PLN Group Sulap Limbah Sawit di Aceh Jadi Pengganti Batu Bara untuk PLTU

PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) mengembangkan limbah kelapa sawit di wilayah Aceh, untuk dijadikan biomassa pengganti batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik.

oleh Septian Deny diperbarui 26 Okt 2023, 07:15 WIB
PLN berhasil melakukan uji coba penggunaan 75 persen biomassa Woodchips (kepingan kayu) untuk bahan bakar pengganti batu bara (cofiring) di PLTU Bolok dengan kapasitas 2x16,5 Megawatt (MW) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Dok PLN)

Liputan6.com, Jakarta PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) mengembangkan limbah kelapa sawit di wilayah Aceh, untuk dijadikan biomassa pengganti batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik.

Direktur Biomassa PLN EPI, Antonius Aris Sudjatmiko mengatakan, PLN EPI menggandeng mitra lokal dalam penyediaan biomassa untuk Co-Firing PLTU.

Untuk pengembangan limbah kelapa sawit di Aceh, PLN EPI menandatangani kesepakatan bersama dengan PT Palma Banna Mandiri dan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang di Kantor Bupati Aceh Tamiang.

 

"Kesepatakan bersama itu berisi tentang sinergi pengembangan dan pengelolaan biomassa berbasis pemanfaatan sumber daya setempat," kata Aris, di Jakarta, Rabu (25/10/2023).

Menurut Aris dalam pengembangan biomassa untuk bahan bakar pengganti batu bara tak akan bisa lepas dari peran serta masyarakat lokal.

"Mulai dari penyemaian, penanaman, perawatan, pemanenan, pengumpulan, hingga pengiriman ke PLTU pasti akan melibatkan masyarakat," jelas Aris.

Aris menerangkan, ada tiga unsur utama terkait biomassa. Masing-masing adalah lahan, pupuk, dan tenaga kerja. Terkait lahan. Untuk lahan yang ditanami tanaman multifungsi bukanlah lahan produktif sehingga tidak berkompetisi dengan area produktif yang sudah ada. Skema yang digunakan bisa tumpang sari atau pemanfaatan lahan kritis.

Sumber Biomassa

Aris melanjutkan, jika pada prinsipnya semua jenis limbah tanaman bisa menjadi sumber biomassa. Mulai dari sekam dan jerami padi, bagas tebu, ranting dan dahan kayu, bonggol jagung, dan lain sebagainya.

Terkait pupuk, lanjutnya, akan dikerjasamakan dan bersinergi dengan mendampingi masyarakat dalam pembuatan dan pemanfaatan pupuk organik fly ash bottom ash (FABA).

Menurutnya, masyarakat bisa memproduksi pupuk organik dari bahan baku FABA dengan kotoran ternak, limbah pertanian, perkebunan dan limbah-limbah lain-lain.

 

 


Energi Berbasis Fosil

Sebanyak 28 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PT PLN (Persero) menerapkan co-firing atau pencampuran biomassa dengan batu bara.

Pj Bupati Aceh Tamiang Meurah Budiman menuturkan, kerja sama tersebut sangat tepat, sebab sumber energi berbasis fosil semakin menipis. Oleh karena itu, biomassa menjadi sangat penting sebagai sumber energi baru terbarukan dan green.

Ia pun sangat mengapresiasi PLN EPI dan PT Palma Banna Mandiri yang berkomitmen melibatkan masyarakat dalam penyediaan biomassa untuk Co-Firing. Pasalnya, pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi juga akan berdampak dalam hal serapan tenaga kerja.

"Kami berharap, program berjalan maksimal sehingga manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat,” kata dia.

Sementara Direktur PT Palma Banna Mandiri, Nazaruddin Ibrahim menuturkan, guna memenuhi kebutuhan biomassa untuk PLTU Pangkalan Susu dan Nagan Raya, pihaknya melibatkan masyarakat dalam hal pengumpulan bahan baku.

"Program biomassa ini tidak hanya jadi solusi Nett Zero Emission namun juga menambah penghasilan masyarakat," ucap Nazar.

Nazar melanjutkan, di tahap awal ini pihaknya bekerjasama dengan tiga koperasi di Desa Kaloy, Aceh Tamiang. Ditargetkan, lahan seluas 3.500 hektare akan ditanami berbagai tanaman. Di antaranya, kata Nazar, tanaman yang disiapkan untuk jadi sumber biomassa. Misalnya kaliandra, indigofera, dan lain sebagainya.

"Total lahan yang akan kami tanami ke depan sekitar 13.500 hektar yang tersebar di Aceh Tamiang, Aceh Timur, Langsa, dan Aceh Barat Daya," sambungnya.

 


Tanamab Biomassa

Nazar meyakini, melihat besarnya manfaat yang dirasakan, akan makin banyak wilayah yang bakal bekerjasama terkait pemanfaatan untuk tanaman biomassa. Selain penanaman, juga dilakukan penyemaian benih di wilayah Langsa. Penyemaian dan penanaman tanaman multifungsi terinspirasi dari program yang sudah dijalankan PLN EPI di wilayah Gunungkidul, DIY.

"Bisa jadi ke depan tidak hanya 13.500 hektare yang dikerjasamakan namun bertambah banyak seiring dengan semakin diketahuinya manfaat program Co-Firing PLN," katanya.

Sebelumnya, PLN EPI juga menandatangi nota kesepahaman dengan PT Semen Kupang Indonesia (SKI) dalam rangka mengembangkan dan mengelola biomassa berbasis pemanfaatan sumber daya setempat.

Kesepakatan ini dilakukan guna mendukung NZE 2060. Melalui MoU tersebut, PLN EPI dan Semen Kupang Indonesia akan bersama-sama mengolah biomassa dari penanaman tanaman multifungsi. Biomassa tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai co-firing di PLTU, sedangkan companion products daunnya akan dimanfaatkan utk pakan ternak dan karbon kredit berbasis ESG.

Ada sekitar 5.600 hektar lahan yang akan ditanami di mana batang dan rantingnya bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar biomassa. PLN EPI akan terus melakukan sinergi yang berkaitan dengan pemetaan, pembibitan, penanaman, pengolahan, pengembangan dan pemanfaatkan sumberdaya yang dapat dijadikan biomassa untuk mempercepat Indonesia menuju NZE pada 2060.

Kesepakatan antara PLN EPI dan SKI tak lepas dari program serupa yang sudah berjalan di wilayah Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Di Gunungkidul, PLN EPI sudah mengembangkan dan mengelola Green Economy Village bersama Keraton DIY berbasis pemanfaatan sumber daya setempat. Ada empat jenis bibit yang ditanam di lahan seluas 30 hektare di Kalurahan Gombang dan Karangasem, Ponjong, Gunungkidul. Model yang dikembangkan di Gunungkidul merupakan etalase dan benchmark utama sebagai referensi wilayah lain di Indonesia dan bahkan dunia.

infografis Otak-Atik Daya Listrik Rumah Tangga

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya