Liputan6.com, Gaza - Perang Hamas Vs Israel kian menyisakan kisah pilu terutama pada warga sipil. Serangan yang seolah tidak berhenti ini membuat beberapa warga seperti mempersiapkan kematian masing-masing.
Hal ini terjadi di Gaza, sebuah kota di Palestina di mana anak-anak saling menuliskan nama mereka di lengan masing-masing dengan tinta.
Advertisement
Mereka melakukan ini untuk mempersiapkan kemungkinan tidak dapat lagi bertahan hidup dalam serangan udara Israel berikutnya dilansir The Mirror, Rabu (25/10/2023).
Seorang ayah bernama Dr. Omar Suleiman membagikan ulang rekaman video pilu itu di media sosial, mengutuknya sebagai tindakan "kejam dan tidak manusiawi" karena resah dapat mencuri kemanusiaan anak-anak Palestina yang terjebak dalam pertempuran ini.
Rekaman memilukan ini menggambarkan bagaimana anak-anak di Palestina menuliskan identitas mereka di lengan, suatu cara yang mungkin mereka anggap akan memudahkan proses identifikasi ketika tewas akibat serangan udara oleh Israel.
Cuplikan yang mungkin menyayat hati ini menampilkan anak-anak yang tampak lebih tua membantu mereka yang lebih muda dalam penulisan nama ini.
Meski sejumlah anak berkata "Saya tidak akan mati" terdengar dalam video, tetapi anak-anak tampak bersiap menghadapi skenario terburuk, kematian, dalam rekaman video selama 32 detik tersebut.
Dengan lebih dari 730.000 kali ditonton dalam satu unggahan ulang di X, rekaman itu menjadi viral, bergema luas di berbagai platform media sosial.
Dr. Omar Suleiman yang juga merupakan seorang profesor universitas dari Dallas, Texas mengungkapkan kesedihannya.
"Saya melihat putri bungsu saya mewarnai bukunya, kemudian saya melihat anak-anak di Gaza menulis nama mereka di lengan sehingga dapat diidentifikasi jika meninggal dalam serangan udara Israel berikutnya. Saya menangis. Sesuatu tentang melihat kemanusiaan yang dicuri dari anak-anak Palestina ini sebelum mereka diledakkan. Kejam dan tidak manusiawi."
Mendapatkan Simpati Pengguna Sosial Media
Video tersebut mendapatkan simpati oleh pengguna X lainnya.
"Saya teringat akan kenyataan pahit yang dihadapi anak-anak di Gaza. Mereka menulis nama mereka di lengan mereka, bukan untuk bersenang-senang, tapi untuk identifikasi jika terjadi serangan udara," tulis salah satu pengguna X.
Kondisi ini terjadi setelah Iran mengeluarkan peringatan keras kepada AS dan Israel bahwa perang yang terjadi saat ini mungkin bisa terjadi "di luar kendali" jika serangan terhadap Gaza tidak segera dihentikan, mengisyaratkan kemungkinan invasi darat ke wilayah yang terkepung.
Peringatan tersebut diumumkan dalam konferensi pers di Tehran. Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian menyatakan, "Saya memperingatkan AS dan wakilnya (Israel) bahwa jika mereka tidak segera menghentikan kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida di Gaza, segala sesuatu mungkin terjadi kapan saja dan wilayah ini akan lepas kendali."
Advertisement
Sejumlah Truk Bantuan Dikirimkan
Serangan militer Israel melibatkan sasaran di seluruh kota, menyerang dua bandara di Suriah dan sebuah masjid di Tepi Barat yang diduduki dan diduga digunakan oleh militan.
Hamas melaporkan setidaknya 55 orang tewas akibat serangan tersebut, dengan lebih dari 30 rumah hancur beberapa jam setelah Israel mengumumkan peningkatan serangan.
Di tengah konflik ini, Mesir seolah memberikan sedikit angin segar dengan mengirim bantuan sejumlah 17 truk bantuan memasuki Gaza berdasarkan laporan media pemerintah mesir. Ini merupakan pengiriman kedua sejak Israel memberlakukan pengepungan total dua minggu lalu (22/10).
Wartawan Associated Press mengatakan bahwa ia melihat di suatu persimpangan bahwa ada tujuh truk yang mengangkut bahan bakar memasuki Gaza pada hari Minggu tetapi tidak ada pengiriman yang terjadi setelah itu. Para penyedia bantuan mengatakan bahwa untuk mengatasi krisis kemanusiaan yang semakin meningkat di Gaza diperlukan lebih banyak bantuan.
Tambahan bantuan masih diperlukan di Gaza meski separuh dari 2,3 juta penduduk di wilayah tersebut dikabarkan telah meninggalkan rumah mereka.
Konvoi hari Sabtu membawa "sebagian kecil dari apa yang dibutuhkan setelah 13 hari pengepungan total" dan sekitar 4% dari rata-rata impor harian sebelum perang, menurut Organisasi Kemanusiaan PBB (OCHA). Militer Israel menyatakan bahwa kondisi kemanusiaan "terkendali", sementara OCHA meminta 100 truk masuk setiap hari.
Israel Serukan Warga Gaza Utara untuk Pergi
Adapun Israel menyerukan kepada penduduk Gaza utara untuk meninggalkan wilayah itu, termasuk mengirimkan selebaran melalui udara. Diperkirakan sekitar 700.000 orang melarikan diri tetapi ratusan ribu lainnya masih bertahan. Ini meningkatkan risiko jatuhnya korban sipil secara massal dalam serangan darat yang mungkin terjadi. Sementara dunia menyaksikan, seruan putus asa untuk bantuan terus bergema, menghadapi realitas keras yang dihadapi oleh yang tidak bersalah di tengah konflik.
Peringatan Israel: Warga Gaza Utara yang Tidak Pindah ke Selatan Akan Diidentifikasi Sebagai Mitra Teroris
Militer Israel memberi tahu warga Palestina di utara Gaza bahwa mereka akan diidentifikasi sebagai mitra organisasi teroris jika tidak mengikuti instruksi agar pindah ke selatan. Pengumuman tersebut disampaikan lewat selebaran yang dibagikan oleh drone pada Sabtu (21/10/2023).
Beberapa hari sebelumnya, Israel telah memerintahkan lebih dari 1 juta warga Palestina di utara Gaza untuk pindah ke selatan, tanpa jaminan keselamatan atau kepulangan.
Selebaran yang ditujukan kepada warga Gaza tersebut seperti dilansir Middle East Eye, Senin (23/10) berbunyi, "Peringatan mendesak! Kepada warga Gaza - kehadiran Anda di utara Wadi Gaza membahayakan nyawa Anda. Siapapun yang memilih untuk tidak mengungsi dari utara Jalur Gaza ke selatan dapat diidentifikasi sebagai mitra organisasi teroris."
Advertisement