebut.
WHO menekankan bahwa bahan bakar, yang sejauh ini dilarang masuk oleh Israel, sangat penting untuk pabrik desalinasi, toko roti, hingga rumah sakit.
Sementara itu, Program Pangan Dunia (WFP) mengungkapkan bahwa pihaknya telah mengurangi jatah makanan dalam upaya memastikan dapat menjangkau sebanyak mungkin orang.
Emad Abuaassi, yang pindah dari Blackpool di Inggris ke Gaza utara bersama istri dan empat anaknya 10 bulan lalu, mengatakan kepada BBC melalui pesan suara bahwa mereka sekarang tinggal di sebuah flat dengan dua kamar tidur di Khan Younis bersama sekitar 50 orang lainnya.
"Kami berjuang untuk segalanya. Kami baru saja berhasil mendapatkan setengah sandwich - saya dan anak-anak saya pagi ini," katanya. "Antreannya sekitar 800 meter untuk mendapatkan sekantong roti."
"Saya tidak tahu apa yang akan terjadi dalam dua atau tiga hari ke depan."
Israel telah setuju untuk mengizinkan pengiriman bantuan yang dibatasi selain bahan bakar, dengan mengklaim bahwa itu dapat dicuri dan dieksploitasi oleh Hamas untuk tujuan militer.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengunggah foto satelit yang menunjukkan 12 tangki bahan bakar di dekat Rafah yang menurutnya berisi ratusan ribu liter solar milik Hamas. Dia menuduh kelompok itu mencuri solar dari warga sipil.
Militer Israel sebelumnya pernah mengatakan kepada UNRWA via X alias Twitter, "Tanyakan pada Hamas apakah Anda bisa mendapatkannya."
Advertisement
Serangan Masif
IDF pada Selasa pagi mengungkapkan bahwa jet-jet tempurnya menyerang lusinan infrastruktur teror dan markas Hamas di beberapa wilayah utara, di dan sekitar Kota Gaza, serta poros terowongan operasional Hamas di dekat garis pantai Mediterania.
Dalam pernyataan yang sama disebutkan pula bahwa pesawat-pesawat temput Israel menargetkan pusat komando Hamas dan masjid-masjid, menewaskan wakil komandan dari tiga batalion sayap militer Hamas, dan menyerang puluhan pasukan Hamas yang bersiap menembakkan roket ke arah Israel.
"Kami ingin membawa Hamas ke kondisi pemusnahan total – para pemimpinnya, cabang militernya, dan mekanisme kerjanya," kata Kepala Staf IDF Letjen Herzi Halevi pada Senin (23/10).
Dia juga mengatakan bahwa pasukan Israel yang berkumpul di dekat pagar perimeter Gaza telah dipersiapkan dengan baik untuk invasi darat.